Ada Apa dengan Bencana?

Ita
Urban Reason
Published in
4 min readOct 19, 2018

“Bencana tak dapat kita tolak kedatangannya, namun bencana dapat kita minimalisir dampaknya”

Anonim, 2017-

Secara geologi, indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar aktif dunia(lempeng asia, lempeng pasifik, dan lempeng indoaustralia) serta diapit diantara samudera pasifik dan samudera hindia . Posisi unik tersebut sering di katakan dengan istilah ring of fire atau cicin api yang artinya indonesia sangat rawan terhadap gempa. Sedangkan secara astronomis, indonesia berada pada garis katulistiwa yang memberikan ciri yang khas, mulai dari musim, cuaca, iklim, jam, dll. Posisi ini memberikan peluang kayanya sumber daya alam indonesia sekaligus berpotensi menyebabkan bencana. Diantaranya adalah bencana kebumian seperti bencana hidro-meteorologi(pergerakan massa tanah, banjir, longsor), bencana vulkanik, bencana tektonik (gempa bumi), dan bencana geologi serta tsunami.

longsor di sukabumi (sumber : https://www.google.co.id)
Erupsi Gunung Agung 2018 (sumber : https://www.google.co.id)
Kerusakan akibat gempa Lombok 2018 (sumber : https://www.google.co.id)
Kejadian Gempa Donggala dan Tsunami Palu 2018 (sumber : https://www.google.co.id)

Sepanjang tahun 2017, kejadian longsor di Indonesia tercatat sebanyak 438 kejadian (BNPB, 2017). Sementara sepanjang September — Oktober 2017, Indonesia juga dilanda berbagai bencana. 24 September 2017, Desa Cianting, Kecamatan Sukantini Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengalami longsor. Walaupun tak ada korban, namun bencana ini menyebabkan 500 meter tanah di sana ambrol. 22 September 2017, Gunung Agung, Bali mengalami peningkatan status menjadi “AWAS”. Hal ini mengakibatkan penduduk di zona merah, seperti warga Rendang, Kabupaten Karangasem harus meninggalkan rumah mereka (mengungsi) ke wilayah Kabupaten Klungkung. Akibatnya, anak-anak sekolah tak bisa bersekolah sebagaimana mestinya, petani cuti sejenak untuk bertani, pedagang istirahat berdagang, dan lain sebagainya. Akhir September hingga awal Oktober, Pulau Madura dilanda kekeringan, air bersih susah didapatkan karena kemarau panjang ditambah dengan kondisi tanah berupa tanah kapur yang tidak mendukung. 19 Agustus 2018, Lombok diguncang gempa dan menyebabkan 555 jiwa melayang dan 390.529 menungsi (Septia, 2018). Tsunami Palu beberapa hari lalu menyebabkan 1.203 jiwa warga Palu melayang dan menyebabkan ratusan bangunan rusak. Catatan tersebut hanyalah informasi yang dengan mudah kita temukan dipemberitaan media massa mainstream, lalu berapa banyak kejadian bencana yang sebenarnya belum terekspos? Dan entah terjadi di daerah mana? Jika ditotal dari seluruh bencana yang terjadi di Indonesia dalam satu tahun berapa kerugian yang ditimbulkan????. Anda bisa membayangkan sendiri.

Jika sudah jelas Indonesia rawan bencana, mengapa korban dan kerugian tetap muncul?Belum sadarkah kita tentang bencana ini?.

Bencana sudah menjadi bahasan bagi penataan kota dan pemerhati pengurangan risiko bencana. Bencana sejatinya merupakan fenomena alam dan korban biasanya muncul karena kurangnnya pengetahuan akan penanggulangan bencana. Dalam dunia perencanaan wilayah dan kota, bahasan mengenai kota yang tahan terhadap bencana sudah dirumuskan dalam konsep resilient cities atau kota tangguh bencana (http://www.worldbank.org). Konsep kota tangguh sesungguhnya telah menjadi tujuan dari beberapa kota dan dapat kita lihat salah satunya dari dokumen rencana aksi penanggulangan bencana yang telah mereka miliki. Konsep kota tangguh harus mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri dari akibat bencana secara tepat waktu dan efisien (Deklarasi Komitmen Mewujudkan Kabupaten/Kota Tangguh Bencana Provinsi Jawa Tengah, 2015).

Sebagai bentuk komitmen untuk mencapai resilient cities, pemerintah telah mengeluarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. dalam UU tersebut dijelaskan bahwa dalam dokumen perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) harus memperhatikan kondisi bencana pada masing-masing wilayahnya. Artinya, penataan ruang diharuskan berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. Lalu apa yang terjadi jika tiba-tiba ada potensi bencana baru pada suatu wilayah dan RTRW (Buku/Dokumen Mengenai Rencana Komprehensif suatu Kawasan)-nya belum memuat potensi bencana tersebut?. UU No. 26 Tahun 2007 membolehkan suatu RTRW ditinjau kembali atau direvisi jika ada bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini juga berlaku untuk Kota Lombok, Kota Palu, Kabupaten Donggala dan wilayah-wilayah lain yang sejenis. Namun revisi ataupun peninjauan kembali tersebut dilakukan bukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang, melainkan menata dan membuat regulasi atau arahan penataan ruang yang sesuai dengan kondisi kerawanan terhadap bencana tersebut.

Sejatinya bencana bisa diminimalisir dampaknya jika kapasitas penanggulangan bencana yang dimiliki masyarakat lebih besar dari pada potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. Lalu pertanyaan besar muncul, di beberapa bagian bumi Indonesia terjadi bencana, kemudian apa yang kita (terutama yang berada di luar zona kejadian bencana) bisa lakukan untuk mereka yang terlanda bencana?. Its simple question, rigth??. Let’s Talk and Find The Answer. After that, let’s Action.

Salam Tangguh Indonesia Ku…….

(Urb/Blue)

Referensi :

[1]Deklarasi Komitmen Mewujudkan Kabupaten/Kota Tangguh Bencana Provinsi Jawa Tengah. (2015, November 28). Retrieved September 26, 2018, from www.bnpb.go.id: https://www.bnpb.go.id/deklarasi-komitmen-mewujudkan-kabupaten-kota-tangguh-bencana-provinsi-jawa-tengah

[2] Septia, K. (2018, 08 24). kompas.com. Retrieved 10 05, 2018, from Gempa Lombok, 555 Korban Meninggal, 390.529 Mengungsi: https://regional.kompas.com/read/2018/08/24/10231051/gempa-lombok-555-korban-meninggal-390529-mengungsi

[3] Warsudi, agus. 2017. Banjir Dan Longsor Terjang Pangandaran, 4 Orang Tewas. Sindonews.com

[4] Tribunnews.com, diakses pada 14 Oktober 2017.

--

--

Ita
Urban Reason

Interest in Disaster, Urban and Regional Planning Management