Kolaborasi antar Stakeholder dengan Product Design Life-Cycle.

Kolaborasi antar stakeholder agar selaras dalam pengembangan produk dari awal hingga akhir* pengembangan.

agilBAKA
TLabCircle
5 min readDec 9, 2020

--

*Sebenernya, pengembangan produk itu tidak pernah berakhir, yang berakhir adalah hubungan kita. Karena orang ketiga. Aku, kamu, lalu Dia.

Masalah yang sering dihadapi.

  • Terlalu fokus pada ide/solusi utama langsung dalam bentuk Desain User Interface. Akibatnya desain produk stuck dan melewatkan kemungkinan ide/solusi lainnya yang lebih efektif dan masukan dari berbagai sudut pandang stakeholder.
  • Tanpa adanya dokumentasi desain yang layak (dipahami semua stakeholder), sering terjadi missed communication saat proses pengembangan berjalan. Hal itu dikarenakan alur desain kadang tidak JELAS sehingga dapat menimbulkan asumsi-asumsi yang berbeda antar stakeholder. Akhirnya, revisi yang seharusnya tidak diperlukan pun harus dilakukan, mengakibatkan molor dari waktu yang sudah ditentukan.
  • Jarangnya melibatkan langsung end-user dalam mengukur keberhasilan produk . Karena itu, sering adanya asumsi dari stakeholder yang tidak terukur (bersifat keinginan).

Produk Design Life-Cycle sebagai jembatan kolaborasi.

TLab Product Design Life-Cycle adalah proses pengembangan produk agar semua stakeholder selaras dan terlibat dari awal sampai akhir produk dikembangkan berdasarkan Business, Design, Tech.

Dalam Proses TLab Product Design Life-Cycle ini, kita tidak akan membahas bagaimana proses Business, Design, Tech dibuat. Tapi bertujuan untuk:

  1. Pengembangan desain terdokumentasi agar semua stakeholder selaras dalam proses pengembangan produk.
  2. Setiap stakeholder memiliki ownership dalam pengembangan produk.
  3. Kebergunaan Produk terukur berdasarkan kebutuhan end-user.

Menerapkan Produk Design Life-Cycle

Tahapan Dokumen Kolaborasi

Dokumen kolaborasi adalah kepingan terakhir yang saya cari untuk menyelesaikan dan mengimplementasikan Product Design Life-Cyle dalam pekerjaan.

Tujuannya untuk mengeluarkan sebanyak mungkin dan secepat mungkin ide dan insight. Yang nggak kalah penting, gimana semua stakeholder bisa langsung align dengan project yang dikerjakan. — Halo Designers dalam isi email vitamin F.

Setelah mendapatkan pencerahan, saya dan tim langsung menentukan dan menyepakati poin-poin apa saja yang harus ada dalam dokumen kolaboratif.

Sedikit memodifikasi dan penyesuaian dari materi yang diberikan oleh Halo Designer, berikut poin-poinnya:

  1. Latar Belakang Produk
    Kenapa produk ini perlu dibuat dan problem apa saja yang ingin dipecahkan/diperbaiki dengan adanya produk ini?
  2. Tujuan Produk
    Apa saja yang diprioritaskan dalam pengembangan produk?
  3. Tujuan Bisnis
    Apa yang ingin dicapai dari sisi bisnis?
  4. Definisi Sukses
    Bagaimana produk dikatakan berhasil dan bagaimana mengukur hasilnya?
  5. Riset Produk
    Apa yang sudah diketahui dan apa yang perlu dicari tahu dalam proses pengembangan produk?
    Bagaimana kompetitor memecahkan masalah yang sama?
  6. Analisa Kebutuhan Fungsional
    Melalui Functional Specification Document (FSD), Tim Tech mendefinisikan kebutuhan pengembangan produk berdasarkan fungsional dari bisnis yang ada.
  7. Ide Desain dan Alternatifnya
    Bagaimana Tim Desain dan stakholder lainnya menentukan kebutuhan pengguna agar selaras dengan FSD yang dibuat.
  8. Metode Desain
    Metode desain apa yang cocok digunakan?
  9. Produk tidak berjalan dengan baik
    Apa yang menyebabkan produk ini tidak berjalan dengan baik?
  10. Hal Teknis yang perlu diperhatikan
    Catatan Insight dari segi engineering, adakah kesulitan implementasi desain, dll.

10 Points di atas menjadi acuan tim untuk berdiskusi saat proses pengembangan dimulai sampai selesai.

Apakah itu sudah ideal? Let’s see how it works.

Tahapan Brainstorming Idea

Proses Brainstorming Idea, adalah proses implementasi poin 7 & 8 dari dokumen kolaboratif, yang mana semua stakeholder terlibat untuk memberikan insight.

Banyak cara untuk melakukan ideation, bisa menggunakan metode-metode desain yang ada, kami tidak kaku harus menggunakan metode desain tertentu, jadi yang paling menting menurut kami adalah menentukan objective-nya.

Objective dari tahapan ini adalah untuk menentukan:

  • Stakeholder mempelajari dan memahami Karakteristik Pengguna.
  • Stakeholder menentukan tujuan-tujuan pengguna untuk mencapai kebutuhannya berdasarkan tujuan bisnis produk yang dikembangkan.
  • Stakeholder menyelaraskan alur pengguna untuk mencapai tujuan-tujuannya berdasarkan kemungkinan di-develop oleh engineer.

Tahapan Prototyping

Tahapan protoyping ini adalah tahapan bagaimana tim designer men-translate hasil diskusi brainstorming idea ke dalam bentuk visual.

Low fidelity Prototyping

  • Semua flow yang sudah didefinisikan diimpelentasikan dalam 1 projects design.
  • Copy/UX Writing dibuat se-real mungkin, agar ketika diskusi konteksnya sudah sesuai kebutuhan.
  • Tim API & tim Desian menyelaraskan apa yang sudah masing-masing dikerjakan.
  • Review Low-fi prototyping (Design Critique). Memastikan semua stakeholder bahwa low-fi sudah sesuai dengan flow dan possible diimpelentasi oleh tim engineer.
  • Ketika low-fi sudah disepakati bersama. Lanjutkan ke tahap High Fidelity Prototyping.

High fidelity prototyping

Mengembangkan Low-fi Prototyping ke High-fi Prototyping berdasarkan:

  • Implementasi desain berdasarkan Product Brand Principle
  • Implementasi Media (Ilustrasi, gambar, icon)
  • Membuat komponen warna & Typeface

Tahapan mengukur keberhasilan dan mempelajari

Well, kalau ngomongin User research, ini ga akan ada habisnya, banyak metode User Research untuk menguji produk dengan tujuan tertentu. Maka dari itu, kami membatasi pengujian sebatas mencapai objective yang sudah ada di dokumen kolaboratif.

Objective untuk mengukur keberhasilan uji kelayakan desain berdasarkan:

  • Effectiveness
    Apakah pengguna cepat mengetahui informasi yang dibutuhkan?
  • Efficiency
    Apakah pengguna nyaman dengan infromasi yang ada dihalaman tersebut?
  • Satisfaction
    Apakah ekspektasi pengguna tercapai saat ada dihalaman tersebut?

Proses Pengujian

  • Melakukan pengujian kepada pengguna berdasarkan persona yang sudah didefinisikan.
  • Mempelajari hasil pengujian apakah sudah terukur sesuai dengan yang sudah didefinisikan?
  • Memahami paint poin kenapa pengguna tidak bisa mencapai tujuan yang sudah didefinisikan.
  • Iterasi apa yang yang menjadi paint poin sampai pengguna bisa mencapai tujuan sudah didefinisikan.

Sepertinya tidak menarik jika tidak ada studi kasus untuk proses ini, akan dibuat ditulisan terpisah, ya.

Ketika proses pengujian sudah sukses mencapai tujuan yang sudah didefinisikan, Proses berikutnya handover high-fidelity design ke engineer untuk di proses ke Code Prototype.

Handover Design

  • Tim desain menyiapkan 1 projects page untuk tim Engineer mengerjakan Code Prototype-nya.
  • Ketika tim Engineer sudah menyelesaikan Code Prototype, tim desain me-review APK/Web staging, apakah sudah selaras dengan High-Fidelity & flow yang sudah ditentukan dalam bentuk dokumen review.
  • Ketika tidak ada yang sesuai, maka dilakukan iterasi pembuatan code prototype.
  • Ketika sudah selaras antara Code prototype & High Fidelity, maka APK/Website bisa dilanjutkan ke integrasi API.

--

--

agilBAKA
TLabCircle

Focus on The Synthesis of Design & Development