Parlemen Sahkan Anggaran Diam-Diam, Demonstran Bakar Gedung Guatemala

Whafir Pramesty
UGMtoday
Published in
3 min readNov 29, 2020
Api keluar dari salah satu bagian dari Gedung Kongress yang dibakar oleh pengunjuk rasa di Guatemala City, Sabtu (21/11). (Sumber foto: Oliver De Ros/AP Photo)

Ratusan demonstran di Guatemala, Sabtu (21/11), membakar sebagian gedung parlemen Guatemala kala menggelar aksi tuntutan pengunduran diri Presiden Alejandro Giammatei. Aksi tersebut merupakan buntut pengesahan anggaran di tengah pandemi Covid-19.

Menurut laporan Associated Press (AP), pembakaran Gedung Kongres Guetamala terjadi saat sekitar 10.000 orang menggelar aksi demo di depan National Palace di Guatemala City. Para demonstran memadati alun-alun di depan istana lama di Guatemala City dengan membentangkan spanduk, poster serta kertas karton berukuran besar bertuliskan “Tidak ada lagi korupsi, Giammattei mundur!”, tulisan anti-pemerintah lainnya berbunyi “Mereka mengacaukan generasi yang salah.”

Para demonstran yang memprotes korupsi dan anggaran pemerintah tersebut mengatakan proses negosiasi pembahasan rencana anggaran ini dilakukan secara diam-diam sementara Guatamala tengah terdistraksi oleh bencana alam seperti angin topan dan pandemi Covid-19. Sekitar 1.000 pengunjuk rasa menggelar demonstrasi di depan Gedung Kongres. Video yang tersebar di media sosial memperlihatkan kobaran api terlihat dari jendela gedung. Polisi menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa dan laporan menyebutkan puluhan orang terluka.

“Kami marah dengan kemiskinan, ketidakadilan, dan cara mereka mencuri uang rakyat,” jelas profesor psikologi Rosa de Chavarria yang ikut turun ke jalan.

“Saya merasa masa depan kami dicuri, kami tidak melihat perubahan apa pun, ini tidak bisa berlanjut seperti ini,” ujar seorang mahasiswa Mauricio Ramirez.

Sejumlah pengunjuk rasa juga membakar terminal bus. Menanggapi hal ini, Giammattei mengecam pembakaran tersebut melalui akun Twitter-nya pada hari Sabtu (21/11).

“Siapa pun yang terbukti berpartisipasi dalam tindakan kriminal akan dihukum dengan kekuatan hukum penuh,” kicaunya. Ia menulis bahwa dirinya membela hak masyarakat untuk melakukan unjuk rasa. “Tetapi kami tidak dapat mengizinkan orang untuk merusak properti publik atau pribadi,” tambahnya.

Demonstrasi besar melawan pemerintah Guatemala dipicu oleh ketidakpuasan dan kemarahan rakyat terhadap pemerintahan Giammattei dan parlemen karena minimnya sumber daya yang dialokasikan untuk melawan covid-19 di anggaran baru pemerintah Guatemala.

Parlemen Guatemala, yang didominasi partai konservatif pro-pemerintah, pekan lalu, menyepakati anggaran mencapai hampir US$13 miliar, terbesar sepanjang sejarah negara itu. Sebagian besar anggaran akan dialokasikan untuk membangun infrastruktur sehingga memicu kemarahan warga mengingat kemiskinan yang tersebar luas dan separuh anak balita kekurangan gizi. Di samping itu, parlemen juga menyetujui anggaran sebesar US$3,8 miliar untuk memerangi Covid-19, tetapi kurang dari 15% dari dana itu yang telah diinvestasikan.

Tak hanya itu, anggota parlemen juga menyetujui $65.000 atau sekitar Rp919 juta untuk membayar makanan untuk diri mereka sendiri, tetapi memotong dana untuk pasien virus corona dan lembaga hak asasi manusia.

Kebijakan pemerintah tersebut dinegosiasikan secara rahasia dan disetujui oleh kongres sebelum Rabu (18/11) fajar, ketika negara itu terganggu oleh dampak badai Eta dan Iota, yang membawa hujan lebat ke sebagian besar Amerika Tengah.

Melihat situasi dalam negeri yang tidak kondusif, Wakil Presiden Guatemala, Guillermo Castillo, Jumat (20/11) malam, mengatakan dirinya telah berbicara langsung dengan presiden mengenai kemungkinan mengabulkan desakan rakyat. Castillo menawarkan diri untuk mundur. Ia memberitahu Giammattei mereka berdua harus mundur dari posisi mereka ‘untuk kebaikan negeri’. Ia juga menyinggung akan memveto anggaran tersebut, memecat pejabat pemerintah, dan memperluas capaian di berbagai sektor.

“Demi kebaikan negara, saya memintanya agar kami menyampaikan pengunduran diri kami bersama,” ungkap Castillo di media sosial.

Giammattei belum mengungkapkan kepada publik reaksinya mengenai usulan itu dan Castillo tidak membagikan reaksi presiden terhadap usulannya. Castillo sendiri mengatakan ia tidak akan mengundurkan diri sendirian.

Dalam pertemuan dengan Presiden Giammattei, Wapres Castillo mengakui dirinya berseberangan sikap dengan Giammattei mengenai sikap pemerintah memberantas korupsi dan menangani pandemi.

Giammattei, seorang dokter berusia 64 tahun, mulai menjabat sebagai Presiden Guatemala pada bulan Januari dengan janji untuk memberantas korupsi dan memerangi kejahatan terorganisir. Tetapi, masa kepresidenannya didominasi oleh kontroversi mengenai penanganannya terhadap Covid-19, terutama minimnya rumah sakit di negara itu. Pada Mei lalu, Presiden Giammattei secara terbuka berdebat dengan Wapres Castillo mengenai respons terbaik dalam mengatasi pandemi Covid-19 di negara Amerika Tengah itu.

Menyusul ramainya protes terhadap rancangan anggaran tahun 2021 yang tengah dibahas, Presiden Legislatif Allan Rodriguez memutuskan untuk menangguhkan pengesahan RAPBN ini.

“Untuk menjaga pemerintahan negara dan perdamaian sosial, kami setuju untuk menunda proses pengesahan rencana pendapatan dan pengeluaran untuk anggaran 2021,” sebut Rodriguez dalam media sosial Kongres.

Mulanya, rancangan anggaran akan segara dikirim ke Presiden Alejandro Giammattei untuk ditandatangani sampai akhirnya gelombang protes hadir untuk memrotes rencana anggaran negara Guatemala 2021 yang dianggap bermasalah.

--

--