Cerita “Miring” Sudirman Said Soal Freeport Dibantah Jokowi

Seword
TribunNews
Published in
4 min readFeb 21, 2019

Mengoceh Sudirman Said yang juga anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengatakan Presiden Jokowi pernah memanggil dirinya saat ia masih menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk bertemu dengan Chairman of the Board PT Freeport McMoRan Inc. James R. Moffett. Konon, kata Sudirman pertemuan yang berlangsung secara ‘diam-diam’ itu dilakukan di Kompleks Istana Kepresidenan pada 6 Oktober 2015.

Bercerita Sudirman kronologi lahirnya surat yang disebut-sebut sebagai cikal bakal perpanjangan izin PT Freeport Indonesia di tanah Papua pada 7 Oktober 2015. Meskipun dirinya membantah surat itu keluar bukan atas inisiatifnya, tetapi atas perintah Jokowi.

Singkat cerita ketika itu pada 6 Oktober 2015 dirinya dipanggil ke Kompleks Istana Kepresidenan, duduk sebentar dan tidak berapa lama masuk ke ruangan kerja Pak Presiden. Menurutnya pertemuan berlangsung secara rahasia, bahkan Sekretariat Kabinet dan Kementerian Sekretaris Negara yang senantiasa mencatat jadwal Presiden pun tidak mengetahuinya.

Didalam ruang kerja tersebut ternyata sudah ada Moffett bersama Jokowi. Lalu dirinya diminta untuk membuatkan surat yang diperlukan Moffett. Konon menurut Sudirman, Moffet menyampaikan draf tentang kelangsungan investasi PT Freeport di Indonesia. Tapi, Sudirman mengaku tidak mau, dan memilih membuat draf yang posisinya lebih menguntungkan Indonesia.

“Saya bilang ke Moffet bukan begini cara saya kerja. Kalau saya ikuti drafmu, maka akan ada preseden negara didikte oleh korporasi. Dan saya akan buat draf yang melindungi kepentingan republik,” kata dia. Dikutip dari: cnnindonesia.com

Ehhmmm….apa iya? Duh…kenapa sih orang-orang BPN ini senang sekali mengarang? Apakah memang itu syarat dari junjungan mereka Prabowo bahwa anggota kubu mereka harus jago ngarang?

Tentu saja karangan ngawur Sudirman ini dibantah oleh Jokowi. Soal ketemuannya memang benar diakui Pakde, tetapi tidak diam-diam seperti kata Sudirman. Sok tahu alias sotoy nih Pak Sudirman!

“Enggak sekali dua kali ketemu, gimana si kok diam-diam. Ya, Ketemu bolak-balik, enggak ketemu sekali dua kali,” kata Jokowi usai memberikan pembekalan saksi di Hotel El Royale, Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (20/2). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Halusinasi akutkah Sudirman? Logikanya ngapain juga Jokowi harus berahasia? Ini khan menyangkut kepentingan negara. Lha, ngapain juga harus berahasia dan terkesan sembunyi-sembunyi? Maksudnya, Sudirman ini mau bikin cerita apa lagi sih?

Begini yah, menurut kesaksian Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden Jokowi yang juga pernah menjadi Wakil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, perbedaan era SBY dan Jokowi terletak pada kegiatan rapat. Hampir semua keputusan di era kepemimpinan Jokowi diambil dalam rapat bersama sehingga menjadi keputusan bersama. Bahkan dalam rapat kabinet pun ia ikut, dan memutuskan persoalan bersama-sama.

“Sama saja. Walaupun pada zaman Pak SBY saya lebih banyak berbicara atau menangani masalah-masalah ekonomi. Rapatnya tidak terlalu banyak. Sekarang masalah politik, ekonomi, sosial itu dirapatkan. Sehingga saya ingin sekali lagi katakan itu keputusan bersama,” kata Jusuf Kalla. Dikutip dari: tribunnews.com

Tidak jelas memang apa tujuan Sudirman untuk meributkan urusan ketemuan diam-diam versinya itu. Sudah jelas Jokowi mengatakan tak ada pembahasan lain selain perpanjangan izin Freeport.

“Ya, perpanjangan, dia kan minta perpanjangan. Pertemuan bolak-balik memang yang diminta perpanjangan, terus apa?” ujar Jokowi.

“Diam-diam gimana? pertemuan bolak-balik. Kalau pertemuan pasti ngomong enggak diam-diaman. Ada-ada saja,” kata Jokowi. Dikutip dari: cnnindonesia.com

Logikanya aja yah kudu ketemuanlah Jokowi dengan Moffett, namanya juga ketika itu untuk membahas perpanjangan izin operasi PT Freeport Indonesia di Papua. Jadi pertemuan itu untuk membahas perpanjangan izin perusahaan asal Amerika Serikat itu yang pastinya tidak bisa hanya sekalilah.

Terkontaminasikah Sudirman sehingga terbawa arus dengan atmosphere kubu Prabowo-Sandi ini yang suka berhalusinasi? Tetapi, itulah yang terjadi, fakta gerombolan oposisi doyan banget berpikiran negative, tidak percayaan, dan selalu aja bawaannya curiga. Contohnya yah seorang Sudirman Said, Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) aja kok bisa-bisanya berasumsi atau menilai seakan pertemuan Jokowi dan Moffett bukan pertemuan normal layaknya pertemuan biasa. Itu khan bisa mengarah ke fitnah akhirnya, alias bisa juga nantinya hoaks!

Pastinya sih, cerita miring ini dibantah oleh Ignatius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menggantikan posisi Sudirman sebagai ESDM. Jonan mengaku CEO Freeport McMoran Richard Adkerson sempat dua kali meminta untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo dalam proses negosiasi divestasi saham PT Freeport Indonesia. Namun, permintaan tersebut ditegaskan Jonan ditolak Jokowi. Ini menunjukan bagaimana Jokowi ketika itu tidak ada kompromi, tetap teguh untuk kembali merebut Freeport kembali ke Indonesia.

“Waktu itu Richard dua kali minta waktu ketemu. Presiden tidak mau kan arahannya udah jelas, ada empat pertama divestasi 51 persen, membangun smelter, menjadi IUPK, dan penerimaan negara lebih besar, itu saja,” tegas Jonan di jakarta, Rabu (20/2). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Yang jelas yah menurut Jonan, kemudian untuk proses negosiasi divestasi saham Freeportr Indonesia dengan Freeport McMoran hanya dilakukan oleh dirinya, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Ngeri sekali sementara petahana Jokowi bersama jajaran menteri berjuang untuk Indonesia, tetapi disisi berbeda ada sekelompok orang yang bisa dibilang intelektual dalam pendidikan, dan wawasan tetapi hatinya bercabangkah? Freeport sudah kembali ke pangkuan Indonesia, jadi untuk apa Sudirman harus bernyanyi sumbang? Terlalu berat sekalikah untuk mengatakan Puji Tuhan, Alhamdulillah atas kebaikan Tuhan? (Mpok Desy/Seword)

--

--