3 Langkah Menulis Fiksi Untuk Pemula

Ronny Mailindra
Tuturan
Published in
5 min readSep 8, 2020

--

Langkah sederhana menulis fiksi ala Stephen King

Saran terbaik untuk mulai mempelajari sebuah keahlian adalah dengan mencoba teknik paling sederhana. Baby steps kata orang. Ini berlaku untuk semua keahlian termasuk menulis cerita. Kalau kau memasukkan kata kunci ‘cara menulis fiksi’ di google, kau akan menemukan banyak sekali saran. Mengikuti prinsip baby steps, kau seharusnya memilih langkah yang paling sederhana sebelum mencoba teknik-teknik yang lebih rumit.

Stephen King, penulis thriller produktif, menuliskan dalam bukunya ‘On Writing’ bahwa komponen dasar dari sebuah cerita ada 3, yaitu narasi, deskripsi, dan dialog. Kita bisa membuat sebuah cerita hanya dengan membentuk ketiga komponen tersebut. Begini urutan langkahnya:

  1. Tulis Narasi.
  2. Deskripsikan.
  3. Tambahkan dialog.

1. Tulis Narasi

Narasi, seperti yang tertulis di buku On Writing, adalah komponen yang menggerakkan cerita dari titik A ke titik B dan seterusnya hingga mencapai titik Z. Sebuah cerita harus bergerak. Ia bisa berupa perjalanan seseorang dari satu tempat ke tempat lain, atau perjalanan seseorang dari satu keadaan ke keadaan lain.

Berikut ini adalah contoh sederhana sebuah narasi:

Bunga bangun pagi, lalu mandi, sarapan, dan pergi ke sekolah.

Lihat, begitu gampang membuat cerita. Dengan satu kalimat di atas kita sudah menceritakan kegiatan tokoh bernama Bunga sejak ia bangun pagi hingga pergi ke sekolah.

Memang, kalimat itu memang tampak seperti kerangka. Cuma terdiri dari tulang-belulang. Karena itulah kita harus tambahkan dua komponen lainnya.

2. Deskripsikan

Deskripsi, masih menurut Stephen King, adalah bagian yang menimbulkan realitas di benak pembaca. Dengan menggunakan deskripsi, kita bisa menggambarkan dunia yang ada di dalam cerpen dan novel sehingga pembaca bisa melihat dan merasakannya.

Kau pasti bertanya, bagaimana caranya menimbulkan realitas?

Jawabannya sama dengan jawaban dari pertanyaan, bagaimana kau merasakan keadaan di sekelilingmu?

Tentu saja melalui pancaindra dan perasaan. Kita merasakan keadaan sekeliling kita karena kita melihatnya, mendengarnya, merasakan panas dan dinginnya, manis dan pahitnya, kasar dan halusnya.

Nah, seperti itulah cara membuat realitas dalam cerita. Gambarkan situasi dalam cerita melalui panca indra dan perasaan tokoh atau pencerita.

Photo by chris farr on Unsplash

Sebagai contoh kita lengkapi kerangka cerita Bunga ini:

Bunga bangun pagi, lalu mandi, sarapan, dan pergi ke sekolah.

Misalnya kita bayangkan waktu bangun pagi Bunga mendengar suara kokok ayam, udara masih terasa dingin, dan matahari belum tampak. Kita juga bayangkan Bunga kesal waktu bangun pagi.

Setelah memutuskan hal-hal yang ingin kita masukkan dalam cerita, kita isi kerangka narasi menjadi sebagai berikut:

Si Jalu, ayam milik tetangga memang menyebalkan. Suara kokoknya di pagi buta begini sangat nyaring dan sama sekali tak merdu. Bunga membuka mata dan mendengus kesal. Suara si Jalu memotong mimpinya, meski sekarang ia tak ingat lagi apakah itu mimpi indah atau bukan. Yang tersisa hanya kesal karena kokok ayam sialan itu.
Kabut di matanya mulai menipis. Bunga menarik selimutnya. Udara masih terasa dingin. Ia melirik ke arah jendela. Tak ada sinar matahari yang menembus ventilasi. Pasti masih gelap di luar sana.

Dan seterusnya.

Ya, aku tahu, deskripsi di atas masih sangat buruk. Aku cuma ingin menunjukkan, bahwa untuk menimbulkan realitas di benak pembaca, kita harus menuliskan apa yang diamati oleh tokoh tentang dunia di dalam cerita. Kau bisa lanjutkan dan poles cerita di atas kalau kau mau.

3. Tambahkan Dialog

Dialog adalah komponen cerpen dan novel yang membuat tokoh-tokoh dalam cerita menjadi hidup melalui ucapan mereka.

Kalau melalui deskripsi pembaca bisa melihat bentuk fisik tokoh dan bagaimana mereka bertingkah, maka dialog memperjelas melalui ucapan mereka.

Seperti di dunia nyata, sering seseorang terlihat menarik, menyebalkan, pintar, bodoh, santun, atau arogan, hanya melalui kata-kata yang diucapkan. Hal seperti itu juga terjadi di dalam cerpen dan novel.

Ada satu rahasia yang mau kubagikan. Kalau kau bisa menunjukkan kepribadian tokoh melalui dialog, lakukan itu melalui dialog, jangan melalui deskripsi. Gambaran kepribadian yang disampaikan melalui dialog lebih kuat dan berbekas di benak pembaca.

Ini contohnya:

Melalui deskripsi:

Tigor orang yang kasar dan tak berpendidikan. Mulutnya kotor. Setiap ucapannya mengandung makian. Seperti hari ini. Sepuluh detik setelah memesan kopi, ia langsung memaki mbok pemilik warung yang menurutnya terlalu lama menyeduh kopi pesanannya.

Melalui Dialog:

Tigor masuk ke dalam warung itu dan memesan kopi. Sepuluh detik kemudian ia menggebrak meja.
“Anjing! Mbok, mana kopinya!” teriak Tigor.

Langkah selanjutnya

Setelah kau menguasai 3 langkah di atas, kau bisa melanjutkan perjalanan menulismu dengan menguasai teknik lainnya. Berikut ini beberapa saran untuk memoles ketiga komponen di atas.

1. Narasi.

Kalau kau suka cara kerja yang terstruktur, kau bisa mempelajari cara membuat plot dan outline.

Kalau kau lebih memilih bercerita mengikuti insting, kau bisa mempelajari cara membuat adegan (scene). Cari teknik-teknik cara membuat struktur scene. Para pendukung teknik ini percaya bahwa cerita dapat dibuat hanya dari dua blok, yaitu scene dan sequence.

Asah juga cara membuat twist agar ceritamu tidak datar dan tidak mudah ditebak lalu pelajari cara membuat flashback kalau kau membutuhkannya. Intinya, pelajari cara menggerakkan cerita, baik itu maju, mundur, atau bergerak ke samping.

Satu saranku, kau tak perlu terlalu semangat untuk menguasai semuanya. Pelajari saja sambil jalan. Seperti belajar naik sepeda, yang penting bisa seimbang dan mengayuh dahulu. Teknik jumping dan freestyle lainnya bisa kau pelajari nanti.

2. Deskripsi
Deskripsi yang baik bisa membuat pembaca masuk ke dalam cerita mampu membuat pembaca melihat, mendengarkan dan merasakan hal-hal yang terjadi dalam cerita. Deskripsi melalui pancaindra dan emosi adalah dasar. Jika ingin memoles kemampuan ini kau bisa baca tulisan yang membahas tentang cara membuat seting. Baca juga cara untuk menggambarkan karakter. Rajin-rajinlah mengamati lingkungan sekitar. Bagaimana tetangga berbicara, tukang sayur merayu, dan lain sebagainya.

3. Dialog
Dialog yang baik bisa mencerminkan karakter tokoh. Jadi untuk bisa menulis dialog yang baik harus mengerti betul sifat tokoh yang sedang berbicara. Kau bisa mengasah keterampilan membuat dialog dengan memperhatikan lingkungan sekitarmu. Perhatikan cara orang berbicara. Bisa juga dengan membaca teknik-teknik membangun karakter, entah itu protagonis, antagonis, atau karakter sampingan.

Sampai di sini dulu.
Salam menulis,

Ronny Mailindra

--

--