User Testing dengan Sketsa

Karena ada hal-hal yang tidak tergantikan secara digital

Lana Banatulhusna
Traveloka Design
3 min readDec 23, 2017

--

“Halo, namaku Lana dari tim Illustrator,” aku mengulurkan tanganku ke arah laki-laki di hadapanku.

Dia menyambut tanganku dan menyebut namanya, “Arya. IT Governance.”

Sambil bercakap, aku berusaha mengingat jabatannya. Dari ekspresi wajahnya, aku tahu kalau dia juga sedang melakukan hal yang sama. Dia lalu mengulang namaku untuk memastikan agar tidak salah mengingat.

“Lana, tim saya butuh ilustrasi,” ujar Arya langsung kepada tujuan kenapa dia mengajakku meeting siang itu. “Kami ingin memberitahu seluruh kantor tentang kampanye yang sedang kami buat,” lanjutnya.

Sejauh yang aku tau, Arya dan teman-teman satu timnya membantu melindungi jaringan di kantorku agar aman dari kejahatan dunia maya. “Bolehkah dijelaskan tentang kampanye yang kalian buat? Dan boleh dijelaskan apa ya yang kalian butuhkan?” tanyaku kepada Arya, berharap aku bisa mengutip penjelasannya dan menjadikannya kata kunci untuk ilustrasiku nanti.

Arya menjelaskan soal kampanyenya tentang proxy, sementara aku mencatat di buku sketsaku beberapa kata yang aku anggap penting. “Kalau digambarkan bisa jadi berbentuk seperti lorong, ya? Lalu nanti ada orang yang sedang surfing di dunia maya,” aku merangkum penjelasan Arya.

“Bukan lorong,” Arya tidak setuju dengan rangkumanku. “Seharusnya kamu menggambarkannya sebagai kabel penghubung antara satu komputer dan komputer lainnya,” koreksinya. “Karena memang ada kabelnya,” Arya tertawa kecil.

Aku pun ikut tertawa, “Iya, kamu benar! Memang ada kabelnya.”

“Lalu kamu bisa menggambar orang yang sedang membuka laptop-nya dan sedang mengakses internet,” Arya memberi ide kepadaku. Terlihat dari ekspresinya kalau dia sedikit khawatir kampanyenya sulit dipahami oleh pegawai kantor kami.

“Arya, bagaimana kalau aku memberimu dua sketsa? Satu dengan ide dariku dan satu lagi ide darimu?” Arya terlihat berpikir sementara aku melanjutkan, “Lalu kita akan tanya ke beberapa orang, ilustrasi mana yang lebih mudah mereka pahami,” ujarku.

“Itu ide bagus,” Arya setuju.

Aku pun membuat sketsa dan menunjukkannya pada Arya. Lalu kami mengunjungi beberapa ruangan di kantor untuk melakukan user testing. Dalam proses desain, kami selalu melakukan user testing yang berguna untuk mencari tahu apakah desain kami bekerja dengan baik atau tidak. Dalam hal ini, apakah pesan dalam ilustrasinya sampai atau tidak.

Hasilnya lebih dari yang kami bayangkan. Banyak yang tidak hanya memilih sketsa kami, tapi juga memberi masukan agar kampanye ini lebih mudah dimengerti.

Setelah user testing, aku dan Arya berdiskusi. Kami menggabungkan seluruh ide yang kami dapat dari testing sebagai panduan untukku membuat ilustrasi yang final dalam bentuk digital.

“Terima kasih, Lana. Maaf tadi aku tidak paham maksudmu,” ujar Arya sebelum menutup meeting.

“Tidak masalah kok, aku malah senang karena kita menemukan ide baru setelah testing,” ujarku sebelum meninggalkan ruangan dan berjanji akan mengirimkan ilustrasi final sesuai waktu yang kami sepakati.

Sambil berjalan ke mejaku, aku berpikir kalau aku seringkali mengalami hal ini. Kami sama-sama ingin pesan dari kampanye ini tersampaikan dengan baik. Namun karena aku dan Arya berasal dari tim yang berbeda, maka kami berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda pula.

Arya berpikir untuk menjelaskan secara langsung dengan menggunakan kabel, sementara menurutku akan lebih mudah bagi audience jika mengubah kabel itu menjadi lorong agar mereka bisa membayangkan proses di dalamnya. Arya yang berlatar belakang IT bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam kabel, sementara audience-ku belum tentu dan aku harus membantu mereka memahami itu.

Setiap membuat ilustrasi, aku selalu bertanya: Apakah ini mudah dipahami oleh target audience yang mungkin memiliki latar belakang bidang yang berbeda?

Aku pun sangat terkesan dengan Arya yang terbuka mendengar masukanku. Apa jadinya jika tadi kami sama-sama ngotot mempertahankan ide masing-masing? Aku jadi menyadari bahwa penting sekali untuk bisa berkomunikasi dengan baik saat bekerja antar tim.

Aku pun berpikir sebaiknya desainer melakukan user testing dulu saat membuat prototipe, untuk mendapat sudut pandang lain yang bisa membuat desain kita jadi lebih baik. User testing dengan menggunakan sketsa akan membuat pekerjaan kita menjadi lebih efisien karena mengubah sketsa lebih mudah dibanding mengubah prototipe dalam bentuk digital.

Hal lain yang juga kupelajari kali ini: audience akan lebih nyaman memberi masukan saat kita menunjukkan sketsa dan lebih segan untuk memberi masukan jika aku menunjukkan ilustrasi berbentuk digital.

--

--

Lana Banatulhusna
Traveloka Design

Mostly writing snippets of life as a designer and a human being.