tidak keibuan?

Tristia Riskawati
Tristia Riskawati
Published in
2 min readApr 22, 2023

Walau sudah hampir setahun setengah lamanya dipanggil Bunda, oleh si kecil yang disemai dari rahim sendiri-- rasa-rasanya diri ini kurang merasa keibuan.

Entahlah.

Dibilang nggak suka anak kecil, nggak juga. Namun nampaknya kesukaanku pada anak kecil lebih berlandaskan karena jiwa bocahku yang senang menjelma sedemikian playful, ketimbang didasari akan naluri mengasuh yang tinggi.

Happy Hara-chan! (Dijepret diri sendiri)

Aku pun akan menjawab "Ingin punya tiga, atau empat anak." ketika ditanya ingin memiliki keturunan seberapa banyak, dengan jarak yang pas. Namun ini lebih pada karena antusias untuk tetap meremajakan diri, aku suka belajar dan berinteraksi dari ragam kombinasi genetikku-suami yang pastinya akan berbeda-beda.

Aku suka keramaian dan chaos indah yang bersumber dari lugunya kenakalan makhluk kecil, sekaligus menjadi rekan bicara empatif nan menantang pada remaja-remaji yang mungkin menganggap menjadi gamers adalah profesi andalannya.

Barangkali, aku memiliki privilege wawasan untuk "menguatkan hubungan dengan suami" serta "ilmu mengenali potensi diri"-- sehingga aku merasa menjadi ibu bukan "hal besar yang merubah segala-galanya-- bahkan perlu mengorbankan jati diri dan kemesraan dengan suami".

Menjadi ibu memang peran yang signifikan dalam hidup-- namun aku tak 'menuhankannya'.

Aku diberi kekuatan, support system, kecenderungan olehNya untuk memadu-padan peranku sebagai ibu dengan peran-peran yang lain-- seperti dengan peran seorang istri, atau peran publik yang kulakoni. Kuharap kombinasi perannya akan ciamik dan menguatkan, bukan saling melemahkan.

Jadi, mungkin, I just love having children not for the sake of love having little cute children. But maybe it is probably for the sake of my love to learn and being a best friend of every phase of human beings. Little or big old kiddos.

Pasti, insyaallah, akan banyak pembelajaran-pembelajaran segar dari tiap anak, yang bertahap menguliti perspektif sok tahu kami akan kehidupan.***

| Renungan Tristi, yang bersama suaminya insyaallah siap diskusi secara terbuka dengan Hara-abege jika ia ingin berkuliah filsafat atau arkeologi di kemudian hari🙈 .|

--

--