Satu Tahun Pandemi, Vaksin Pfizer dan Moderna Memberi Harapan Dunia

Whafir Pramesty
UGMtoday
Published in
4 min readNov 23, 2020
Ilustrasi Vaksin COVID-19 (Sumber: Unsplash)

Perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat (AS) Pfizer mengumumkan vaksin buatan mereka yang dinamakan BNT162b2 memiliki efektivitas 90% untuk mencegah penularan Covid-19 pada 9 November 2020. Hasil ini didapatkan dari uji klinis yang telah dilakukan dengan menyuntikkan vaksin pada 43.538 sukarelawan.

Dari jumlah tersebut, hanya 94 orang yang kemudian dinyatakan positif corona, baik di kelompok yang mendapat vaksin maupun kelompok yang diberi plasebo. Namun pada 18 November 2020, hasil akhir uji coba vaksin Covid-19 dari kolaborasi Pfizer dan BioNTech menunjukkan tingkat keberhasilan 95%.

Uji coba tahap akhir atau fase 3 merupakan tes untuk menunjukkan apakah vaksin ini manjur dan aman digunakan. Pfizer mengatakan, dari 43.000 relawan yang terlibat, ada 170 kasus Covid-19. Dari 170 ini, hanya delapan orang yang sebelumnya disuntik dengan vaksin sungguhan. Sementara 162 lainnya orang disuntik plasebo.

Karena jumlah kasus Covid-19 yang disuntik vaksin BNT162b2 lebih sedikit, artinya tingkat kemanjuran vaksin lebih besar dan mencapai 95%. Angka ini adalah tingkat kemanjuran vaksin tertinggi dari semua kandidat dalam uji klinis tahap akhir sejauh ini. Akhir tahun 2020, Pfizer berencana memproduksi dosis vaksin untuk sekitar 15 juta hingga 20 juta orang yang akan diedarkan di awal 2021.

Vaksin Buatan Moderna juga Memberikan Kabar yang Tidak Kalah Baik

Setelah Pfizer, perusahaan bioteknologi Amerika Serikat Moderna Inc. mengumumkan vaksin buatan mereka yang dinamai mRNA-1273 memiliki efektivitas hingga 94,5% pada 16 November 2020. Uji coba vaksin ini melibatkan 30.000 orang di AS yang setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan. Sedangkan sisanya hanya mendapat suntikan hampa.

Analisis ini berdasar pada 95 orang pertama yang mengidap gejala Covid-19. Hanya lima kasus Covid-19 terjadi pada mereka yang diberi vaksin, sementara 90 kasus tercatat pada mereka yang diberi suntikan hampa. Perusahaan mengatakan vaksin itu melindungi 94,55% dari seluruh relawan. Data itu juga menunjukkan terdapat 11 kasus Covid-19 parah dalam uji coba ini, namun itu tidak terjadi pada mereka yang diberi vaksin.

Tidak jelas seberapa baik kinerja vaksin Moderna dalam kelompok usia atau ras yang berbeda, meskipun hasilnya mencakup beberapa peserta yang lebih tua serta latar belakang ras yang berbeda. Dari mereka yang jatuh sakit, 15 dari 95 kasus terjadi pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun dan 20 kasus lainnya terjadi pada partisipan Hispanik, orang kulit hitam, Asia atau multiras. Namun yang terpenting, hasil baru ini mengisyaratkan bahwa vaksin tersebut dapat mencegah orang mengembangkan penyakit parah jika mereka terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Pengajuan Izin dan Produksi akan Segera Dilakukan

Kedua perusahaan yang memproduksi vaksin tersebut adalah yang pertama mengumumkan data sementara dari studi besar. Sepuluh pembuat vaksin lainnya juga sedang melakukan uji coba fase 3, termasuk upaya di Australia, Inggris, China, India, dan Rusia. Sedangkan lebih dari 50 kandidat lainnya sedang dalam tahap pengujian awal. Dalam hal ini, Vaksin Pfizer dan Moderna jauh melebihi persyaratan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yang mewajibkan vaksin virus corona setidaknya 50% efektif untuk mendapat persetujuan.

Terkait produksinya, vaksin Moderna ataupun Pfizer mengandalkan messenger RNA atau mRNA, molekul genetik yang dibaca oleh mesin sel untuk membangun protein di dalam sel. Selama ini, belum ada vaksin yang menggunakan teknologi mRNA yang pernah digunakan pada manusia. Penggunaan mRNA juga bisa mempercepat pengembangan vaksin karena tidak memerlukan virus dalam jumlah besar. Jika kedua vaksin terus bekerja dengan baik dalam uji klinis, Amerika Serikat akan segera memiliki dua vaksin virus corona yang tersedia untuk mereka yang paling berisiko.

Baik Moderna dan Pfizer berencana untuk mengajukan permohonan ke FDA dalam beberapa minggu mendatang untuk memungkinkan penggunaan darurat vaksin mereka. Para peneliti mengatakan hasil positif dari Pfizer dan Moderna menjadi pertanda baik untuk vaksin lain, karena semua kandidat yang diuji bertujuan pada target yang sama — yang disebut protein lonjakan pada virus corona yang digunakannya untuk menyerang sel manusia.

“Fakta bahwa dua vaksin berbeda yang dibuat oleh dua perusahaan berbeda dengan dua jenis struktur, dalam konsep mRNA baru, keduanya bekerja dengan sangat efektif menegaskan konsep tersebut sekali dan untuk semua bahwa ini adalah strategi yang layak tidak hanya untuk Covid tetapi untuk ancaman penyakit menular di masa depan,” kata Dr. Barry R. Bloom, seorang profesor kesehatan masyarakat di Harvard.

Sejauh ini, studi dari kedua vaksin tersebut belum menemukan efek samping yang serius, tetapi partisipan melaporkan nyeri lengan, kelelahan, demam, dan nyeri sendi dan otot yang berlangsung selama satu atau dua hari.

Moderna mengatakan akan menyiapkan 20 juta dosis pada akhir tahun 2020; Pfizer mengatakan akan memiliki sekitar 50 juta saat itu — setengahnya untuk orang Amerika. Kedua vaksin membutuhkan dua suntikan, jadi 20 juta dosis sudah cukup untuk 10 juta orang.

--

--