Prison Escape: Mengakali jeruji, Melangkahi Hukuman

nonessential journal
The Non-essential
Published in
9 min readJul 10, 2020

Mengamati desain dan ekosistem penjara dalam sinema pelarian lapas

“If you disobey the rules of society, they send you to prison; if you disobey the rules of the prison, they send you to Alcatraz.”

- Warden, Escape from Alcatraz (1979)

Frank Morris menghitung jumlah sipir dan jadwal rotasinya. Ia menebak bentang laut dari pagar besi yang mengurungnya menuju teluk. Dikenal bersih dari catatan pelarian, Morris menyadari bahwa Alcatraz bukan sembarang penjara. Namun fakta itu tidak menghentikannya untuk merencanakan pelarian terbesar dalam sejarah rumah tahanan.

Film dengan latar penjara umumnya mengisahkan kehidupan narapidana untuk memantik simpati penonton atas penindasan di balik jeruji. Misalnya judul In the Name of the Father (1993) tentang pasangan ayah anak yang mendekam selama 15 tahun akibat dituduh sebagai pelaku pengeboman IRA pada 1974, atau satir lapas a la Bronson (2008) yang menceritakan legenda Charles Bronson (Tom Hardy) dalam karirnya sebagai narapidana berandalan. Sebaliknya dalam cabang aliran film Pelarian Lapas (prison escape), plot film berfokus pada heroisme narapidana untuk melawan penindasan dengan taktik pelarian yang elaboratif.

Daya tarik tema ini terletak pada kemampuannya mengubah stigma penonton dari citra buruk kriminal menjadi dukungan pelarian yang paripurna. Isinya menampilkan pembentukan motif pelarian, rencana yang mendetail, hingga eksekusinya. Shawnshank Redemption (2001) menjadi contoh apik bagaimana tirani penjara yang korup membuat penonton membenarkan keputusan akhir yang diambil oleh Andy Dufresne. Penjara, dalam cabang sinema ini diperkenalkan sebagai sebuah teka-teki ruang yang menantang. Protagonis adalah spesimen anomali yang mampu melihat celah dari ruang yang dirancang khusus untuk mengurung manusia.

Masuk Penjara

Penjara / bui / terungku / sel / rutan (rumah tahanan) merujuk pada unsur fisik, sementara Lapas / LP (lembaga permasyarakatan) menandai keseluruhan sistem termasuk bangunan. Penjara sebagai manifestasi arsitektural seorang pembekuk mengandung sejumlah syarat perancangan yang tidak dapat dikompromi. Nyaris dominasi perancangan penjara berpangkal pada teori yang diprakarsai oleh Jeremy Bentham tentang panopticon to observe (-opticon) all (pan-), demi menegaskan kontrol dan/atau membuat penghuni terus merasa diawasi.

Analisa tipologi penjara oleh Glen. J. Santayana

Rancangan sebuah lapas cenderung radial untuk memaksimalkan pemantauan, total unit yang tersedia, serta kontrol aktivitas. Penjara konservatif menggunakan jeruji untuk mempermudah pemantauan, lorong yang lurus-panjang untuk mengurangi sudut bersembunyi, serta pemisahan antar wilayah kegiatan untuk membatasi gerak narapidana. Sentra kegiatan berkumpul seperti lapangan olahraga atau kantin dikelilingi aparatur pengawasan. Ini memberi keteraturan yang kongkrit, sekaligus memperkuat identitas narapidana sebagai pihak yang terkurung.

Namun, hal yang tampak kuat selalu memuat kelemahan. Ketertiban ini justru dieksploitasi oleh pelaku pelarian. Kami mengurut beberapa film pelarian lapas beserta taktik pelariannya, tentu mengandung isi cerita. Kecuali film Shawshank Redemption, analisa partikelir ini tidak memberi bocoran berarti.

Daftar film Pelarian Lapas versi Non-essential

1. Shawshank Redemption (Frank Darabont, 1994)
2. A Man Escaped or: The Wind Bloweth Where It Listeth (Robert Breson, 1932)
3. Le Trou a.k.a The Hole (Jacques Becker, 1960)
4. Escape from Alcatraz (Don Siegel, 1967)
5. The Great Escape (John Sturges,1950)

Seorang narapidana yang merencanakan pelarian harus memiliki pengetahuan mendetail tentang lingkungannya. Dalam film, pelarian lapas berpusat pada manipulasi pola yang dapat dibagi dua: pola perilaku dan pola fisik. Menyangkut pola perilaku, narapidana perlu memahami rutinitas sipir dan kelompoknya. Misalnya jadwal pergantian sipir, area yang paling jarang diawasi, sipir yang paling mudah dikelabui, dan rutinitas orang hukuman. Dalam pola fisik, ia perlu mengetahui mata rantai terlemah dari arsitektur penjara. Mana struktur yang paling terabaikan, apa objek yang dapat dimanfaatkan, hingga cara komunikasi dengan narapidana lain. Masing-masing film menunjukkan relasi antara kedua pola yang hadir dalam bobot berbeda.

Pola perilaku

Pola perilaku adalah konsekuensi dari sebuah sistem yang telah menetap. Misalnya dalam sebuah pasar swalayan, kita memahami sejumlah titik aktivitas (dari stok hingga transaksi) serta kegiatan yang terjadi disana. Begitu pula dalam narasi kepenjaraan. Rutinitas + tempat membentuk perilaku narapidana dan sipir, sehingga jeda di dalam rutinitas tersebut dapat dieksploitasi. Misalnya jeda rutinitas untuk proses yang panjang (perakitan, pembobokan) kerap dilakukan di malam hari.

Pola Fisik

Pola fisik merujuk pada unsur penjara yang bersifat kongkrit. Misalnya struktur sel, sekat dinding, bukaan ruang, serta ruang utilitas yang mengelilingnya. Manipulasi pola jenis ini cenderung ditonjolkan dalam narasi pelarian lapas sebagai bentuk utama manusia melawan penjara. Umumnya solusi atas pola ini ditemukan dalam dua pendekatan yang dilakukan berjalan beriringan, yakni terowongan dan perangkat eksisting. Terowongan adalah solusi klasik sekaligus favorit dalam kisah pelarian lapas. Ia tak lain lubang galian tangan yang menembus dinding atau lantai, merupakan pendekatan paling kasar terhadap ruang dan membutuhkan kesabaran. Sementara perangkat eksisting adalah perkakas pendukung yang dibuat melalui pemanfaatan objek yang tersedia, misalnya rangka kasur yang disulap menjadi linggis. Pendekatan pertama mereduksi ruang, sementara yang kedua beradaptasi dengan elemen ruang.

1. Shawshank Redemption (1994)

Masih bertengger di nomor wahid daftar film IMDb 2020, Shawshank Redemption (1994) tuntas menyajikan imbas gugat peradilan yang gegabah serta penindasan individu dalam ekosistem lapas. Seorang pegawai perbankan Andy Dufresne didakwa penjara seumur hidup dengan tuduhan pembunuhan ganda. Selama bertahun-tahun ia bertahan dari kelompok homoseksual, kekejaman sipir, hingga harus membantu kerja ilegal kepala sipir.

Perilaku submisif ini tak lain bentuk manipulasi pola perilaku untuk mengamankan rencana utamanya. Solusi pelariannya yang mengejutkan semua orang termasuk penonton adalah terowongan. Laman thenerdist menghitung secara matematis panjang terowongan dan waktu yang dibutuhkan Andy. Sesuai narasi film, terhitung Andy membutuhkan waktu 17 tahun untuk mencungkil terowongan sepanjang 3 m secuil demi secuil menggunakan palu pahat.

2. A Man Escape: The Wind Bloweth Where It Listeth (1956)

Pelarian sebagai proses yang sangat panjang dan monoton (bahkan puitis) digambarkan dalam A Man Escaped or: The Wind Bloweth Where It Listeth. Fontaine adalah seorang tentara Perlawanan Prancis yang ditahan di Montluc prison pada masa kependudukan Jerman di Perang Dunia II. Sejak dalam perjalanan menuju penjara, Fontaine telah berupaya untuk melarikan diri walaupun gagal. Ketika tiba di sel ia segera meneliti kemungkinan untuk kabur. Satu-satunya gagasan meruang dan menubuh bagi Fontaine di sel itu adalah untuk membongkarnya.

Seluruh proses film ini begitu detail dalam perspektif orang pertama. Nuansa film begitu dekat dengan kewaspadaan. Sepanjang film Fontaine bermonolog, terus-menerus meninjau upayanya. Ia menggunakan sendok untuk mencungkil sambungan kayu pintu, membuat tali-temali dari kasur, hingga pengait dari bingkai lampu untuk memanjat tembok lapas.

3. Le Trou a.k.a The Hole (1960)

Diangkat dari kisah nyata pelarian lapas La Santé di Prancis pada 1947, strategi pelarian dalam film ini dikepalai seorang narapidana ulung bernama Roland Darbant (Jean Keraudy). Dalam kelompok 5 orang, mereka mengatur rencana pelarian dengan membobol lantai sel menuju jalur bawah tanah. Di ujung jalur mereka mulai membobol dinding beton untuk menuju lubang got di luar lapas.

Untuk melakukannya, mereka membuat beberapa perkakas seperti periskop mini untuk memantau sipir, kunci induk dari kepingan kasur, obor, bahkan jam pasir untuk menandai pergantian waktu kerja.

4. Escape from Alcatraz (1967)

Pulau Alcatraz awalnya difungsikan sebagai tangsi militer di teluk San Francisco. Kemudian ia dialih fungsi menjadi penjara federal dengan tingkat keamanan tertinggi bagi kriminal kelas kakap. Film Escape from Alcatraz mereka-ulang skandal pelarian trio Alcatraz Frank Morris serta kakak beradik John & Clarence Anglin. Pada Juni 1962, ketiganya meloloskan diri tanpa berhasil ditangkap kembali. Selain kedigdayaan Eastwood dalam peran Frank Morris, mitos satu-satunya pelarian sukses Alcatraz terus menghidupi kisah ini hingga sekarang.

Para narapidana merakit perkakas buatan dengan bahan yang dikumpulkan dari lapas. Mereka menggunakan sendok terasah untuk membobok lubang ventilasi di sel masing-masing, membuat boneka samaran berupa kepala palsu dengan rambut asli, merakit alat bor, hingga pelampung sederhana untuk menyeberangi teluk. Setelah berhasil membobol lubang ventilasi, mereka menutupinya dengan kardus berwana cat, kemudian meninggalkan sel pada malam hari dengan menyamarkan boneka di kasur. Mereka merakit pelampung dan perkakas lain di koridor utilitas yang terletak di atas barisan sel sepanjang tahun. Laman Gizmodo merangkum daftar peralatan lengkap yang dibuat untuk melaksanakan rencana ini.

5. The Great Escape

Berbeda dengan kejutan akhir yang diberikan Shawshank Redemption, Poin tembak The Great Escape (1963) adalah merangkum detail pelarian kolosal tentara Inggris dari pangkalan POW Jerman di Stalag Luft III, Polandia saat Perang Dunia II. Agak menyimpang dari buku dan kejadian aslinya, dalam film tahanan perang Inggris bekerja sama dengan tentara Amerika untuk menjalankan rencana ini bersama tokoh-tokoh simbolik yang memenuhi tugasnya masing-masing.

Dikepalai oleh Big X, 250 pekerja membangun tiga terowongan bawah tanah yang dinamai “Harry”, ”Tom”, dan “Dick”. Pekerjaan dibagi menjadi beberapa divisi, sebagian menggali terowongan, membuang tanah galian, membuat dokumen palsu, menjahit baju penyamaran, mencuri keperluan penggalian, menyuap petugas, hingga merencakan kelompok dan penyebaran pelarian.

Dari Penjara ke Penjara: Meninjau Ekosistem Lapas

Tema pelarian lapas merupakan pembentukan ulang atas dikotomi klasik antara narasi “baik” melawan “jahat”. Lapas mengisi sisi jahat sehingga narapidana menduduki posisi baik. Bukan sebagai lembaga penyuluhan, lapas dicitrakan sebagai pihak yang merenggut kebebasan dan menggunakan hukuman sebagai bentuk kuasa utama, sehingga nyali pelaku pelarian untuk kabur dapat diterima. Ini membuka pertanyaan; apakah sistem lapas telah bekerja dengan baik sebagai badan penyuluhan kriminal, atau sekedar ruang hukuman untuk membunuh waktu?

Kelima film menunjukkan variasi kompleksitas pelarian dengan manuver yang sama: adaptasi dan reduksi. Walaupun dalam lapas nyata banyak pelarian terjadi secara mendadak, ekosistem lapas terus berkembang, begitu pula dengan solusi pelariannya. Namun permainan ini menunjukkan gejala bahwa lapas tidak bekerja dengan semestinya

Secara implisit film membuka masalah dalam lapas hingga belakangan, seperti solusi kampung kriminal untuk menuntaskan isu kepadatan penghuni dalam Get the Gringo (2012) justru menjadi ladang kejahatan jenis baru. Sementara Escape Plan (2013) mengembangkan premis yang sama tentang pelarian dalam lapas kontemporer, memperlihatkan bahwa gagasan panopticon masih mendarah daging dalam desain penjara.

Ide panopticon dikembangkan oleh Michel Foucault dengan uraiannya bahwa pengawasan dan tatapan adalah instrumen utama bagi kekuasaan, kemudian menyatakan relasi panopticon dan kuasa meluas dalam kehidupan bermasyarakat di luar lapas.

“The idea of the Panopticon was to enforce behavior or sense of control. ‘The arrangement of his room, opposite the central tower, imposes on him an axial visibility; but the divisions of the ring, those separated cells, imply a lateral invisibility. And this invisibility is a guarantee of order. If the inmates are convicts, there is no danger of a plot, an attempt at collective escape, the planning of new crimes for the future, bad reciprocal influences; if they are patients, there is no danger of contagion; if they are madmen there is no risk of their committing violence upon one another; if they are schoolchildren, there is no copying, no noise, no chatter, no waste of time; if they are workers, there are no disorders, no theft, no coalitions, none of the distractions that slow down the rate of work, make it less perfect or cause accidents.”

Dengan kata lain, ekosistem lapas bisa dianggap sebagai cerminan dari kehidupan sosial suatu masyarakat. Salah satu penjara progresif yang memeluk pandangan positif bagi kriminal adalah lapas Bastøy di Norwegia. Dengan menyadari bahwa seluruh tahanan akan mengakhiri masa hukumannya suatu hari dan kembali ke masyarakat, Bastøy memfokuskan hukuman pada sistem rehabilitasi di sebuah pulau dengan tempat tinggal khusus bagi tiap narapidana. Sistem ini mendidik mereka untuk kembali menjadi bagian masyarakat dengan fungsi yang semestinya, dan secara tidak langsung menjadi model ekosistem lapas yang sehat.

Kepustakaan

Buku & tesis
Foucault, Michel. (1995). Discipline and Punish: The Birth of the Prison. New York: Vintage
Newman, Oscar. (1973). Defensible Space; Crime Prevention Through Urban Design. New York: Macmillan.
Pujileksono, Sugeng. (2017). Sosiologi Penjara. Malang: Cita Intrans Selaras.
Santayana, Glen. (2013). J. PriSchool: A Prison + School Hybrid. Harvard University School of Design.

Artikel

17 tahun mencungkil tembok. The Shawshank Computation.
https://archive.nerdist.com/how-long-was-andy-dufresnes-tunnel-in-the-shawshank-redemption/

Serba-serbi pelarian Alcatraz
https://gizmodo.com/everything-you-need-for-the-most-elaborate-prison-escap-1619455907

Kronologi malam pelarian The Great Escape
https://s.telegraph.co.uk/graphics/projects/great-escape/index.html

Tentang lapas Bastøy
https://www.theguardian.com/society/2013/sep/04/bastoy-norwegian-prison-works

Catatan lain
Belakangan saya baru tahu bahwa dalam The Hole, Jean Keraudy sebagai Roland bukan berlatar belakang aktor, melainkan salah satu narapidana asli dalam pelarian 1947. Tak heran, sebagian pelaku pelarian menjadi konsultan naskah atau pemeran dalam daftar film ini.

Bangkit Mandela adalah penulis lepas dengan minat amatan pada sejarah populer, arsitektur, dan budaya tandingan terutama sinema.

--

--