Mahasiswa Unnes Gelar Aksi Protes Uang Pangkal

UGMtoday
UGMtoday
Published in
3 min readJun 9, 2018
antaranews

SEMARANG, UGMtoday– Sejak diberlakukan pada tahun 2013, kebijakan mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) seperti tidak henti menuai aksi dan kontroversi.

Teranyar, ialah aksi yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada tanggal 4–7 Juni 2018. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas dikeluarkannya Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 245/K/2018 tentang Penetapan Besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI)/Uang Pangkal (UP) Per Mahasiswa Program Sarjana dan Program Diploma Universitas Negeri Semarang.

Melalui Keputusan Rektor tersebut, pihak universitas menginginkan adanya uang pangkal bagi mahasiswa asing, mahasiswa kelas internasional, mahasiswa yang melalui jalur kerja sama, dan mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri. Rencananya, uang pangkal ini akan diterapkan bagi para mahasiswa angkatan tahun 2018 dengan nilai SPI yang dibebankan sebesar 5 juta hingga 25 juta per mahasiswa.

Aksi ini dimulai pada hari Senin (4/6) pagi di depan pintu masuk Fakultas Matematika dan IPA (MIPA). Ribuan massa aksi yang mengepung area kampus ini menunggu kehadiran rektor untuk mendengarkan kejelasan dan menyampaikan beberapa tuntutan.

Namun, penantian dan harapan mereka sedari pagi nampaknya tak kunjung tercapai. Prof. Fathur Rokhman selaku rektor tak juga hadir dan menemui massa aksi. Akhirnya, massa aksi yang masih setia menanti ini kemudian memutuskan untuk tetap bertahan dan bermalam di Gedung Rektorat; sebagai bentuk komitmen dan keseriusan mereka menolak kebijakan uang pangkal tersebut.

Keesokan harinya (5/6), massa aksi yang tetap melanjutkan aksi damai melalui “aksi diam” justru mendapat tindakan represif dan intimidasi; tidak terkecuali kepada massa aksi perempuan.

Lalu pada hari ketiga (6/6), massa aksi yang masih bertahan kembali mendapatkan tindakan represif dan intimadasi berupa pembungkaman dengan pemanggilan kepada empat orang massa aksi.

Puncaknya terjadi pada hari Kamis, hari keempat dilangsungkannya aksi (7/6). Pada Kamis sore, rektor Unnes yang masih tetap enggan menemui massa aksi, didapati hendak meninggalkan Gedung Rektorat masih dipadati massa aksi. Sontak, massa aksi pun segera menghadang mobil yang sudah disediakan di depan Gedung Rektorat dengan cara berdiri dan bergelatak di sekitar mobil tersebut.

Mendapati hal tersebut petugas keamanan mencoba menyingkirkan massa aksi yang menghadang mobil tumpangan rektor Unnes. Biarpun mendapat hadangan, mobil ini ternyata tetap melaju dan menabrak barikade mahasiswa di sekitar mobil. Hingga didapati beberapa mahasiswa luka-luka dan terdapat sebagian lain yang pingsan.

Dilansir cnnindonesia.com, Julio Harianja selaku salah satu mahasiswa peserta aksi mengatakan bahwa hal yang dilakukan pihak rektorat ini merupakan suatu hal yang tidak manusiawi. Ia menambahkan, tentu tidak mungkin supir yang mendampingi rektor nekat untuk menabrak massa aksi di sekitar mobil tanpa diminta Rektor. Para massa aksi yang berusaha menyampaikan aspirasi mereka secara baik-baik, menyayangkan iktikad baik mereka justru dihalang-halangi petugas kemanan kampus dan Polisi.

Di sisi lain, pihak rektorat justru menampik tudingan bahwa mobil yang ditumpangi Prof. Fathur Rokhman menabrak mahasiswa Unnes yang sedang melakukan aksi. Melalui Parmin, selaku Staf Ahli bidang Kemahasiswaan Unnes, ia mengatakan bahwa mobil hanya melaju perlahan. Mahasiswa yang menghadang di depan mobil ditarik dan disingkirkan petugas keamanan agar tidak terluka.

Pihak rektorat Unnes justru menuding bahwa aksi tersebut ditunggangi kepentingan lain di luar mahasiswa Unnes. Namun, pihak mahasiswa membantah jika aksi mereka ditunggangi kepentingan lain. Biarpun pihak mahasiswa mengakui jika aksi mereka ini mendapat dukungan dari mahasiswa lain di luar Unnes, seperti aksi-aksi perihal UKT yang dilakukan di universitas lainnya.

Fathur Rokhman pun akhirnya bersuara terkait keengganannya menemui massa aksi yang sudah menunggunya selama kurang lebih empat hari. Ia beralasan bahwa cara penyampaian yang dilakukan mahasiswa tidak akademis dan cenderung memaksakan kehendak.

#ugmtoday #selasar

--

--

UGMtoday
UGMtoday

Portal informasi gamatizen yang dikemas secara baru, berbeda, dan kekinian. Sama aku aja~ #ugmtoday #gamatizen