Untuk diriku: refleksi dan maaf.

B Prakusa
The SEA Youth Hub
Published in
5 min readMay 13, 2024

--

On my way to SIN from DPS, Ujung Pandang Skies

Di tengah hening malam, sendiri di sudut ruang, kini menghadapi diriku sendiri. Temaram memancarkan cahaya yang lembut, memantulkan bayang-bayang di dinding. Menatap layar yang terang benderang, menanti pesan yang muncul di atasnya. Kata-kata untuk diriku sendiri. Kata-kata terima kasih.

Mt. Andong forest

“Apa yang ingin aku katakan padamu?” gumamku pada diriku sendiri. “Apa yang pantas untuk kau dengar setelah semua yang telah kita lewati?”

Scienic Bromo Volcanoes featuring myself

Aku menghela napas panjang, mengingat kembali semua perjalanan hidup yang telah kualami. Ada masa-masa bahagia, tapi juga ada masa-masa yang penuh dengan kesulitan dan kegelisahan. Tetapi, di tengah semua itu, ada satu hal yang tetap kuingat dengan jelas: aku, diriku sendiri.
Kisah hidupku dimulai dari masa kecil yang penuh dengan kepolosan dan keceriaan. Aku teringat betapa aku begitu naif dan penuh semangat untuk mengeksplorasi dunia di sekitarku dan bertemu orang — orang baru dalam hidupku. Ya, aku menyukainya. Aku terima kasih padamu, diriku sendiri, karena telah memberiku keberanian untuk bermimpi dan mempertahankan kepolosan itu, meskipun kadang kau harus menghadapi realitas yang tak selalu seindah mimpimu.

Pada masa remaja, aku mengalami banyak pergolakan emosi dan kebingungan. Aku mencari jati diri dan arti hidup, kadang dengan cara yang salah. Aku terima kasih padamu, diriku sendiri, karena kau tetap bertahan dan belajar dari setiap kesalahan yang telah kau lakukan. Meskipun saat itu terasa sulit, namun itulah yang membentukku menjadi pribadi yang kuat dan tegar.

Kemudian, aku memasuki dunia dewasa dengan segala tantangan dan tanggung jawab yang menghampiriku. Aku harus berjuang keras untuk mencapai impian dan cita-cita yang kubangun sejak lama. Terkadang, rintangan dan hambatan begitu besar sehingga aku hampir menyerah. Namun, aku terima kasih padamu, diriku sendiri, karena kau tak pernah lelah berjuang meskipun dalam keadaan terpuruk. Kau selalu menemukan kekuatan di dalam dirimu untuk bangkit dan melangkah maju.

Sarangan Lake, Lawu Mountain/2018

Dan tentang cinta, ah, cinta. Itulah yang membuat hatiku berdebar-debar dan kadang-kadang juga terluka. Aku pernah merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat mencintai dan dicintai. Namun, aku juga pernah merasakan penderitaan yang mendalam ketika harus melepaskan dan melupakan. Aku terima kasih padamu, diriku sendiri, karena kau tak pernah berhenti percaya pada cinta meskipun kau pernah terluka. Kau tetap membuka hatimu untuk mencintai dan disayangi, meskipun kadang kau harus menghadapi kenyataan pahit, kurahap kau selalu bersama diriku. Ya, kamu.. Cinta dalam hidupku.

Dan sekarang di sini aku, menulis pesan terima kasih untuk diriku sendiri. Aku memandang ke belakang dengan rasa bangga dan terima kasih atas semua yang telah kita lewati bersama. Meskipun masih banyak hal yang harus dihadapi di masa depan, aku yakin bahwa kita akan tetap tegar dan kuat.

Aku duduk sendiri ditepi danau, memandang desir air malam. Suara gemercik bagaikan nyanyian yang mengalun dalam hati. Di sini, di tempat ini yang sunyi, aku memutuskan untuk menghadapi diriku sendiri.

“Maafkan aku,” gumamku pada diriku sendiri, meskipun hanya desiran yang menjawab. “Maafkan aku karena telah melupakanmu selama ini.”

Selama lima tahun belakangan, aku terlalu sibuk mengerti dan memahami orang lain di sekitarku. Aku terlena dalam menjalani peran sebagai orang yang baik. Aku memberikan semua perhatian dan kasih sayangku, waktuku, pada orang lain, temanku sebelumnya. tanpa menyisakan apapun untuk diriku sendiri.

Namun, di tengah perjalanan itu, aku melupakan seseorang yang sebenarnya begitu penting dalam hidupku: diriku sendiri, keluargaku, kamu , dan temanku yang tulus tanpa maksud padaku. Aku melupakan kebutuhan dan kebahagiaanku sendiri, sementara aku terus mencoba memuaskan orang lain. Aku terlalu sibuk menggapai bintang di langit, kesenangan fana, kebahagiaan semalam, sehingga aku lupa akan cahaya yang bersinar di dalam diriku sendiri, dan kamu.

Aku menatap langit yang mulai terangkat oleh mentari yang perlahan muncul di ufuk timur, seperti pagi berkabut itu saat aku menemukan cintaku untuk yang pertama kalinya dalam hidupku, Cahayanya mengingatkanku akan kehangatan yang selalu ada di dalam diriku, meskipun kadang tersembunyi di balik awan gelap kesibukan dan kekhawatiran.

“Terima kasih,” aku berkata pada diriku sendiri, merasakan beban yang terangkat dari pundakku. “Terima kasih telah melewati semua itu, dan meninggalkannya di belakang. Sekarang, aku kembali ke jati diriku yang sejati.”

Aku berjanji untuk tidak lagi melupakan diriku sendiri. Aku akan memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama pada diriku sendiri lebih dari seperti yang pernah berikan pada orang lain. Aku akan mendengarkan suara hatiku dan mengikuti panggilan jiwa yang membimbingku ke arah yang benar, seperti dahulu, atau mungkin dan semoga lebih baik.

Kini, akun di ditepi sudut ambang air ini, aku memulai perjalanan baru. Perjalanan untuk menemukan dan menghargai diriku sendiri. Perjalanan untuk kembali ke akar dan esensi dari siapa aku sebenarnya. Dan aku tahu, dengan menjaga diriku sendiri dengan tulus, aku akan menjadi lebih baik dalam memberikan cinta dan perhatian pada orang lain di sekitarku.

Kini aku sedikit menghela napas lega, merasakan kebebasan yang mengalir dalam diriku, meskipun terasa sedikit sunyi agaknya. Aku siap menghadapi apa pun yang akan datang, karena aku kembali menjadi diriku yang sejati. Aku kembali menjadi orang yang tulus, tanpa maksud yang tersembunyi. Aku kembali menjadi aku, diriku. Ya, aku.

Terima kasih untuk diriku sendiri, atas segalanya. Terima kasih untuk keberanian, keteguhan, dan kepercayaan yang telah kau tunjukkan. Terima kasih untuk cinta yang telah kau berikan, kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain. Dan maafkan aku, jika aku pernah menyakiti dirimu atau membuatmu merasa kecewa. Aku berjanji untuk selalu mendukungmu, memperjuangkanmu, dan mencintaimu dengan sepenuh hati.

Di ujung cerita ini, ada satu hal yang ingin kusampaikan padamu, diriku sendiri: Aku mencintaimu, dengan semua kekurangan dan kelebihanmu. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. Kita akan selalu bersama, mengarungi gelombang kehidupan bersama-sama.

Terimakasih dariku, untuk diriku sendiri, kamu, sahabatku dan orang — orang yang akan kusebut terlampau panjang yang telah mengisi garis waktuku, setia bersamaku meskipun waktupun kadang membuat senggang, sekali lagi terimakasih atas segalanya, terimakasih untuk diriku, Keluargaku, Hai Kamu, dan Kalian.

--

--

B Prakusa
The SEA Youth Hub

Just write what I like and my experiences as an SEA (SouthEast Asian) Gen-Z. Sometime Professional and sometime unProfessionals