Kamu Bukan Pemalas, Kamu Adalah Penakut

Alasan dibalik mengapa kita selalu menunda-nunda pekerjaan.

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
4 min readDec 28, 2019

--

Photo by Joshua Ness on Unsplash

Apakah kita itu pemalas? Ketika saya bertanya pertanyaan tersebut, saya malah bertanya-tanya. Benarkah saya malas? Atau sumber masalah sebenarnya lebih pelik dari pada hanya sekadar malas. Rasanya ini yang belum banyak kita sadari tentang bagaimana kita menjalani hidup.

Saya menemukan sebuah artikel menarik yang menurut saya benar-benar menohok batin saya. Berjudul, You are not Lazy, You Are are Afraid. Dalam artikel itu dijelaskan mengapa sebenarnya kita selalu menunda-nunda hal-hal penting dalam hidup kita.

Di masyarakat kemalasan dianggap sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan. Berbagai cara ditemukan untuk membuat setiap orang produktif dan tidak lagi menunda-nunda karena malas. Termasuk dengan cara menemukan motivasi dalam diri.

Namun benarkah akar dari menunda-nunda itu adalah kurangnya semangat dan motivasi?

Mayo Oshin dalam artikel tersebut mengutip sebuah penelitian yang mengungkap bahwa apa yang terjadi dengan kebiasaan seseorang untuk menunda ada kaitannya dengan amygdala. Penelitian bahkan menghasilkan sebuah sebutan bernama Amygdala Hijack.

Ketika seseorang mengalami pengalaman negatif atau pengalaman tidak menyenangkan, amygdala memicu respon yang disebut dengan fight or flight, lawan atau kabur. Hal inilah yang membuat seseorang akan mempertimbangkan apakah mereka ingin menghadapi suatu situasi atau malah meninggalkannya tanpa diselesaikan.

Meninggalkan situasi tidak nyaman tanpa terselesaikan akan memberikan rasa nyaman, enak dan senang.

Namun hal ini dijelaskan oleh Oshin, hanya akan terjadi dalam waktu singkat. Sebab emosi negatif yang menjadi bagian dari situasi tidak nyaman ini akan kembali muncul dalam bentuk-bentuk seperti rasa bosan, keraguan, kecemasan, stres dan lain-lain sehingga kita akan terus menunda hingga akhir garis mati.

Ini adalah semacam lingkaran setan antara kabur dengan memberi “penghargaan diri” dengan menunda pekerjaan.

Dengan fakta ini maka bisa jadi penundaan sebenarnya adalah upaya kita untuk menghindari konsekuensi lanjutan dari situasi yang ditinggalkan. Kita merasa takut dengan konsekuensi tersebut sehingga menunda hanyalah cara untuk kita menghindari ketakutan.

Situasi seperti ini selalu kita hadapi bersama. Kamu mungkin merasa takut untuk menyelesaikan projek yang kamu mulai karena merasa projek itu tidak cukup bagus. Kamu takut untuk gagal, kamu takut untuk ditolak.

Jangan salah, saya pun masih mengalami ketakutan ini. Setiap kali saya menulis masih ada rasa takut kalau tulisan saya tidak cukup bagus. Masih banyak kalimat yang membingungkan, masih banyak logika yang kacau berantakan.

Lebih besar, saya terus menerus menunda untuk menulis buku karena saya merasa buku yang saya tulis tidak akan bagus dan tidak dibaca orang.

Jangankan dibaca oleh khalayak, tulisan di baca istri dan diberi masukan kritik saja saya merasa cukup terintimidasi walaupun saya merasa senang ada timbal balik yang benar-benar jujur.

Bagaimana jika ketakuktan selalu membayangi kita untuk menyelesaikan sesuatu.

Kita perlu sadar bahwa kekhawatiran pada masa depan sejatinya hanyalah cara kita untuk bertahan hidup dan berhati-hati. Meski begitu, bukan lantas kita harus mundur dan menunda menyelesaikan pekerjaan. Tapi rasa takut itu harus dihadapi dan pekerjaan harus diselesaikan.

Sebagaimana yang sering saya gunakan untuk perandaian. Hidup ini ibarat mengemudi mobil di malam hari dengan lampu yang menyorot ke jalan.

Kita tahu punya tujuan yang indah. Tujuan itu bisa di gunung, bisa di pantai, bisa di kota di manapun yang kita inginkan. Namun untuk menuju tujuan tersebut kita harus mengemudi mobil di malam hari yang gelap. Jalanan tidak terlihat, suasan sepi dan sunyi. Kita sendirian untuk menuju tujuan tersebut.

Tentu kita tidak akan mencapai tujuan jika kita merasa takut kemudian tidak bergerak sedikitpun.

Dengan kita memberanikan diri mengemudi mobil tersebut, kita akan berjalan. Bisa perlahan-lahan bisa terburu-buru, tentu perlahan adalah cara yang lebih baik.

Perlahan mobil berjalan menyorot jalan yang semula adalah kegelapan. Jalan yang sebelumnya tidak terlihat membuat kita ketakutan, tidak lagi gelap dan terlihat jelas seperti apa bentuknya. Mungkin jalan itu adalah kelokan, mungkin jalan itu ada hambatan, atau sebagainya.

Intinya dengan berjalan kita cepat atau lambat akan tahu seperti apa misteri di depan.

Kita tidak benar-benar tahu akan seperti apa perjalanan yang kita akan lalui menuju tujuan yang telah kita tentukan. Perjalanan itu bisa saja menyenangkan, bisa saja menyeramkan, yang jelas perjalanan itu mulanya adalah misteri gelap yang membuat kita khawatir. Namun kita akhirnya tahu bahwa dengan menghadapi itu semua kita akan semakin dekat dengan tujuan.

Akhirnya, kembali lagi pada keputusan kita. Apakah kita mau untuk menghadapi situasi ataukah memilih untuk menunda dan menunda. Karena satu hal yang harus ingat, saya, kamu dan kita semua sebenarnya bukanlah pemalas, kita punya impian, kita punya keinginan, namun kita hanya takut dengan kegagalan, tapi juga takut dengan kesuksesan.

Mengapa kesuksesan juga menjadi sesuatu yang menakukan? Karena dengan kesukesan akan ada sesuatu yang berubah. Memang kamu akan mendapatkan banyak sumber daya seperti uang dan ketenaran tapi kamu juga akan semakin dituntut banyak hal. Kamu akan disorot oleh banyak orang. Kamu akan diperhatikan setiap saat.

Namun itulah konsekuensinya. Menunda memiliki konsekuensi, begitu pula saat menuntaskan pekerjaan. Keduanya sama-sama memiliki dampak. Namun jika kita menunda dan tidak menuntaskan, kita tidak akan lebih dekat dengan tujuan.

Maka, janganlah kita mundur. Selesaikan pekerjaan itu, selesaikan projek itu kemudian sampaikan pada dunia. Lalu lihat apa yang akan terjadi. Itulah petualangan selanjutnya yang akan dimulai.

Jangan tunda karya dan idemu dalam pikiran. Tuangkan segalanya dalam tulisan. Bergabunglah bersama kami di Tulis Aja untuk menyebarluaskan ide-ide hebat yang telah kamu cetuskan.

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.