Si Buruk Rupa
Si Buruk Rupa, ingin menjadi maha karya
Menjadi estetik di mata Si Cantik
Alih-alih memberi temaram
Kekasihnya menawari malam dan hitam
Sungguh …
Ia hanya ingin menjadi gerimis, bukan tangis
Hanya ingin menjadi bara, bukan luka
Ingin menjadi cerutu, bukan menjadi abu
Bahkan untuk menjadi malam pekat ‘tuk sekedar melepas penat
Ia kehilangan tempat, untuk menyambut dan bersambat
Pada balada yang semestinya tamat, dunia lagi-lagi berkhianat
Lalu ke mana lagi ia harus mengembara?
Tempat ini sudah tak tersisa
Lalu ia bertanya jalan menuju neraka
Tempat mulia jiwa-jiwa yang berdosa
Tapi kekasihku itu awalnya milik surga
Ia jatuh dan terluka di tubuh manusia
“Jiwaku” itu, awalnya murni tak ternoda
Tolong, aku tak tertolong
Mengapa hanya dengan kosong?
Dengannya aku selalu merongrong