Path, Sudah Mau Pergi Baru Dicari dan Dibuka Lagi

UGMtoday
UGMtoday
Published in
3 min readSep 18, 2018

Pengguna media sosial Indonesia sedang berduka. Path, aplikasi media sosial yang nge-hit pada zamannya, mengumumkan bahwa mereka akan menutup layanan pada 18 Oktober 2018 mendatang. Setelah beberapa hari sekadar kabar burung yang beredar, akhirnya pada Senin (17/9) pihak Path memberikan pernyataan resmi bahwa mereka akan segera kukut-kukut.

Menanggapi hal tersebut, warganet pun ramai-ramai mengunduh dan memasang kembali aplikasi Path yang tadinya sudah mereka hapus dan lupakan dari jagat permediasosialan. Hal ini dilakukan demi memungut kenangan lama dan bernostalgia. Sebagai implikasi, layanan Instastory pada Instagram dan Twitter menjadi ramai oleh kawan-kawan yang kelingan mantan ingin mengenang momen alay mereka yang lalu-lalu.

Bagaimana tidak. Aplikasi Path yang diluncurkan pada tahun 2010 ini mengakomodir segala potensi kealayan warganet yang tadinya mereka tumpahkan secara bebas di media sosial lainnya; seperti Facebook dan Twitter yang sudah lebih dahulu berjaya.

Melalui Path, warganet yang gemar membuat pengumuman saat hendak ataupun baru bangun tidur, kebiasaan mereka tersebut difasilitasi dengan baik. Sehingga, para pengguna sosial media tidak perlu lagi membuat update sebelum atau saat bangun tidur dengan kombinasi huruf dan angka yang menyebabkan mata pengguna lain perih dan sukar dipahami.

Sama seperti media sosial lain yang sering menjadi sarana saling sindir, ngode, dan ngrasani kawan ataupun gebetan, Path pun bisa melakukannya. Sebagai contoh, kamu bisa update sedang mendengarkan lagu sendu dengan caption potongan lirik ngenes dan mengiris hati sebagai bentuk kode akan perasaan yang sedang dirasakan. Sambil berharap seseroang yang jadi target melihat dan menangkap kodemu, tentu. Padahal belum tentu kamu benar-benar sedang mendengarkan lagu itu. Bener, to?

Sedangkan bagi kamu yang suka kemewahan ataupun pamer kehedonan, biasanya kamu juga sering check-in sambil mengunggah swafoto pas kamu lagi mampir ke tempat-tempat yang lagi hit, kan?

Belum lagi kalau kamu sampai di luar negeri atau mampir di kota lain. Secara otomatis langsung muncul update “Arrived In”. Tak butuh lama untuk kemudian muncul komentar-komentar minta oleh-oleh atau setidaknya meminta PAP.

Dari beragam fitur yang sangat mendukung potensi kealayan warganet tanah air, tak heran kalau kemudian Path begitu digandrungi. Sampai-sampai Indonesia sempat menyumbang 50 persen pengguna aktif harian. Atau dalam skala bulanan, Indonesia berkontribusi dengan menggunakan 30 persen traffic layanan Path, sekaligus menjadi yang tertinggi di seluruh dunia. Sampai-sampai Path memindahkan kantornya di Indonesia lantaran pengguna layanan terbesarnya berada di negeri ini.

Namun setelah berbagai romantisme warganet tanah air dan Path dilalui, ternyata tidak membuat hubungan mereka langgeng. Rumput tetangga selalu lebih hijau. Melihat aplikasi lain yang lebih asik dan menarik, dan dirasa lebih mengayomi kealayan pengguna, dengan cepat warganet pun berpaling dan melupakan segala jasa dan kenangannya bersama Path beserta jejak-jejak yang ditinggalkan di dalamnya. Perlahan tapi pasti, Path pun dilupakan dan dihapus selepas menemukan keasikan baru bersama aplikasi lainnya.

Baru kemudian setelah secara mengagetkan memberi kabar akan pergi, ramai-ramai warganet menggali kubur dan memasang Path dalam gawai mereka kembali. Meratapi dan menyayangkan kepergian aplikasi yang sempat saban hari menemani hidup mereka.

Yah, begitulah kebanyak pemuda zaman kiwari. Habis manis sepah dibuang. Sudah bosan, dilupakan dan ditinggalkan gitu aja. Eh, sekarang pas minta diri hendak pergi, baru dicari dan dikangeni~

--

--

UGMtoday
UGMtoday

Portal informasi gamatizen yang dikemas secara baru, berbeda, dan kekinian. Sama aku aja~ #ugmtoday #gamatizen