Sarjana Milenial yang Mandiri Finansial

Leonardo Budhi Satrio Utomo
The Hommes Times
Published in
6 min readAug 28, 2020
Background photo created by jcomp — www.freepik.com

Setiap orang ingin terlepas dari masalah finansial. Kebebasan finansial merupakan impian banyak orang, namun sayangnya hingga saat ini masih banyak orang yang belum bisa mencapai kebebasan finansial itu meskipun sudah menghabiskan 5 dari 7 hari seminggu sepanjang hidupnya untuk bekerja. Ironi bukan? Lantas sebagai calon sarjana muda, dengan dunia yang penuh disrupsi seperti saat ini, apa yang bisa kita lakukan supaya suatu saat nanti kita bisa mencapai kemandirian finansial tersebut?

Sabagai calon sarjana, tentu kita telah dilatih dan dididik untuk mempelajari suatu ilmu berdasarkan jurusan atau program studi yang kita ambil. Tanpa sadar kita dilatih dan dibentuk untuk menjadi seorang spesialis pada suatu bidang. Hal ini diam-diam telah membawa kita pada suatu pola yang pada akhirnya menjadikan kita sebagai pekerja. Tidak ada yang salah menjadi seorang pekerja, hanya saja itu dirasa kurang cukup jika kita ingin mencapai kebebasan dan kemandirian finansial. Menurut penulis, pendidikan memang penting, banyak hal yang bisa dimanfaatkan selain keilmuan, seperti pendidikan moral dan mental. Sekolah mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia yang lebih beradab, bagaimana berkomunikasi dengan sesama, bagaimana mengatur emosi, bagaimana mengatur waktu, bagaimana bekerja di bawah tekanan, dll. Tapi apakah itu semua cukup untuk membantu kita menjadi bebas dan mandiri secara finansial di kemudian hari? Melandaskan pemikiran dari buku Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki, pendidikan sekolah hanya mengajarkan kita bagaimana menjadi karyawan yang baik tanpa pernah mengajarkan kita bagaimana mengatur keuangan sehingga menjadi bebas dan mandiri finansial. Hal itu terbukkti dari banyaknya orang yang selama puluhan tahun terjebak dalam sebuah fenomena buruk kehidupan yaitu balap tikus yang memaksa setiap orang untuk melakukan rutinitas yang sama lima hari dalam seminggu sambil mengharapkan kenaikan gaji yang mereka kira bisa membuat hidup menjadi lebih makmur.

Nah, agar terhindar dari kejadian yang sama, ada beberapa hal yang sekiranya bisa kita siapkan sejak dini sebelum akhirnya terjun ke dunia profesi terlalu jauh dan terjebak dalam balap tikus. Disclaimer dulu, kalau artikel ini tidak menyediakan langkah-langkah pasti untuk bisa menjadi orang kaya dalam waktu cepat. Oke, sebelum lebih jauh, untuk menjadi mandiri finansial disini tetap dibutuhkan waktu untuk kita mengelola keuangan kita sehingga nantinya kita bisa mandiri finansial yang artinya bisa untuk pensiun dini atau memilih untuk berhenti bekerja sebelum waktunya karena sudah bisa membiayai pengeluaran bulanan tanpa harus bekerja lagi. Kecuali, anda adalah keturunan Crazy Rich Tanjung Priok yang hartanya sudah melimpah hingga beberapa keturunan bisa pensiun lebih cepat pastinya.

Oke pertama-tama, yang harus kita pahami adalah saat mulai bekerja atau mengumpulkan pundi-pundi uang, kita harus memahami aliran arus kas. Hal ini penting supaya kita bisa mengatur pengeluaran agar tidak melebihi pemasukan. Dampaknya nanti, hal ini membantu kita untuk dapat mengalokasikan sebagian pemasukan untuk diinvestaikan. Hal ini memang erat kaitannya dengan ilmu akuntansi dasar. Tenang, untuk mempelajari ilmu ini kita bisa mendapatkannya dengan mudah dari situs-situs pembelajaran di internet kok seperti Coursera. Aliran arus kas ini mengelompokkan segala aliran keuangan ke dalam 4 bagian, yaitu pemasukan, pengeluaran, aset, dan liabilitas. Jika kita berhasil mempelajari hal tersebut, kita akan tahu, bahwa saat kita mendapat suatu pemasukan, sebaiknya kita menyisihkan sebagiannya ke kolom aset. Kenapa? Sebab aset merupakan instrumen keuangan yang akan memberikan return atas apa yang kita bayarkan. Lebih mudahnya, aset adalah instrumen investasi. Aset individu ini contohnya merupakan saham, reksadana, obligasi, properti, bisnis, dll. Perlu digarisbawahi, bahwa aset akan memberikan pemasukan kepada kita tanpa kita harus turun tangan untuk mengurusnya. Jika kita harus mengurus suatu bisnis atau disibukan oleh aset-aset tersebut itu artinya aset tersebut bukanlah aset sesungguhnya tetapi merupakan pekerjaan kita. Kenapa ini perlu dipelajari? Banyak orang yang pada akhirnya harus terjebak pada balap tikus sehari-hari karena tidak bisa mengatur keuangan mereka sehingga pengeluaran mereka lebih besar daripada pemasukan. Alih-alih menumbuhkan kolom asetnya dan mendapat pemasukan tambahan, mereka justru berhutang ke pihak bank dan akhirnya terbebani untuk membayar utang-utang itu dengan cara bekerja lebih keras.

Kemudian, mari membahas mengenai investasi. Sebagai anak kuliahan, harusnya kita sudah mulai aware atau setidaknya mengenal instrumen investasi. Terlebih jika ingin mencapai kondisi kebebasan finansial, hal ini sangat perlu diperhatikan. Memang masih banyak yang skeptis soal urusan investasi. Hal tersebut didukung dari laporan lembaga Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menyebutkan bahwa hingga Juni 2020, jumlah investor pasar modal di Indonesia baru mencapai 2,9 juta. Tentu hal ini sangat aneh. Dengan total penduduk mencapai sekitar 270 juta, hanya kurang dari 2 persen akun investasi yang terdaftar. Padahal potensi pasar keuangan di Indonesia tentu sangat tinggi. Selain penduduknya yang banyak, tingkat konsumsi Indonesia tentu akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan status Indonesia yang masih sebagai negara berkembang. Hal ini menjadi poin khusus yang harus menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia khususnya anak-anak muda. Fenomena ini jelas menggambarkan masih kurangnya edukasi keuangan kepada masyarakat Indonesia khususnya anak muda atau mahasiswa mengenai instrumen investasi. Padahal, investasi semacam reksadana dan saham merupakan salah satu instrumen yang dapat dianggap sebagai aset yang bisa memberikan kita pemasukan secara pasif. Tanpa kita perlu susah payah bekerja, instrumen-instrumen itu bisa secara otomatis memberikan keuntungan bagi kita. Mungkin banyak hal yang memengaruhi fenomena ini, salah satunya mungkin masih banyak pendapat bahwa untuk melakukan investasi dibutuhkan modal yang besar. Kenyataannya tidak perlu. Bahkan saat ini, dengan modal 50 ribu rupiah kita bisa membeli instrumen reksadana. Untuk melakukan investasi di pasar modal pun tidak perlu modal yang terlalu banyak, setiap orang bisa memulainya dengan modal ratusan ribu saja. Menarik bukan? Ditambah dengan zaman yang serba online, banyak perusahaan finansial yang menyediakan jasa pelayanan berbasis daring yang memudahkan kita untuk berinvestasi dari mana saja.

Memang instrumen investasi tidak terbatas pada reksadana atau saham saja. Masih banyak investasi lain seperti emas, deposito, dan lainnya. Pilihan instrumen tersebut dapat bermacam-macam tergantung pada profil risiko dan tujuan berinvestasi masing-masing pribadi. Namun, bagi penulis, saat kita masih mahasiswa seperti sekarang, akan sangat bermanfaat jika kita bisa memulai untuk berinvestasi sejak dini. Mungkin modalnya tidak cukup besar, terlebih secara riil kita mungkin saja masih belum memiliki pendapatan tetap sendiri atau masih ditanggung orangtua. Namun, hal itu bisa disiasati dengan berhemat atau mulai mencari pemasukan tambahan yang kemudian hasilnya disisihkan untuk membeli aset yang jenisnya telah disebutkan sebelumnya. Setidaknya, jika telah memulai berinvestasi sejak dini, kita bisa berlatih untuk lebih mengenal mekanisme pasar keuangan lebih dalam dan bisa mulai belajar menguasai teknik-tekniknya. Sehingga, saat kita sudah terjun ke dunia profesi dan mendapat gaji yang cukup untuk melakukan investasi, kita bisa segera menumbuhkan kolom aset kita dan segera cuan pastinya.

Perlu diingat untuk mencapai kemandirian finansial tentu tak bisa dicapai hanya dalam waktu semalam saja seperti membuat Candi Prambanan. Perlu waktu untuk bisa mengakumulasikan modal dan mendapat keuntungan maksimal. Namun, yang terpenting ialah memulai. Tanpa memulai, kemandirian finansial akan sulit dicapai. Alih-alih kita mampu menyisihkan pemasukan kita untuk menumbuhkan kolom aset, jika kita tak pandai mengelola arus kas pribadi kita, justru kita dapat jatuh ke jurang hutang dan tak bisa lepas dari balap tikus. Di era teknologi informasi yang maju, jika anda ingin belajar banyak hal mengenai keuangan, tentu anda bisa mengaksesnya di berbagai situs. Entah belajar ilmu keuangan dan cara berinvestasi atau justru belajar materi lintas jurusan yang bisa membantu kita menemukan ide bisnis baru sehingga nantinya mampu menumbuhkan kolom aset dan segera mencapai kondisi mandiri finansial. Akhir kata, penulis hanya ingin berpesan, bahwa untuk bisa cuan, kaya, dan mandiri finansial, kita sebaiknya mulai menyiapkan diri agar tidak terjebak dalam balap tikus di dunia profesi dengan mulai belajar dan take action pada urusan finansial sejak dini.

28 Agustus 2020

Leonardo Budhi Satrio Utomo

Seorang pelajar dan seorang prokopton.

Tulisan ini terinspirasi dari buku Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki dan aktivitas investasi sehari-hari.

Referensi

Kiyosaki, R. T. (2016). Rich dad, poor dad. Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.

https://investasi.kontan.co.id/news/inilah-wajah-pasar-modal-tanah-air-milenial-kuasai-4574-sebaran-investor-di-bursa diakses pada 28 Agustus 2020.

--

--