Kilas Balik #2020, Setahun dalam Ulasan

UI Women in Business
uiwomeninbusiness
Published in
14 min readJan 11, 2021
Photo by Rad Pozniakov on Unsplash

UI Women in Business telah memilih beberapa berita yang memeriahkan notifikasi kita di tahun 2020. Beberapa di antaranya layak untuk kita rayakan dan beberapa di antaranya layak untuk menjadi bahan olokan. Akan tetapi, yang paling penting dari semuanya adalah kita mempunyai kesempatan untuk belajar dari setiap kejadian yang terjadi. It never hurts to take a trip down a memory lane to the things that are worth remembering, right?

Domestikasi perempuan pada RUU Ketahanan Keluarga

Photo by Dino Januarsa on Unsplash

Pada Februari 2020, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengeluarkan langkah kontroversial dengan memulai pembahasan terkait RUU Ketahanan Keluarga. RUU Ketahanan Keluarga ini ditujukan untuk mengatur pembagian peran antara anggota keluarga, terutama suami dan istri, untuk menjaga ketahanan keluarga. Namun, terdapat beberapa Pasal dalam RUU ini yang dianggap tidak pantas dan bermasalah. Pasal-pasal tersebut antara lain mengatur terkait pembatasan seksual, pembatasan tanpa perspektif kelas, dan domestikasi terhadap perempuan. Dalam Pasal 25 ayat (3) RUU Ketahanan Keluarga diatur mengenai kewajiban seorang istri, yaitu: a. Wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya; b. Menjaga keutuhan keluarga; c. memperlakukan suami dan anak secara baik, serta memenuhi hak-hak suami dan anak sesuai norma agama, etika sosial, dan ketentuan perundang-undangan. Pasal tersebut berpotensi menimbulkan domestikasi terhadap perempuan karena tidak terdapat pengaturan terkait mengatur urusan rumah tangga dalam kewajiban suami sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (2). Sebaliknya, kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan mencari nafkah hanya diatur dalam kewajiban suami.

Ketentuan dalam RUU Ketahanan Keluarga tersebut mendapat banyak kritik dari publik karena dianggap mengembalikan budaya rumah tangga tradisional yang mengatur urusan domestik berdasarkan gender, yaitu istri sebagai ibu rumah tangga dan suami sebagai pencari nafkah. RUU Ketahanan Keluarga ini dapat mengarahkan pembatasan terhadap perempuan baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini tentunya perlu dihindari. Negara seharusnya tidak memberikan batasan terhadap apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh seorang Perempuan terkait kehidupan personalnya. Perempuan, laki-laki, serta gender lainnya, seharusnya dapat melakukan apapun yang ingin mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan personal mereka, termasuk kebutuhan rumah tangga, tanpa terdapat suatu peran khusus. Pada November 2020, Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan berhenti melakukan pembahasan setelah beberapa pihak menyatakan RUU itu perlu diteliti lebih lanjut.

Kampanye body positivity Tara Basro

Photo by Tara Basro

Di awal 2020, Tara Basro kembali menjadi sorotan publik akibat foto kampanye body positivy-nya. Dalam foto yang diunggah pada 3 Maret 2020, Tara Basro menunjukkan bagian tubuh yang dianggap tidak menawan; lipatan perut, lengan dan paha yang besar, juga stretch marks.

Banyak netizen menganggap bahwa unggahan artis kelahiran 11 Juni 1990 ini dinilai terlalu vulgar. Kementerian Komunikasi dan Informatika (“KOMINFO”) juga menilai bahwa unggahan Tara Basro dapat dikenakan Pasal 27 ayat (1) UU ITE yang berbunyi, “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.”

Di sisi lain, banyak netizen yang mengkritik tindakan tersebut. KOMINFO salah mengira pesan positif tubuh Tara Basro dengan mengira kampanyenya sebagai pornografi. Banyak orang, termasuk berbagai artis, mendukung kampanye tersebut dengan mengirimkan apresiasi mereka pada kolom komentar dan membelanya di Twitter dengan tagar #BelaTara. Mereka percaya bahwa kampanye tersebut membantu banyak orang untuk lebih mencintai tubuh mereka dan tidak semua orang di bawah sorotan memiliki tubuh yang “dipoles”.

Dalam utas yang diunggah Damar Juniarto, Tara Basro menjelaskan bahwa foto tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya kaum hawa, untuk mencintai tubuh mereka meski tidak “sempurna” sesuai standar kecantikan yang ada. Ia juga mengakui bahwa hal ini dilatarbelakangi oleh rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh banyaknya orang yang bersaing untuk mencapai kesempurnaan.

Kejadian ini membuktikan bahwa perempuan belum sepenuhnya mandiri dari tubuhnya sendiri. Wanita harus menyenangkan banyak orang dengan tubuh mereka sendiri. Hal Ini sangat menyedihkan karena ketika wanita merayakan tubuh yang dimilikinya, hal itu menjadi kontroversial. Akhir tahun ini, banyak publik figur yang mengikuti langkah Tara Basro dengan mengunggah foto-foto kampanye body positivity. Simak bagaimana Clara Sutantio dan Sara Robert Louis merayakan tubuh mereka dan tidak memedulikan apa yang dipikirkan orang lain.

Korporasi versus rasisme

“Colors of the World” oleh Crayola

Banyak korporasi mulai bertransisi setelah gerakan “Black Lives Matter” mendunia.

Di tahun 2020, perusahaan-perusahaan besar, seperti Crayola hingga Procter & Gamble (P&G), mulai mengambil sikap dalam melawan rasisme.

Crayola mengumumkan peluncuran “Colors of The World” untuk membentuk dunia yang lebih inklusif bagi anak-anak dari seluruh ras, budaya, dan etnis. Colors of The World berisi 24 warna dengan corak berbeda yang mencerminkan 40 warna kulit di seluruh dunia, mulai dari warna putih kemerahan hingga almond. Nama yang diberikan pada setiap warna ditulis pula dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis untuk semakin menekankan pentingnya inklusi dan keragaman. Di sisi lain, P&G memerangi rasisme dengan iklannya yang berjudul, “The Talk.” Iklan tersebut merupakan bagian dari kampanye P&G yang lebih besar yaitu, My Black Is Beautiful. The Talk menampilkan bagaimana orang tua kulit hitam dari berbagai era tengah berdiskusi dengan anak-anak mereka mengenai rasisme dan cara menghadapinya. Iklan tersebut menyampaikan pesan krusial: percakapan adalah kunci untuk mengakhiri rasisme.

Meskipun banyak yang masih mengklasifikasikan tindakan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai aktivisme performatif, setidaknya telah ada upaya untuk melawan rasisme secara keseluruhan.

DPR menunda peninjauan RUU PKS (lagi!)

Gerakan Masyarakat untuk Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (GEMAS SAHKAN RUU PKS) mengadakan aksi damai di depan Istana Negara untuk mendesak DPR agar segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (8/12/18).” oleh Bhagavad Sambadha

Catatan tahunan Komnas Perempuan (2020) menunjukkan sebanyak 4.898 kasus pelecehan seksual tercatat pada tahun 2019. Merujuk pada pengalaman LBH APIK, kasus-kasus seperti ini seringkali sulit untuk diselesaikan karena peraturan perundang-undangan yang ada tidak memadai. Namun, secara mengejutkan DPR menghapus RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS) dari daftar prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2020.

Padahal, RUU P-KS telah berkembang pesat. Inisiasi RUU tersebut telah berjalan sejak tahun 2012. Pada tahun 2014, Komnas Perempuan mulai menulis naskah analitis untuk penyusunan RUU tersebut melalui serangkaian pembahasan, baik secara internal di lingkungan Komnas Perempuan, maupun eksternal. RUU tersebut selanjutnya diperkenalkan oleh perwakilan DPR di tahun 2017 dan kemudian menjadi program legislatif nasional pada tahun 2018. Di tahun 2020, ketika banyak perempuan sangat membutuhkannya, RUU tersebut malah dicabut begitu saja dari Prolegnas. Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Marwan Dasopang, mengatakan peninjauan RUU itu sangat sulit — padahal banyak korban dan keluarganya tengah menunggu kerangka konstitusional yang benar-benar melindungi mereka.

Meskipun dikeluarkan dari Prolegnas 2020, RUU tersebut dimasukkan sebagai bagian dari Prolegnas 2021. Jangan sampai RUU yang krusial ini diremehkan lagi. Selain itu, kita dapat menandatangani petisi bit.ly/SahkanRUUPKS sebagai kontribusi dalam membantu para korban.

Pidato elegan nan tegas ala AOC; sebuah bentuk perlawanan terhadap patriarki yang mendarah daging.

Français : Alexandria Ocasio-Cortez @ Women’s March NYC” oleh Dimitri Rodriguez lisensi di bawah CC-BY-2.0.

Alexandria Ocasio-Cortez, seorang anggota Kongres AS dari haluan Demokrat, menjadi korban komentar bernada seksis oleh rekan kerjanya yang merupakan sesama anggota Kongres, Ted Yoho. Insiden ini terjadi ketika AOC dan Yoho terlibat dalam debat panas di tangga Capitol. AOC mengaku Yoho menyebut dirinya “menjijikkan” dan “tak punya akal”. Bahkan, lebih dari itu, beberapa reporter melaporkan bahwa Yoho memaki AOC seorang “jalang sialan”.

Beberapa hari kemudian, AOC merespon komentar misoginis Yoho tersebut melalui sebuah pidato di depan Kongres Amerika Serikat. Dengan sikap yang tenang, AOC menegaskan bahwa tindakan seksis seperti yang dilakukan oleh Yoho — kata-kata kasar dan merendahkan, serta prasangka buruk terhadap perempuan, khususnya women of color — bukanlah sesuatu yang baru. Tindakan ini sesuatu yang sudah menjadi budaya. Budaya yang menerima segala perbuatan dan kata-kata kasar terhadap perempuan, ditambah pula dengan struktur kekuasaan yang mendukung tindakan tersebut. Ini adalah motif yang merendahkan perempuan dan mendehumanisasi orang lain di sekitarnya.

Pidato AOC di House of Representatives pada hari itu merepresentasikan suara perempuan di Amerika Serikat — bahkan di seluruh dunia — yang selama ini terus dibungkam dan dipaksa menerima ketidakadilan, sekecil apapun ketidakadilan tersebut. Pada akhirnya, AOC menegaskan bahwa masih ada jalan panjang menuju kesetaraan; dan tidak seharusnya kita berhenti di sini.

Ruth Bader Ginsburg, seorang ikon feminis, wafat di umur 87 tahun.

Justice Ruth Bader Ginsburg, Aug. 23, 2013, in her chambers at the Supreme Court in Washington.” oleh Todd Heisler

Pada 18 September, dunia berduka atas meninggalnya salah satu hakim agung Amerika Serikat/ikon feminisme/pejuang hak sipil, Ruth Bader Ginsburg. Ruth merupakan wanita kedua yang mengisi satu dari sembilan kursi hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat. Dia telah menjabat selama lebih dari 25 tahun setelah dilantik oleh Presiden Bill Clinton pada tahun 1993. Selama berkarir, Ia juga konsisten menjalani berbagai operasi, terapi radiasi, dan perawatan lainnya untuk melawan komplikasi kanker yang dideritanya. Nama Ruth dikenal karena ia merupakan orang yang vokal dalam menyuarakan pikirannya yang progresif terutama dalam memperjuangkan kesetaraan gender, sampai-sampai ia dijuluki sebagai “The Notorious R.B.G” karena dedikasinya yang luar biasa. Salah satu kasus terkenal yang ia tangani adalah kasus Weinberger vs Wiesenfeld di tahun 1975 yang mana ia secara tegas memperjuangkan hak seorang laki-laki yang ditinggal mendiang istrinya untuk menerima tunjangan jaminan sosial.

Kursi kosong hakim AS sekarang telah diisi oleh Hakim yang baru saja dicalonkan dan dilantik oleh Presiden Trump, Amy Coney Barret. Amy menjadi hakim wanita kelima dalam sejarah peradilan AS dan momen pelantikannya secara resmi merubah kedudukan hakim agung Amerika Serikat menjadi mayoritas konservatif 6–3.

Kamala Harris, Wakil Presiden AS pertama yang berkulit hitam, dan Dr. Jill Biden, Ibu Negara AS yang memiliki pekerjaan full time.

President-elect Joe Biden (2R) and Jill Biden (R) with Vice President Elect Kamala Harris (2L) and Doug Emhoff (L) are joined by family members wave after Biden delivered his victory address.” oleh JIM LO SCALZO, POOL

Kemenangan Joe Biden pada December kemarin juga membawa kemenangan bagi seluruh perempuan di penjuru dunia. Amerika Serikat pada akhirnya memiliki wakil presiden perempuan pertama, Kamala Harris, dalam sejarah 244 tahun Amerika Serikat. Kamala merupakan epitome dari perkataan “living the American dreams” karena ia merupakan anak dari sepasang imigran India dan Jamaika. Sebelum mencalonkan diri sebagai calon presiden, Kamala telah lebih dulu membangun reputasinya sebagai senator junior dari negara bagian California.

Sejarah juga mencatat bahwa Amerika Serikat pertama kalinya mempunyai seorang Ibu Negara yang merupakan pekerja penuh waktu, Dr. Jill Biden. Dr. Jill, yang memperoleh empat gelar universitas, akan melanjutkan karirnya sebagai profesor bahasa Inggris di Northern Virginia Community College dan akan terus menyokong program community college gratis, program-program untuk keluarga militer, serta memperluas penelitian dan pendidikan kanker. Kedua wanita ini telah menginspirasi jutaan perempuan di seluruh dunia bahwa mereka dapat menentukan peran sesuai keinginan mereka, bukan berdasarkan norma sosial yang berlaku.

Skotlandia menjadi negara pertama yang menggratiskan produk menstruasi untuk perempuan

MSP Monica Lennon (second left) with campaigners against period poverty outside Scotland’s Parliament in February.” oleh CNN

Skotlandia tidak pernah henti untuk membuat warga negaranya bahagia. November lalu, parlemen Skotlandia mengesahkan undang-undang yang sangat substansial, yaitu undang-undang yang menggratiskan tampon dan pembalut wanita di semua fasilitas publik. Kampanye ini dipelopori oleh gerakan nasional yang dipimpin oleh Monica Lennon. Inisiatif yang inovatif ini secara fundamental melunakkan stigma masyarakat seputar menstruasi dan mengangkat “Period Poverty” sebagai wacana publik. “Period Poverty” menggarisbawahi produk-produk sanitasi perempuan yang tidak terjangkau . Pada dasarnya, tidak semua perempuan di suatu negara atau bahkan di negara-negara miskin dapat menjangkaunya. Dengan menstruasi yang rata-rata berlangsung selama seminggu, beberapa perempuan mengalami kesulitan untuk membeli pembalut atau tampon sehingga mereka memutuskan untuk membeli alternatif lain yang lebih murah, tetapi kurang higienis.

Semoga negara kita akan mengikuti jejak Skotlandia karena 80% anak perempuan di Indonesia dilaporkan tidak masuk sekolah selama satu hingga dua hari karena takut untuk membeli pembalut. Hal ini mencerminkan bahwa menstruasi masih dipandang sebagai tabu yang sangat berbahaya. Jika dibiarkan, kasus “Period Poverty” dapat mendorong tingkat putus sekolah pada perempuan dan menyebabkan disparitas gender yang signifikan di Indonesia.

Perjalanan upaya penghapusan Kekerasan Berbasis Gender

Protesters wearing masks to protect against the coronavirus, seen during a gender-based violence protest outside Parliament” oleh Gallo Images/Nardus Engelbrecht

16 Days of Activism Against Gender-Based Violence merupakan kampanye internasional yang diadakan sejak tahun 1991. Kampanye ini pertama kali dikenalkan oleh Women’s Global Leader Institute. Sebagaimana tercantum pada namanya, kampanye ini berlangsung selama 16 hari dimulai pada 25 November sampai 10 Desember setiap tahunnya. Dalam 16 hari tersebut, terdapat perayaan atas berbagai hari anti kekerasan terhadap perempuan dan perayaan hari-hari terkait hak asasi manusia. Pada 2020 sendiri, kampanye internasional mengangkat tema “Orange the World: Fund, Respond, Prevent, Collect!”. Tema tersebut merupakan bentuk respon terhadap kenaikan angka kekerasan terhadap perempuan selama masa karantina karena pandemi COVID-19.

Di Indonesia sendiri, kampanye 16 Days of Activism Against Gender-Based Violence diadopsi oleh Komnas Perempuan sebagai 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKtP) sejak tahun 2003. Tahun ini, tema yang diangkat oleh Komnas Perempuan adalah “Gerak Bersama: Jangan Tunda Lagi, Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual”. Kampanye 16HAKtP di Indonesia setidaknya selama 4 tahun terakhir sebenarnya sama: pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Hal ini dikarenakan setelah RUU PKS pertama kali dikenalkan oleh Parlemen Indonesia, namun sampai saat ini belum juga disahkan. Sebaliknya, pada tahun 2020 ini pembahasan mengenai RUU PKS sebagai Program Legislasi Nasional (Prolegnas) justru dibatalkan dan dialihkan untuk dibahas pada tahun 2021. Meskipun begitu, kampanye 16HAKtP pada tahun 2020 berhasil tersebar ke masyarakat Indonesia secara luas. Kampanye 16HAKtP 2020 tercatat diadakan di 25 Provinsi, 38 Kota, dan 13 Kabupaten di Indonesia, serta diramaikan oleh lebih dari 167 organisasi dengan total kampanye mencapai 284 agenda.

Pemimpin-pemimpin Wanita di Dunia VS COVID-19

Tsai Ing Wen, Presiden Taiwan

Tsai Ing-wen” dari Australian Institute of International Affairs

Tsai Ing-wen merupakan salah satu pemimpin tercepat yang menangani pandemi dengan serius. Di bulan Januari, Ing-wen mengimplementasikan 124 langkah untuk memblokir penyebaran tanpa melakukan lockdown seperti negara-negara lain.

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru

New Zealand Prime Minister Jacinda Ardern wears a mask when answering questions from the media after visiting the Kainga Ora housing development on August 31, 2020 in Auckland, New Zealand.” oleh Hannah Peters

Sebaliknya, Jacinda Ardern sejak awal telah kukuh dengan pendiriannya untuk melakukan lockdown. Meskipun keduanya menerapkan kebijakan yang sangat berbeda, ketegasan mereka membuat negaranya hidup dalam suasana yang lebih aman.

Angela Merkel, Kanselir Jerman

German Chancellor Angela Merkel adjusts her face mask as she arrives for a meeting of the upper house of the German legislative in Berlin, Germany, Friday, July 3, 2020.” oleh Michael Sohn

Angela Merkel, tanpa basa-basi, mengumumkan bahwa mereka menghadapi virus menular yang berpotensi menginfeksi 70% populasi. Oleh sebab itu, dibutuhkan kolaborasi seluruh warga Jerman untuk menekan laju virus ini. Dengan kejujuran Merkel, Jerman menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia dengan tingkat penularan COVID-19 yang rendah.

Katrín Jakobsdóttir, Perdana Menteri Islandia

Katrín Jakobsdóttir” by Time

Ketika sebagian besar negara kesulitan untuk menyediakan tes bagi orang-orang dengan gejala aktif, Katrín Jakobsdóttir memberikan pengujian virus corona gratis kepada semua warga Islandia. Data tersebut digunakan untuk mengukur angka kematian akibat COVID-19 yang membuat Islandia turut andil menemukan kasus-kasus asimtomatik.

Dari pencapaian para pemimpin wanita tersebut, kita bisa mengatakan bahwa perempuan tidak lagi harus mengadopsi sifat laki-laki untuk dapat menduduki posisi kepemimpinan.

Shadow Pandemic: Nasib perempuan di tengah COVID-19

Generations of progress stands to be lost on women and girls’ empowerment during the COVID-19 pandemic.” oleh Perserikatan Bangsa — Bangsa.

Pembatasan pergerakan dalam kegiatan ekonomi, terutama di sektor informal, dilaporkan telah mempersulit banyak perempuan untuk menghasilkan pendapatan agar dapat menghidupi diri dan keluarganya. Perempuan yang terpinggirkan dalam pengungsian merupakan pihak yang paling terpukul karena mereka sangat bergantung pada pekerjaan rumah tangga, perdagangan skala kecil, dan kegiatan sektor informal lainnya. Sebuah studi yang dirilis oleh International Rescue Committee menyatakan bahwa tanggapan global terhadap COVID-19 telah mengecewakan banyak wanita dan anak perempuan.

UN Women melaporkan bahwa 243 juta wanita dan gadis berusia antara 15 dan 49 tahun menjadi sasaran pelecehan seksual atau fisik selama 12 bulan sebelum pandemi. Oleh karena itu, pelecehan terhadap perempuan telah diakui oleh Sekretaris Jenderal PBB sebagai “pandemi global”. Berdampingannya dua pandemi ini semakin melanggengkan masalah kesehatan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang masih hidup dalam keadaan sulit. Diperkirakan, pandemi COVID-19 memicu peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga, setidaknya 15 juta lebih kasus per tiga bulan karantina.

Vaksin gratis untuk seluruh warga Indonesia

An Indonesian medical worker shows a vaccine candidate against coronavirus prior to the clinical trial at Padjadjaran University’s Faculty of Medicine in Bandung, West Java, on August 6, 2020.” oleh M. Agung Rajasa

Di penghujung tahun 2020, salah satu tonggak sejarah yang dibentuk di momen pandemi Covid — 19 adalah penemuan dan pengembangan vaksin Covid — 19. Sejumlah perusahaan saat ini telah mengembangkan vaksin tersebut di bawah banyak sorotan, khususnya dari perusahaan Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Janssen, di mana dua terakhir masih berapada pada tahap percobaan fase tiga per 21 Desember 2020. Selain perkembangan ini, sejumlah negara telah memutuskan untuk mendistribusikan vaksin Covid — 19 secara gratis untuk warga negaranya, termasuk negara Jepang, Perancis, Amerika Serikat, dan India.

Indonesia mengambil langkah yang awalnya berbeda. Foto yang telah beredar pada artikel berita berupa vaksin Sinovac berjumlah 1,2 juta buah yang sampai di Bandara Soekarno — Hatta pada tanggal 6 Desember 2020 telah menjadi topik yang hangat dibicarakan, bahkan diperkirakan mempengaruhi IHSG yang meningkat sejumlah 1.8%. Rencana awal yang sempat diumumkan berupa membagi vaksin tersebut ke beberapa paket berbayar, dengan harga dari Rp70,000 sampai Rp300,000. Gagasan bahwa vaksin yang diproduksi untuk memerangi pandemi yang sudah memiliki efek berbahaya bagi kehidupan masyarakat, terutama mereka yang berasal dari kelas bawah, dan menetapkannya pada harga tertentu, memiliki konotasi tersendiri. Dari tidak pentingnya kehidupan warga yang terkena dampak hingga pemikiran bahwa keamanan dan penyembuhan di tengah pandemi hanya tersedia bagi mereka yang mampu membelinya, padahal Pancasila kelima dengan jelas menyatakan ‘Keadilan sosial bagi setiap warga negara Indonesia’. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bahkan menyimpulkan hanya 35% partisipan yang bersedia membayar vaksin.

Untungnya strategi ini tidak dilanjutkan seiring munculnya komplain dan kritik. Presiden RI Joko Widodo mengumumkan via livestream YouTube bahwa vaksin pandemi Covid — 19 akan bersifat gratis bagi seluruh warga negara, dan bahwa ia sendiri lah yang akan pertama kali disuntikkan vaksin tersebut. Dana APBN pun akan dialokasikan untuk upaya agar vaksin dapat diakses oleh semua warga negara.

Gitanjali Rao, Kid of the Year 2020: Harapan baru bagi perempuan dalam STEM

Gitanjali Rao loves to problem-solve and experiment with everything from artificial-intelligence technology to baking” oleh Sharif Hamza

Sekali lagi, pencapaian besar telah diraih generasi muda. Kali ini oleh Gitanjali Rao, seorang remaja perempuan dari Colorado, Amerika Serikat. Rao yang baru berumur 15 tahun ini dinobatkan sebagai TIME’s Kid of the Year untuk pertama kalinya; sebuah penghargaan yang diberikan kepada kaum remaja atas pengaruh positif yang mereka bawa melalui penemuan teknologi dan sains. Sebagai seorang ilmuwan dan penemu muda, Rao sendiri telah menciptakan berbagai teknologi baru untuk menyelesaikan permasalahan yang berada di sekitarnya. Beberapa penemuan tersebut di antaranya adalah Tehys, sebuah sensor untuk mendeteksi timah pada saluran air minum, dan Kindly, sebuah artificial intelligence yang mampu mendeteksi tanda awal cyberbullying. Dengan prinsip “observe, brainstorm, research, build, communicate”, Rao berambisi untuk menciptakan lebih banyak lagi inovasi teknologi yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan global. Tidak hanya itu, sebagai ilmuwan perempuan dengan darah India, Rao ingin menginspirasi lebih banyak lagi perempuan seumurannya untuk mulai menciptakan inovasi dan membawa pengaruh. Sungguh, tidak ada kata terlambat untuk inklusivitas dalam STEM. Di akhir hari, pencapaian Rao adalah simbol dari progres yang harus kita rayakan.

Jika kamu telah membaca sampai sejauh ini, maka terima kasih telah mengikuti @uiwomeninbusiness dan selamat karena kamu telah berhasil melewati tahun 2020 yang penuh dengan cobaan! Untuk setiap kesulitan yang kamu alami setahun kebelakang, yakinlah pasti ada kekuatan baru yang akan membantu kamu untuk menjalani segala hal di tahun yang baru. Stop memikirkan harapan yang tidak terpenuhi, goals yang belum tercapai, rencana yang tertunda, dan segala sesuatu lainnya yang membuat kamu tidak menghargai segala pencapaian kecil diri kamu untuk sampai sejauh ini. Semoga tahun ini bisa menjadi tahun yang lebih baik untuk kita agar bisa berdamai dengan segala kondisi yang kita alami dan juga dengan diri kita sendiri. May the odds be ever in your favor. Cheers to twenty twentyone! *champagne poppin’* *glasses tossing*

--

--

UI Women in Business
uiwomeninbusiness

Empowering women in Universitas Indonesia for their future and beyond ✨ #StrongerTogether