Bersenang-senang Dalam Menulis

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
2 min readJun 9, 2019

--

Benarkah dapat dilakukan

Malam itu hujan turun begitu lebatnya, untung kami sudah berada di rumah. Berteduh, namun memutuskan untuk cangkruk di pelataran karena memang di dalam rumah itu sumuk. Kami berdiskusi banyak tentang berbagai hal, dalam diskusi itu saya sesekali memandangi parasnya yang cantik yang sedang menjelaskan konsep-konsep rumit. Seperti biasa, inilah momen favoritku setiap hari.

Diskusi bersama istri kala itu adalah tentang bagaimana sebuah seni kerap kali atau hampir selalu lahir dari situasi kesedihan, depresi dan kesusahan. Saya menyadari hal itu, dan sempat mengalami pengalaman yang serupa. Ketika saya dalam situasi yang sama, saya bisa menulis apapun yang saya mau tentunya dengan suasana hati yang tidak karuan dan nada tulisan yang gelap pula. Begitu juga dirinya, ia juga pernah berada dalam masa-masa itu.

Menariknya, ada satu persamaan yang kami alami ketika dalam situasi seperti itu. Bahwa kami benar-benar bisa untuk mengekspresikan diri dan apa yang kami masing-masing rasakan kemudian menuangkannya dalam tulisan. Sementara kini ketika kami bersama-sama, kami cenderung untuk menemukan suasana hati yang tepat untuk bisa produktif menulis seperti saat itu. Menurutnya, itu karena dalam situasi senang kita akan cenderung untuk larut dalam kesenangan dan tidak ingin terlepas darinya.

Sementara menulis adalah aktifitas yang harus lepas dari interaksi eksternal dan lebih banyak berbicara dan merenung dengan diri sendiri. Dengan kata lain menulis adalah aktifitas yang membutuhkan kesendirian. Lagi-lagi sebuah suasana yang menyedihkan.

Saya berusaha untuk mematahkan adagium itu. Bahwa seni utamanya menulis, hanya bisa lahir dalam situasi yang gelap. saya terus berpikir apakah ada orang yan bisa menulis dalam bahagia. saya berusaha mengurainya, namun saya hanya mampu mengurainya sampai batas pada dikotomi seni dengan kreatifitas desain.

Seni adalah ekspresi yang bebas dan lepas, sementara kreatifitas yang didesain merupakan hasil kerja untuk menyelesaikan masalah (problem solving). Rasanya inilah akar perdebatan dari apakah menulis maupun karya kreatif lain yang dibangun berdasarkan masalah apakah termasuk dari seni atau bukan.

Contohnya seperti apakah desain grafis komersial termasuk bagian dari seni grafis; Apakah copywriting termasuk bagian dari seni menulis; Apakah arsitektur termasuk bagian dari seni bangunan.

Saya tentu bukan orang punya otoritas untuk mendefinisikan perdebatan tersebut, tetapi saya sepertinya menemukan pola bahwa kreatifitas yang berusaha memecahkan masalah kerap kali bisa dilakukan dalam suasana hati yang senang. Sebab kreatifitas membutuhkan kedamaian, keluasan pikiran dan kegembiraan. Sementara suasana hati yang gelap seperitnya hanya akan melahirkan ekspresi-ekspresi abstrak.

Namun lewat tulisan ini berusaha untuk menemukan. Apakah benar menulis dalam situasi senang mustahil untuk dilakukan jika berfokus pada diri sendiri.

Nyatanya, saya pun tetap gagal. Karena tulisan ini pada akhirnya berbicara tentang ide-ide di luar diri. Sehingga saya menulis untuk memecahkan perdebatan yang diakui atau tidak adalah tentang problem solving.

Entah seperti apa itu menulis ekspresif yang bahagia. Semoga suatu saat saya bisa menemukannya.

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.