Oh what a year

Mungkin itu kalimat yang bisa saya ungkapkan untuk tahun 2022.

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata
7 min readDec 25, 2022

--

Photo by Gadiel Lazcano on Unsplash

Ungkapan napas lega penuh lelah dan letih menuju tahun yang baru. Lelah dan letih yang saya maksud bukan dalam bentuk fisik. Justru karena dalam bentuk psikologis, emosi dan pikiran membuat tahun 2022 adalah tahun yang berat bagi saya.

Secara pencapaian sebenarnya tahun 2022 tidak jelek. Hanya saja karena masalahnya berupa masalah mental, ada banyak hal yang seharusnya bisa tercapai menjadi harus terlewatkan dan bahkan terabaikan.

Tahun ini 2022 adalah tahun pertama saya untuk tidak menulis target tahunan. Tahun 2022 juga tahun pertama saya menjalani pekerjaan tanpa tujuan. Menariknya, jika melihat tahun 2021, tahun saat pandemi virus corona begitu hebat, saya merasa sangat berhasil. Sukses besar dalam hal karir maupun pencapaian hidup.

Bisa jadi, keberhasilan tahun 2021 membuat saya kehilangan pijakan. Membuat saya masih terlalu optimis untuk bisa mengulangi keberhasilan di tahun 2022. Tanpa perencanaan hanya bermodal tekad dan juga kemampuan.

Sindrom juara seperti ini mungkin mirip seperti para juara bertahan Piala Dunia ya. Seperti yang sudah-sudah, para juara bertahan selalu gagal mempertahankan juaranya di seri Piala Dunia berikutnya. Jadi ya, selamat untuk para pendukung Argentina kemarin. Saya sendiri adalah pendukung Oranje yang tersingkir oleh sang juara.

Balik lagi ke bahasan tentang kenapa 2022 begitu berantakan. Begitu kacau?

Hal pertama yang saya identifikasi adalah memang soal percananaan. Kedua adalah soal ekspektasi berlebih.

Saya tidak menyangka bahwa untuk membesarkan seorang anak perempuan yang hebat, saya membutuhkan effort yang jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Perlu dicatat bahwa putri saya lahir pada akhir tahun 2021. Artinya, si kecil tumbuh besar dengan cepat di tahun 2022. Pertumbuhan pesat ini membutuhkan perhatian orang tua yang intens dan serius. Mengingat, kami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa asisten untuk mengelola rumah atau pun mengasuh anak.

Ekspektasi berlebih yang saya maksud adalah, saya merasa mampu untuk mengerjakan aktivitas profesional dan mengasuh anak sekaligus. Dalam ruang yang bersamaan, dalam momen yang sama.

Hasilnya adalah saat ini. Saya kewalahan secara mental.

Tahun 2022 adalah tahun ketika pandemi mulai mereda. Orang bisa mulai berlalu lalang dan bepergian ke sana kemari. Aktivitas bisnis dan pertemuan kolega serta berjejaring bersama secara tatap muka. Sedangkan keberhasilan saya tahun 2021 sepenuhnya terjadi secara daring. Tidak ada tatap muka satupun terjadi. Seluruh aktivitas terjadi secara remote dan saya tidak perlu bepergian ke mana-mana.

Di tahun itu, saya bertemu dengan banyak orang. Berkenalan dengan banyak orang baru dalam waktu singkat. Beberapa memang menjalin komunikasi cukup baik hingga saat ini. Tapi kondisi ekonomi yang mulai pulih kembali ke masa sebelum pandemi, membuat mode kerja saya harus berubah kembali.

Sedangkan kondisi saat ini telah ada anak kecil hebat yang perlu perhatian lebih. Bukan hal yang mudah. Itu sebabnya saya akhirnya mengalami kelelahan hebat burn out. Ada masanya ketika saya sama sekali tidak melakukan aktivitas pekerjaan selama beberapa bulan. Tidak membuka kontak komunikasi dengan siapapun. Aktivitas saya hanya terjadi di rumah dengan anak dan istri.

Dari yang awalnya optimis bisa bekerja dan mengasuh anak, akhirnya saya harus korbankan pekerjaan.

Bagi kamu yang mungkin menyadari, tahun 2022 adalah tahun dengan hasil tulisan paling sedikit dalam sejarah karir saya. Bila biasanya saya begitu rutin menulis. Di tahun 2021 ini saya hampir tidak menulis sama sekali. Hanya beberapa kali tulisan terbit dan beberapa konten tayang di media sosial.

Padahal, kebanyakan aktivitas pekerjaan sebenarnya masih banyak daring. TEKNOIA, agensi konten pemasaran yang saya bangun juga aktif secara daring. Begitu pula dengan startup yang kami bangun, Class for Content Creators juga masih beroperasi secara daring.

Namun ketika saya harus vakum dari pekerjaan, keduanya terbengkalai dan kehilangan momentum tahun 2022. Padahal tahun ini adalah tahun yang krusial. Tahun ketika banyak hal terjadi secara monumental yang bisa mengubah lanskap industri secara luas.

Tidak seperti masa pandemi, masa pandemi bagi saya adalah momen krisis akibat bencana. Bencana yang akan bisa mereda, tapi tidak banyak mengubah situasi. Perlahan kondisi akan kembali ke bentuk sebelum krisis. Sedangkan momen monumental, akan mengubah bentuk masa depan dengan bentuk yang baru.

Perang

Salah satu momen yang sangat krusial terjadi di tahun 2022 adalah ketika Rusia memutuskan untuk melakukan operasi militer ke Ukraina. Sebuah perang terbuka yang terjadi dengan melibatkan negara-negara maju. Tidak satupun pihak mengabaikan hal ini. Dampak ekonomi akhirnya merembet ke mana-mana.

Saya tidak terlalu khawatir sebenarnya tentang perang ini secara langsung. Pun saya tidak terlalu memperhatikan. Tapi bagaimana pun kehidupan di Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan geopolitik yang juga berkaitan dengan situasi tersebut. Hal yang saya khawatirkan malah berkaitan dengan peluang pekerjaan.

Semenjak tahun 2021, pekerjaan yang bisa dieksekusi secara daring semakin tinggi. Lonjakan talenta kreatif dan digital meningkat pesat dan industri pendidikan talenta tumbuh di mana-mana. Termasuk talenta digital marketing dan kreasi konten.

Tahun 2022 adalah momen bagi ekonomi kreator. Saat beragam platform dengan suka rela menggelontorkan uangnya untuk membayar supaya pembuat konten mau berkarya di tempatnya. Saya seharusnya di barisan yang sama. Sudah berada di trek yang sama. Tapi rupanya, saya tidak bergerak. Atau lebih tepatnya, tenggelam dalam kubangan pikiran.

Kelelahan secara mental membuat saya tidak cukup energi untuk menyemangati diri menghadapi realita bahwa saya perlu terus berusaha keras. Mengapa demikian? Sebab di luar sana ada banyak talenta yang sama menunjukkan bahwa dirinya mampu dan bisa menjadi kreator yang berhasil. Setidaknya dalam membangun audiens dan reputasi.

Sedangkan saya, akibat burn out, hal yang saya sadari adalah saya begitu cepat untuk menyerah. Mencari-cari alasan dan kembali (lagi-lagi) menyalahkan diri dan menganggap tidak punya kemampuan.

Padahal di awal tahun saya sudah merencanakan supaya tahun ini bisa mencapai 1 juta kata. Jumlah kata yang saya harap menjadi pencapaian penting dalam karir saya sebagai penulis. Nyatanya, saya meninggalkan catatan tersebut dan tidak menulis sama sekali. Bahkan ketika saya menulis naskah ini, saya seperti kehilangan reflek sebagai seorang penulis.

Lalu muncul pikiran bahwa, masihkan saya pantas menjadi seorang penulis? Jika saya menyerah dengan godaan mengerikan seperti ini. Karir saya akan tamat. Saya mungkin tidak akan menulis lagi.

Tapi, saya mencooba untuk melawan. Meski harus menulis dengan nada negatif dan buruk seperti ini. Bagaimana pun racauan seperti ini adalah tulisan.

Tulisan yang mungkin sama seperti tulisan yang pernah saya tulis 10 tahun lalu ketika mengawali menulis sesuai saran rekan saya yang kuliah psikologi. Sebuah saran yang menyarankan saya untuk berkomunikasi melalui tulisan, cara untuk mengefektifkan pesan dari seorang INTP. Meski kini, saya tidak terlalu menganggap penting hasil uji indikator psikologi seperit itu.

Malam ini, saya menulis dan terus menulis. Saya bahkan tidak tahu apa ujung dari tulisan ini. Tidak seperti tulisan lain yang biasanya saya tulis dengan kerangka pikir dan riset yang cukup lama.

Tulisan ini, tidak ada riset. Tidak ada data. Seluruhnya adalah kata-kata acak yang saya susun untuk menarasikan pengalaman tahun ini. Tahun yang tidak ingin saya ulangi, sampai kapanpun. Biarlah tahun 2022 menjadi kenangan dan pelajaran penting.

Kecerdasan buatan yang tidak lagi dibuat-buat

Momentum penting yang juga terjadi pada tahun 2022 adalah diluncurkannya ChatGPT, sebuah model bahasa kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI. Sebuah chatbot yang sangat mengerikan dan menangtang bagi para telenta kreatif di seluruh dunia. Tidak hanya bagi saya sebagai penulis, tapi hampir seluruh kreator konten nantinya akan tertantang oleh keberadaan kecerdasan buatan ini.

Saya beberapa kali mencoba untuk membahas tentang hal ini melalui nawala. Buat kamu yang ingin menyimak bahasan tentang konten pemasaran yang lebih mendalam dari sudut pandang lain, kamu bisa menjadi bagian dari nawala Inspirasi Marketing yang saya kelola tiap Senin Pagi.

Bagi saya, momen antara berkembangnya ekonomi kreator dengan hadirnya kecerdasan buatan ini adalah kondisi yang kontradiktif. Ketika kreator konten jumlahnya terus tumbuh, hadirlah alat yang malah bisa menggantikan mereka semua.

Photo by Xu Haiwei on Unsplash

Tren kecerdasan buatan ini akan terus menggelinding di tahun 2023. Bagi kreator atau pun content marketer seperti saya, tahun 2023 adalah tahun di mana tidak ada lagi tawar menawar untuk mengembangkan kemampuan diri.

Sebab satu-satunya peluang untuk menjadi lebih berbeda dari kecerdasan buatan adalah kita, manusia masih dianggap autoritatif. Kita masih bisa bertanggung jawab atas hasil intelektual kita. Kita masih bisa menjadi otentik dan oleh karena itu kita bisa tuntut atas pendapat, karya dan pekerjaan kita. Sedangkan, kecerdasan buatan belum mendapat peran ini. Pendapat kecerdasan buatan masih tidak dianggap sebagai pendapat intelektual.

Ke depan, menurut saya penentuan apakah kecerdasan buatan bisa menjadi sosok yang otentik atau tidak, adalah penentuan terbesar dalam titik sejarah manusia modern. Dalam waktu dekat, mungkin resistensi akan terjadi. Tapi dalam beberapa dekade, itu bisa saja terjadi. Jadi tahun 2045, Indonesia emas, bisa jadi pemandangan peradaban akan sangat jauh berbeda dengan situasi saat ini.

Oke, tidak perlu jauh-jauh ke tahun 2045. Mari melihat tahun 2023. Tahun depan dunia akan sepenuhnya pulih dari pandemi. Perekonomian kembali berjalan. Peluang gangguan mungkin akan datang dari krisis geopolitik. Perang.

Tidak ada yang suka perang dan tidak ada satu negarapun yang berharap perang terjadi. Sebab itu buruk untuk kondisi ekonomi negara. Kecuali perang menjadi bisnis, bagi segelintir orang yang tidak peduli dengan peradaban manusia.

Tahun 2023 bagi saya pribadi, tahun untuk keluar dari zona nyaman. Tahun untuk melakukan eksplorasi pada peluang-peluang yang sebelumnya begitu menakutkan. Menampilkan wajar, melantangkan suara, bertemu dengan banyak orang dan berani menemukan peluang hingga penghabisan.

Gambar: Herge/The Adventures of Tintin

Tahun depan, bukan lagi imajinasi untuk menghasilkan banyak karya. Tapi menjadi tahun ketika beragam karya itu terwujud satu demi satu sesuai rencana dan harapan.

Saya paham, bahwa resolusi seperti ini biasanya hanya menjadi kata-kata manis di akhir tahun. Namun tahukah kamu, saya adalah orang yang terlahir kembali dari resolusi akhir tahun 2013. Memulai menulis di malam natal, kemudian meneruskannya entah sampai kapan.

Tidak melulu harus di media digital. Bisa pula di buku catatan. Buku yang akan menjadi peninggalan.

Satu pekan ke depan, saya akan fokus pada perencanaan. Bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk kamu yang setia membaca tulisan-tulisan saya.

Terima kasih atas waktu dan kepercayaannya.

Sampai jumpa tahun depan.

--

--

Bagus Ramadhan
Tulis Aja — Lubuk Ekspresi Kata

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.