Halo! Saya Interaction Designer Baru di Traveloka

Lutfiadi Rahmanto
Traveloka Design
Published in
3 min readJul 4, 2016
Berbagi inspirasi bersama para IxD (Photo credit: Annabelle Wenas)

Jika Anda bertanya-tanya seperti apa rasanya bekerja di Traveloka sebagai seorang Interaction Designer, saya rasa tulisan ini dapat memberikan jawaban untuk Anda.

Sebagai seorang Designer baru di Traveloka, saya masih terpana dengan hal-hal yang baru saya lihat di Traveloka. Karenanya, perspektif tulisan ini akan seperti cerita seseorang yang bersemangat untuk menerima tantangan dari dunia desain di start-up.

Sebelum masuk Traveloka, saya berkuliah di NYU Interactive Telecommunications Program. Di program ini, kami mempelajari dan berkarya dalam irisan antara art, design dan technology. Di sini, saya melakukan banyak hal — mendesain dan memproduksi connected device sampai membangun instalasi seni untuk acara NYCxDesign.

Lalu, apa yang membuat saya tertarik untuk bekerja di Traveloka? Pada dasarnya, hal yang membuat saya bersemangat adalah berinovasi. Dan jika anda pernah mempelajari desain, anda pasti pernah mendengar bahwa salah satu bahan penting untuk menghasilkan inovasi yang memberikan perubahan adalah human-centred design (HCD). Sepengetahuan saya, tidak banyak perusahaan yang menerapkan proses HCD, apalagi di Indonesia.

Untungnya, saya dipertemukan dengan Traveloka, yang menerapkan HCD dalam pengembangan produknya. Ketika diwawancara, saya amazed dengan profil dan workflow dari tim desain di Traveloka. Pada saat itu saya merasa menemukan apa yang saya cari. Namun, di luar itu, ternyata Traveloka menyediakan fasilitas yang lebih untuk tim desainnya, yaitu akses ke data-data kompleks yang butuh dicerna.

Selama karir akademik dan profesional saya yang baru seumur jagung, saya belum pernah memanfaatkan data dalam skala yang dimiliki Traveloka untuk membuat design decision ataupun memvalidasi proses desain saya. Hal ini membuat saya gugup dan bersemangat dalam waktu yang bersamaan.

Tanggal 13 Juni 2016 adalah hari pertama saya bekerja di Traveloka sebagai seorang Interaction Designer (IxD). Sebagai seorang Interaction Designer, fokus utama kami adalah untuk memahami dan memodelkan behaviour dari para user di Traveloka dan menggunakannya untuk landasan kami dalam mendesain konsep produk. Mengapa dalam pengembangan suatu produk dibutuhkan seorang Interaction Designer? Setiap user memiliki karakternya masing-masing. Kebutuhan, keinginan dan harapan mereka berbeda-beda. Cara mereka dalam melakukan suatu aktivitas pun tidaklah sama. Mungkin ada jutaan permutasi dari perilaku tersebut di luar sana. IxD bertugas untuk menemukan karakteristik dari pengguna maupun calon pengguna kami dan menghasilkan konsep produk yang spot on!

Lalu bagaimana pengalaman bekerja sebagai IxD di Traveloka? Walaupun saya belum bisa bercerita banyak karena saya baru di sini selama dua minggu, saya akan memberikan poin-poin yang menurut saya adalah highlight dalam bekerja sebagai IxD di Traveloka.

Metode

Di sini, IxD diberikan kebebasan untuk menggunakan berbagai metode desain dalam menyelesaikan tugasnya asalkan sesuai dengan tujuan, konteks dan kebutuhan. Tentunya hal ini sangat memudahkan kami dalam mendalami metode-metode yang efisien, efektif dan relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan.

Data

Dalam dua minggu pertama saya di Traveloka, saya merasa belum banyak mengeksplorasi metode-metode baru, terutama yang terkait dengan data kuantitatif. Kolaborasi desain dan data memiliki potensi kuat untuk menghasilkan pengaruh yang besar bagi sebuah produk. Bagaimana desain dan data dapat berkolaborasi?

Measurable

Salah satu kelebihan bekerja sebagai in-house IxD jika dibandingkan dengan IxD yang bekerja sebagai konsultan adalah kesempatan untuk terlibat secara penuh dalam pengembangan produk. Tidak hanya dalam fase desain, namun juga dalam fase evaluasi. Desain yang kami hasilkan dapat dilihat performanya di dunia nyata. Salah satu metrik yang digunakan adalah conversion rate. Conversion rate mengukur jumlah pengguna yang berpindah dari suatu tahap ke tahap lainnya. Ketika metrik tersebut digabungkan dengan data-data lainnya, proses evaluasi desain menjadi lebih terukur.

Sebagai seorang Interaction Designer, saya sangat gembira bisa bekerja di Traveloka. Saya rasa semua Interaction Designer ingin menghasilkan karya yang dapat menghasilkan impact yang nyata. Namun itu bukanlah hal yang mudah. Untungnya, di Traveloka, Interaction Designer diberikan banyak privilege untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Fokus saya sekarang adalah mempelajari bagaimana memanfaatkan privilege tersebut untuk mendesain fitur-fitur yang memperbesar impact positif dari Traveloka untuk masyarakat luas.

Salam hangat dari Wisma 77!

--

--