Menulis itu Perjalanan Waktu Menuju Masa Depan

Makna yang sering kali hilang dalam menulis

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
3 min readMay 26, 2019

--

Photo by noor Younis on Unsplash

Saya tertegun ketika membaca sebuah frasa tentang apa makna sesungguhnya dari sebuah menulis. Kalimat itu datang dari blog Seth Godin, seorang penulis buku yang cukup berpengaruh di bidang internet dan pemasaran.

Ini kata-kata yang dia tuliskan di blognya dengan judul “Time Travel is Exhausting”.

When you sit to write your book (or your blog, for that matter), you imagine who’s going to read it, one day in the future. And then you reflect from that distant, amorphous place back to now.

Time travel.

Without a doubt, we need to do this now and then. We need the discipline to think hard about the implications of our actions. We need to plan, to envision, to make trade-offs. It keeps us on track, doing work we’re proud of.

Menurut Godin, menulis adalah tentang perjalanan waktu. Bukan, maksud dia bukan tentang kembali ke masa lalu. Maksud Godin menulis adalah tentang melihat masa depan kemudian menuliskannya saat ini.

Godin membayangkan bahwa setiap penulis seharusnya bisa berjalan di antara ruang waktu. Penulis harus bisa melihat pembacanya di masa depan. Bagaimana tulisannya akan berdampak dan bagaimana tulisannya bisa mempengaruhi para pembcara.

Pun Godin juga menjelaskan di tulisannya itu, bahwa perjalanan masa depan seharusnya juga dimiliki oleh mereka yang berusaha menyampaikan pesan. Pesan melalui seminar, pesan melalui forum-forum atau sejenisnya yang disampaikan untuk khalayak banyak.

Menariknya perjalanan waktu bagi mereka yang menyampaikan pesan-pesan itu ternyata sangat melelahkan, bahkan bisa membuat seseorang lumpuh. Coba bayangkan betapa kita gemetar ketika berusaha menulis dengan serius. Writers block tiba-tiba muncul entah dari mana. Sementara mereka yang berusaha menyampaikan pesan di panggung dan mimbar gemetaran karena demam panggung.

Sikap yang berbeda ketika kita berusaha menulis di sosial media. Kita bisa dengan luwes menulis kata-kata apapun isinya. Apa yang membedakan? Mengapa rasanya berbeda?

Menurut Godin, itu karena di sosial media memberikan kesan seseorang berkata-kata demi saat ini, bukan untuk masa depan. Bukan untuk masa depan audiens dan masyarakat. Tidak ada pemikiran tentang untuk siapa tulisan itu dan bagaimana nasib tulisan itu.

Argumentasi Godin ini menurut saya menarik, karena saya pun merasakannya. Dahulu ketika begitu aktif bersuara melalui sosial media, suara-suara yang disampaikan adalah tentang keluhan, sambat, dan hal-hal yang negatif. Sementara ketika berusaha menulis dengan tema yang lebih berbobot, saya cenderung menunda, kehabisan ide dan malas-malasan. Padahal saya sadar tulisan yang lebih berbobot itu akan lebih memiliki manfaat ketimbang saya harus meracau di sosial media.

Photo by Callum Skelton on Unsplash

Menulis pada akhirnya harus dipandang seperti berusaha membuat sebuah buku. Buku yang menjadi peninggalan, buku yang menjadi artefak perjalanan waktu. Buku yang menjadi referensi bagi orang di masa mendatang. Itu yang terjadi dengan karya-karya monumental peradaban manusia, yang kebanyakan adalah berbentuk buku.

Kita bisa sebutkan karya buku ratusan filsuf dan orang berpengaruh di masa lalu yang sampai ratusan tahun kemudian masih kita jadikan pegangan untuk menerjemahkan fenomena manusia. Pun kitab suci juga dibuat dalam format buku yang manfaatnya akan dirasakan hingga akhir peradaban manusia.

Akhirnya, untuk bisa mencapai hasil yang sama kita seharusnya selalu merencanakan, merancang, melihat ke depan ketika ingin menulis. Tidak hanya itu, kita juga seharusnya berani untuk mewujudkan dan terus berlatih agar mampu melompat-lompat ruang waktu dengan lebih mudah ketika menulis. Agar kita sadar dan siap bahwa setiap goresan dan setiap ketik huruf dan kata yang kita hasilkan akan bisa memberikan manfaat untuk masa depan. Sebagai sebuah perjalanan waktu yang sangat pantas untuk dilakukan.

Jadi bagaimana? Sudah siap untuk mengarungi perjalanan waktu?

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Produsen konten berpengalaman 8+ tahun. Telah memimpin projek konten untuk 5+ Brand teknologi & menghasilkan 1 juta lebih traffic. Hubungi bagusdr@teknoia.com.