Ngeluh Soal Hidup di Penjara, Buni Yani Ngapain Bawa-bawa Ahok?

Seword
TribunNews
Published in
3 min readFeb 21, 2019

Ahok bebas, sekarang giliran Buni Yani yang masuk ke penjara untuk menjalani hukumannya. Dosen yang entah karena apa, mencoba cari panggung di dunia politik dengan mengedit serta mengunggah video pidato Ahok di Kepulauan Seribu, akhirnya kena batunya sendiri. Karirnya hancur, begitu pula hidupnya yang berantakan gara-gara perbuatannya sendiri.

Buni Yani menjadi terpidana kasus pelanggaran UU ITE lalu membuat tulisan pada secarik kertas tentang kehidupannya di Lapas Gunung Sindur, Bogor. Buni Yani mengaku sekamar dengan pencandu narkoba dan pembunuh. Tulisan Buni Yani itu dikirimkan kepada detikcom lewat pengacaranya, Aldwin Rahadian,

Buni Yani menyebut kasus yang menjeratnya sarat dengan ketidakadilan. “Kasus saya penuh ketidakadilan. Saya betul-betul masuk penjara, sekamar kecil terdiri atas 13 orang. Saya sekamar dengan pencandu narkoba dan pembunuh. Sang pembunuh ini mendapat hukuman mati,” tulis Buni Yani.

Dia juga menyinggung kasus penodaan agama Ahok. Dia kembali menegaskan dirinya diperlakukan secara tidak adil. “Tapi apa Ahok pernah kelihatan di penjara? Ini betul-betul tidak adil,” kata dia.

Ahok memang pernah di penjara, kan? Memangnya Ahok di Mako Brimob ngapain? Lagi rekreasi? Lagi piknik? Atau lagi semedi?

Tidak adil dari mana? Justru ini sudah cukup adil. Buni Yani mencari masalah dengan mengupload video. Tanpa dirinya melakukan itu, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Sekitar tujuh hari kemudian, barulah videonya menimbulkan masalah karena dimanfaatkan dan digoreng oleh pasukan sebelah dengan aksi demo tiga angka cantik. Masih belum mengaku kalau perbuatannya ini sudah membuat heboh satu negara?

Kan katanya dia ada bilang kasusnya tidak ada kaitan dengan Ahok. Logikanya begini.

Si A maling mangga dan masuk penjara. Si B maling durian dan juga masuk penjara. Lalu saat si B di penjara, dia malah protes tidak adil dan bertanya apakah si A pernah di penjara? Masuk akal tidak? Yang penting adalah it’s none of your business, bukan urusan Buni Yani. Tak perlu komplain selain jalani saja hukumannya.

Itu lah dia, menabur angin dan menuai tornado. Sekarang yang untung siapa? Anies menang jadi gubernur DKI Jakarta. Gerindra menang besar lewat Pilkada DKI Jakarta. Buni Yani dapat apa? Tidak ada, malah dihukum penjara, tak ada yang bisa menolong. Berjuang sendiri dalam kesulitan. Dia rugi besar.

Siapa lagi yang mau menolongnya? Kasus Ahok sudah selesai. Buni Yani seolah tidak penting lagi. Makanya tidak ada yang mau tolong, termasuk kubu sebelah yang palingan hanya protes saja untuk formalitas. Apalagi pasukan aksi tiga angka, jangan harap akan demo solidaritas dengan mengerahkan massa sebanyak 7 juta orang.

Lagian kenapa ya Buni Yani selalu membandingkan dirinya sama Ahok? Mirip dengan Ahmad Dhani yang dikit-dikit bandingkan dirinya dengan Ahok soal masa hukuman. Boleh tanya siapa pun, atau lakukan jajak pendapat atau survei, tidak ada seujung kuku kualitasnya dibanding Ahok. Sungguh tidak ngaca membandingkan seperti itu.

Sebagai konteks, misalnya nih kalo Ahok dirundung masalah seperti di penjara waktu itu, dunia sedih dan berduka. Dunia internasional mengecam. Buni Yani kena masalah, mungkin hujatan malah lebih banyak ketimbang simpati yang didapat. Malah saya lihat, di kolom komentar, banyak yang malah bersuka cita. Astaga.

Pelajaran buat para pendukung dari kubu sebelah. Sudah banyak yang kena kasus, tapi seolah tidak diperhatikan. Mirip seperti Ghost protocol di film Mission Impossible. Kalau misi sempat ketahuan, tidak akan ada yang mau kenal dan mendukung.

Kalo sudah begini, apakah setara hasilnya dengan semua dukungan yang telah dilakukan? Mereka habis-habisan mendukung junjungan mereka, sampai rela melakukan apa pun. Sah saja menjadi fanatik dan pendukung setia. Tapi kalau melakukan apa pun termasuk yang tidak benar semacam hoax dan ujaran kebencian? Big No.

Giliran kena masalah, cuma mereka sendiri yang menanggungnya, junjungan dan pendukung lainnya paling hanya mengucapkan turut bersimpati. Habis itu, selamat menempuh hidup baru. Mereka mau teriak rezim zalim dan otoriter juga tidak bakal berpengaruh.

Jadi, silahkan mendukung, tapi gunakan cara yang benar. Jangan mau begitu bodoh dimanfaatkan oleh para elit politik. Mereka yang diuntungkan sementara, sementara yang dapat masalah ya tidak bakal dapat apa-apa juga. Yang ada malah rugi.(Xhardy/Seword)

Bagaimana menurut Anda?

--

--