Swing Voters Penentu Kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin adalah Pendukung Partai Demokrat

Seword
TribunNews
Published in
4 min readFeb 24, 2019

Tidak semua orang akan yakin menjawab jika ditanya akan memilih siapa pada Pilpres 2019 nanti. Walaupun ada sebagian orang yang sudah mantap dan loyal dengan pilihannya masing-masing. Mereka yang belum yakin inilah yang mestinya yang menjadi tantangan yang terbesar dari para kandidat yang akan bertarung di Pilpres 2019.

Kampanye yang kurang kreatif, visi misi yang kurang jelas termasuk gaya debat yang tidak menarik, belum lagi maraknya kampanye negatif termasuk kampanye hitam, seringkali membuat pemilih yang belum yakin ini bertambah bingung dan bertambah bimbang.

Berbagai Lembaga Survey merilis hasil survey dimana Elektabilitas pasangan capres-cawapres 2019 Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul atas kompetitornya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan selisih rata-rata 20%.

Namun selisih 20 % keunggulan Joko Widodo-Ma’ruf Amin itu jauh dari aman, karena faktanya pemilih mengambang alias swing voters jumlahnya masih sekitar 25%.

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/08/16222241/swing-voters-masih-tinggi-elektabilitas-jokowi-maruf-dinilai-belum-aman

Meraih suara 10% dari Swing voters bagi Joko Widodo-Ma’ruf Amin sudah tentu cukup untuk menentukan kemenangan mereka. Strategi wajib dimainkan oleh TKN untuk meraih suara baik dari swing voters ataupun dari undecided voters. TKN mesti jeli melihat setiap peluang yang ditengah gencaran segala fitnah, berita bohong plus kampanye hitam yang menghiasi media sosial setiap harinya.

Setelah melihat kunjungan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana menjenguk istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono di Rumah Sakit National University Hospital (NUH) Singapura, ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya.

Entahlah karena apa, namun saya pikir bahwa faktor penentu kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin adalah Partai Demokrat. Ya betul pendukung Partai Demokrat lah yang akan menjadi swing voters penentu bagi kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Tak berlebihan bila saya menilai bahwa sikap SBY di Pilpres 2014 dan 2019 selalu setengah hati. Apalagi di Pilpres 2019 ini, ada yang sedikit lucu bahwa cara SBY mendukung Prabowo-Sandi dengan bergerak senyap. Hahaha bagaimana cara kampanye bergerak senyap, entahlah cuma kader Demokrat dan Tuhan saja yang tahu.

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20181108144338-32-344986/sby-disebut-kampanyekan-prabowo-sandi-lewat-gerak-senyap

Belum lagi tak ada tindakan apapun dari Ketua Partai Demokrat saat kadernya terang-terangan mendukung Jokowi dari mulai Dedi mizwar dan TGB. Belum lagi beberapa pejabat daerah satu persatu mendeklarasikan diri mendukung Jokowi, Gubernur Papua Lukas Enembe, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Kota Cirebon yang juga Wali Kota Cirebon, Nasrudin Azis.

Hebatnya lagi jawaban dari Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas yang mengaku mengetahui ada kader partai yang mendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Padahal, Demokrat sendiri secara resmi mengusung paslon nomor urut 02 yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Ibas mengatakan, Demokrat adalah partai yang demokratis. Pilihan dukungan untuk pilpres menurutnya adalah urusan masing-masing kader sebagai individu.

Oleh karena itu, tidak akan ada hukuman yang dijatuhkan pada kader yang memiliki pilihan berbeda soal capres dan cawapres.

“Kami sudah sangat mengetahui, survei internal Partai Demokrat menyatakan memang mayoritas memilih Pak Prabowo. tetapi ada juga yang sesuai dengan cultural wilayah setempat itu memilih Pak Jokowi,” kata Ibas saat ditemui di sela-sela acara Pembekalan Caleg DPR RI Partai Demokrat, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (11/11/2018).

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/12/17440681/demokrat-bebaskan-kadernya-di-pilpres-timses-jokowi-maruf-semakin-pede

Sang kakak, Agus Harimurti Yudhoyono, sedikit berpendapat lain soal sikap partainya membebaskan para kadernya memilih calon presiden dan wakil presiden adalah sebagai bentuk upaya realistis agar Partai Demokrat bisa meraup suara lebih dari 4 persen dalam ajang Pileg 2019 yang digelar bersamaan dengan pilpres.

Hari ini tidak ada yang bisa menjamin kontribusi pilpres terhadap pileg,” ujar AHY saat ditemui di kafe Little Collins, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Rabu (28/11/2018).

Lebih lanjut AHY menjelaskan, pada ajang Pilpres 2019 mendatang, dapat dipastikan hanya dua partai politik yang diuntungkan, yakni PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Sebab, kedua kader terbaiknya menjadi tokoh yang diusung. Menurut dia, hal tersebut dipastikan berimbas pada tingginya tingkat elektoral kedua partai tersebut di ajang pileg yang dihelat serentak dengan Pilpres 2019.

“Kami ingin suara Partai Demokrat banyak. Capaian kami tahun ini paling tidak seperti 2014 lalu di angka 10,18 persen. Target kami menuju 15 persen. Sasarannya optimistis, tapi perlu kerja keras,” imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/11/28/20243451/ahy-tak-ada-yang-bisa-menjamin-kontribusi-pilpres-terhadap-pileg

Berpatokan pada hasil Pileg 2014 Partai Demokrat sendiri mendapat 61 kursi DPR atau 10,18 % suara. Sudah terbayangkan seandainya jumlah suara 10,19 % itu sepenuhnya berlabuh ke Jokowi-Ma’ruf Amin. Saya pikir tebakan saya tidak ngawur melihat sikap dari SBY sebagai Ketua Partai Demokrat yang total menyerahkan sepenuhnya pilihan para kadernya sebagai individu.

Sikap dualisme elit Partai Demokrat yang seperti ini seolah kode setengah hatinya elit politik di tubuh Demokrat dalam mendukung Prabowo Sandi.

Jangan menganggap sepele adanya perbedaan pilihan antara kader dengan elit parpol. Bagaimanapun, yang namanya ketidaksesuaian aspirasi ini akan berdampak pada mobilisasi mesin politik partai.

Padahal mesin politik partai, terutama yang bersifat informal di akar rumput, merupakan salah satu kunci kemenangan capres yang diusung.

Dari fenomena ini semua, saya melihat ada keuntungan bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin untuk meraih suara dari pendukung Partai Demokrat terutama paska dijenguknya Ibu Ani oleh Presiden dan Ibu Negara. Hehehe, jangan salah loyalis SBY itu banyak loh apalagi di arus bawah. Begitulah kura-kura opini amatiran.(Dhian Pras/Seword)

--

--