Manual Testing VS Automate Testing. Siapa yang lebih Dibutuhkan ??

Dhicy Ramdhani
Tunaiku Tech
Published in
3 min readJun 23, 2019

Assalamualaikum Sobat D-Ers

Balik lagi nih hari ini kita akan membahas seberapa penting manual testing dan automate testing. Buat saya yang sebenarnya adalah seorang Automation Tester, tentu bahasan ini agak bertentangan bukan?. Namun beberapa hari yang lalu saya mendapatkan pengalaman yang membuat kehidupan saya sebagai seorang QA menjadi lebih terbuka wawasannya tentang betapa pentingnya pengetesan secara manual .Baiklah kita mulai yah OK !.

Beberapa tahun terakhir tentu teman teman akrab dengan sebutan Automate Testing atau Bahasa Indonesia-nya testing secara otomatis dengan menggunakan program dan Bahasa pemrograman tertentu. Yups banyak yang berfikir jika automate testing bisa menggantikan manual testing. Hmmm bener gak nih yah?. Proses testing aplikasi dilakukan secara manual atau bisa kita sebut interaksi antara manusia dan program/aplikasi secara langsung. Jadi manusia yang melakukan testing mengoperasikan sistem secara langsung untuk mencari kesalahan sistem. Proses ini memang terkesan sangat memakan waktu yang lama khususnya untuk menguji suatu sistem yang sangat kompleks dan menghabiskan cukup banyak waktu. Meskipun demikian proses secara manual ini tetap diperlukan dan Tidak Boleh Dihilangkan (Ughhh pakai bold secara hurufnya ya kan….). Berikut ini beberapa alasan mengapa testing manual tidak boleh dihilangkan dalam dunia Software Quality Assurance :

1. Pengalaman (experience)

Seorang QA ketika melakukan testing terhadap sebuah aplikasi pasti akan timbul suatu perasaan senang, bosan, sulit, bahagia, mudah dan lainnya yang akan timbul jika user memakai aplikasi tersebut. Perasaan itu timbul setelah menggunakan aplikasi. Hal ini lah yang tidak bisa didapatkan ketika melakukan testing dengan menggunakan teknik Automation. Memang secara proses lebih cepat tapi sebagai seorang QA kita tidak bisa mendapatkan feeling dari sudut pandang user.

2. Skenario Testing (scenario)

Berbagai macam skenario bisa diterjemahkan ke dalam automation. Tunggu dulu ada kata “diterjemahkan”, nah otomatis sebelumnya dibuat terlebih dahulu ya kan guys. Nah proses membuat skenario harus dilakukan secara manual bukan. Dari sini bisa dipastikan testing manual pasti dilakukan terlebih dahulu agar dapat menentukan skenario mana yang bisa diterjemahkan ke dalam script dan yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam script automation.

3. Keamanan (security)

Berbicara keamanan tentu kita akan melihat bahwa hal ini sangat penting. Skenario yang didalamnya terdapat Static Authorization bisa diterjemahkan ke dalam script dan Dynamic Authorization. Apa sih Static Authorization?. Static Authorization adalah autorisasi yang disediakan oleh sistem secara tetap dan tidak bisa dirubah sebagai akses terhadap suatu Action/fungsi. Misalkan ketika kita ingin masuk kedalam sebuah sistem, maka kita membutuhkan contohnya username atau password. Nah kedua komponen tersebut mengautorisasi user sebelum melakukan fungsi lainnya di dalam sistem. QA akan dihadapi oleh kondisi dimana untuk masuk ke dalam sistem digunakan Dynamic Authorization. Dynamic Authorization adalah proses autorisasi yang memerlukan intervensi manusia dalam memverifikasi keabsahan user yang masuk ke dalam sistem yang biasa menggunakan SMS Token,Call Token atau Email Token. Untuk mengetahui token yang sifatnya dinamis dan memiliki waktu maka peran manusia tidak bisa digantikan oleh script. Alasanya dengan menggunakan Dynamic Authorization maka sistem benar benar memberikan kepastian bahwa yang mengakses adalah manusia dan secara legal user tersebut telah setuju dengan berbagai konsekuensinya. Oleh karena itu kini jika anda memiliki token SMS tidak boleh memberitahukannya kepada siapapun kan?.

Dari penjelasan diatas pada hakikatnya testing manual tetap diperlukan sebab untuk membuat automation testing maka QA harus terlebih dahulu membuat skenario melalui testing secara manual. Peranan automation testing adalah testing yang dilakukan pada fungsi fungsi yang sudah pasti. Namun automation testing bukan menjadi landasan lolos atau tidaknya testing. Sebab ada beberapa bagian dari testing yang tetap membutuhkan keputusan dari testing manual. Menjadi seorang QA yang hebat maka akan diperlukan pemahaman atas konsep sistem yang dibangun serta mengerti cara mengggunakan dan menterjemahkannya ke dalam skenario. Bukan kah hal itu proses manual?. Selain itu lewat testing manual membangun sikap kritis QA terhadap sistem lewat kombinasi skenario yang dibangun. Automation testing merupakan bagian yang melengkapi dari seorang QA untuk menunjang dalam kegiatan testing. Manual sebagai dasar dan automation sebagai penunjang. So jangan lupa untuk tetap menjadi QA yang ikut terlibat langsung dalam sistem, mengerti alur sistem, kritis, mendokumentasikan dengan baik dalam test case.

“ Automation is important but Manual is your framework as QA “

Comment yah dibawah yah. Kritik dan Saran dipersilahkan

Salam D-Ers

--

--