Beri Pengalaman Terbaik

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
2 min readJun 19, 2017

--

Facts can not cure the doubt, more facts not necessarily cure the doubt the experience dose -Seth Godin-

Saya sangat menyenangi kalimat yang dituliskan oleh pakar pemasaran yang punya kebiasaan menulis ini. Seth Godin mungkin bukan seperti para pakar pemasaran yang banyak berkutat dengan riset-riset akademis dan dunia pengajaran. Bahkan dirinya cenderung seperti sosok antitesa dari para akademisi itu sebabnya sebagian orang menyebutkan “Seberapapun benci Anda dengan Seth Godin, tetap perhatikanlah tulisan-tulisannya.” Ini mengapa kali ini saya berusaha sedikit membahas quote yang saya sajikan di awal.

Seth Godin rasanya benar-benar mengetahui bagaimana sebuah pemasaran dan branding bekerja. Dirinya menyebutkan bahwa fakta tidak mampu mengobati rasa ragu. Bahkan lebih banyak fakta pun tidak pula serta-merta mengobati keraguan. Namun ternyata yang mengobati keraguan itu semata adalah sebuah pengalaman. Pengalaman apa yang dimaksud? Pengalaman berinteraksi.

Saya mengamini apa yang dikatakan oleh Seth Godin di atas, bahwa memang ternyata bukanlah fakta-fakta yang membuat kita menjadi yakin, namun sebuah pengalaman berinteraksi, pengalaman merasakan melalui beberapa atau seluruh indera kita dalam berbagai hal. Sebut saja saat kita ingin membeli suatu barang elektronik, seberapapun spesifikasi yang dijelaskan oleh tim penjualan, tetapi jika kita tidak mendapatkan pengalaman yang baik kita akan merasa ragu apakah benar produk tersebut berkualitas. Spesifikasi hanyalah sebuah alamat jalan yang mengantarkan kita menuju pintu gerbang, namun pengalaman di sebuah rumah ditentukan oleh para pengurus atau pemilik rumah. Hasilnya bisa bermacam-macan, kita bisa merasa betah di rumah tersebut, bisa merasa aneh, merasa horor, tertekan atau bahkan terusir. Semua pengalaman berkunjung itu tercipta saat kita berinteraksi dengan setiap elemen yang ada di rumah.

Contoh diatas setidaknya menjelaskan mengapa produk yang diposisikan sebagai komoditas cenderung tidak lama bertahan di pasaran. Sedangkan produk yang diposisikan sebagai produk gaya hidup menjadi lebih awet bahkan memiliki basis penggemar fanatis, ambil contoh saja seperti produk-produk Apple. Kasus-kasus ini sering digunakan dalam dunia branding.

Kasus serupa juga sering dialami saat kita berinteraksi dengan seseorang. Kita cenderung mampu untuk mengingat dan mengesankan orang berdasarkan pengalaman kita berinteraksi dengan mereka. Namun kita akan selalu gagal untuk mendeskripsikan fakta-fakta seperti ciri tubuh, tinggi, karakter wajah dsb. yang dia miliki secara akurat.

Berangkat dari kesadaran inilah kemudian saya merasa bahwa, memberikan pengalaman terbaik saat orang lain berinteraksi dengan saya adalah sebuah prioritas. Bukan berarti memberikan fakta-fakta tidak perlu, fakta tetaplah perlu namun interaksi yang mampu menghasilkan pengalaman yang berkesan positif adalah hal yang paling utama. Dan mungkin ini berlaku di semua industri bahkan di bidang agama dan spiritualitas. Lalu masihkan kita menyepelekan tentang memberi kesan terbaik setelah mengetahui pengetahuan ini? Pikirkan lagi.

Day 5
Surabaya

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.