Memberi dan Berbagi Lebih dari Yang Kita Dapatkan

Sesuatu yang membangun peradaban internet

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
4 min readFeb 16, 2019

--

Photo by Birte Liu on Unsplash

Di era sekarang, apapun bisa kita dapatkan. Kita bisa membeli barang-barang yang mungkin dahulu tidak pernah kita bayangkan. Kita bisa belajar apapun yang kita inginkan hanya melalui ponsel dan dari rumah. Bahkan semua itu bisa didapatkan dengan harga murah dan bahkan gratis.

Pernahkah kita memikirkan, mengapa semua itu begitu mudah diberikan pada orang lain. Padahal dalam hal-hal tertentu informasi yang diberikan di internet sifatnya adalah rahasia. Namun kita bisa dengan mudah mengakses dan mempelajari. Mengapa orang seakan mau berbagi banyak hal di internet secara cuma-cuma.

Memang, tidak semua orang mau seperti itu karena berbicara soal sebuah etos memberi di era sekarang rasanya seperti berbicara tentang sebuah kelangkaan yang mungkin sangat jarang ditemukan. Penyebabnya adalah karena saat ini hampir segala hal berusaha dihitung untung dan ruginya.

Padahal menurut saya, peradaban tidak akan bisa bekerja dengan baik tanpa ada orang yang mau memberi tanpa menghitung imbal balik apa yang akan didapatkannya.

Ada keluh kesah yang disampaikan pada saya yang mengatakan bahwa dia merasa kelelahan untuk ‘mengurus’ orang lain. Dirinya begitu ingin mendapatkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan tidak menghabiskan waktu untuk orang lain. Maksudnya adalah ia bekerja lebih banyak untuk orang lain dan karena omongan orang lain yang tidak sebanding dengan apa yang ia dapatkan.

Perasaan seperti itu bisa jadi muncul karena upah yang tidak sesuai. Atau apresiasi yang tidak sama dengan kerja keras yang telah dilakukan. Memang, upah dan apresiasi adalah hal yang berbeda jika kita membahas konteks berbagi. Upah dan apresiasi seharusnya diberikan sepadan dengan upaya yang dikeluarkan. Bahkan saya diajarkan untuk memberi apresiasi dan upah sebelum keringat seseorang mengering.

Lagi-lagi saya diajarkan untuk saya siap memberi lebih dari apa yang saya terima dengan mengupah maupun mengapresiasi lebih awal dari apa yang saya dapatkan. Memberi dan berbagi lebih dari apa yang terima.

Berpikir tentang upah dan apresiasi terdengar seperti berpikir tentang untung dan rugi. Berpikir untung rugi memang tidak dilarang. Sah-sah saja untuk ingin mendapatkan keuntungan layaknya sebuah perdagangan. Namun dalam konteks dan situasi-situasi tertentu kita mungkin harus memikirkan lagi sikap untung rugi itu.

Seperti misalnya dalam hubungan relasi antar persahabatan, antar keluarga atau antara guru dan murid.

Di situasi-situasi tersebut kita harus benar-benar belajar untuk tidak melihat aspek keuntungan ketika memberikan sesuatu.

Photo by Dawid Zawiła on Unsplash

Kembali ke persoalan mengapa orang seakan mau berbagi banyak hal di internet.

Bagi saya, internet merupakan sebuah bentuk dari kebaikan hati dari penciptanya. Sampai detik ini, protokol internet adalah teknologi yang oleh penemunya tidak dipatenkan dan akan selalu digratiskan. Membuat milyaran orang bisa menikmati informasi dengan mudah dan murah.

Semangat yang sama pun akhirnya diwujudkan oleh para penerima manfaat internet. Mereka berusaha untuk memberi kebaikan-kebaikan yang mereka ketahui dan miliki. Melalui blog, melalui sosial media, melalui video, melalui podcast, melalui foto dan bermacam-macam lainnya.

Etos inilah yang menurut saya begitu indah. Ketika para pengguna internet mau untuk berbagi dan memberi lebih dari apa yang mereka dapatkan di internet. Alurnya akan menjadi sebuah lingkaran kebaikan yang tidak ada henti jika setiap pengguna internet sadar bahwa mereka perlu untuk memberi lebih dari apa yang telah didapatkan.

Kebaikan itu menular begitu juga keburukan.

Saya pun tidak naif bahwa begitu banyak kejahatan yang ada di internet hanya demi keuntungan yang ironisnya kebanyakan dipelajari dengan gratis dari internet. Saya yakin berbagai macam tutorial untuk meretas pada awalnya adalah karena pembuat informasi ingin berbagi ilmu. Sementara mereka yang lebih memilih untuk mendapatkan lebih banyak dari yang diterima memanfaatkan informasi yang gratis atau murah itu untuk kejahatan.

Itu sebabnya, melalui internet saya ingin agar bisa menjadi seseorang yang mampu memberi lebih dari apa yang saya terima. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada siapapun yang telah berbagi kebaikan di internet dengan saya berusaha berbagi kebaikan-kebaikan yang sama.

Tulis Aja adalah salah satu wadahnya, sebuah publikasi sederhana yang menumpang Medium.com yang memang di dalamnya banyak sekali orang yang memiliki semangat untuk berbagi informasi. Memang sistem partnership program seakan membatasi ruang berbagi itu.

Namun menurut saya sistem paywall untuk konten partner adalah hal yang lumrah dan wajar saja. Sehingga jangan sampai karena begitu membutuhkan uang, kita harus membatasi manfaat informasi yang kita berikan hanya karena tidak mendapatkan upah yang layak.

Mari kita ingat kembali bahwa internet adalah tentang berbagi. Medium pun tidak akan mampu hidup tanpa orang-orang yang rela berbagi dengan cuma-cuma. Saya sangat senang mengetahui ada begitu banyak orang yang berbagi pengalaman dan ilmunya dengan murah di medium. Saya ingin menjadi salah satunya.

Bagaimana denganmu kawan? Kapan berkeinginan untuk mau memberi dan berbagi lebih dari apa yang selama ini kita dapatkan? Yuk kita berbagi inspirasi dan cerita bersama-sama sekarang

Sedikit tentang memberi lebih dari apa yang kita dapatkan. Kawan bisa menyimak video Gary Vaynerchuk ini.

Tulisan ini diikutkan dalam kegiatan #Sabtulis (Sabtu Menulis) yang mengajak menuliskan gagasan, catatan, cerita dan ekspresi melalui tulisan secara rutin di hari Sabtu.

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.