Wateria II
Apakah Walikota Water Seven perlu Diundang ke World Water Forum 2024?
Penyelenggaraan World Water Forum di Bali pada tanggal 18–25 Mei 2024 merupakan ajang yang cukup krusial dalam membahas isu-isu mengenai air dalam penyusunan kebijakan di banyak negara. Dihadiri lebih dari 30 negara, forum yang telah dilaksanakan 10 kali ini akan membahas isu-isu mengenai air seperti konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.
Menimbang pelaksanaannya yang sudah ke 10 kali, tentunya perlu ada ide-ide segar dalam kebijakan-kebijakan negara yang berpengaruh terhadap air secara keseluruhan. Seketika saya pun teringat suatu kota yang identik sekali dengan air, meskipun saya hanya pernah membaca tentangnya waktu kecil. Namun, rasanya konsep perencanaan atas kota tersebut sudah ngekos puluhan tahun di otak saya. Ya, tempat itu merupakan Water Seven yang pertama kali dikenalkan pada manga One Piece Volume 34.
Water Seven secara resmi saya nobatkan sebagai kota fiktif favorit saya dalam saga One Piece. Hal ini dikarenakan Water Seven merupakan salah satu pulau di lautan Grand Line yang menurut saya memiliki kaitan mendalam dengan konsep pengembangan infrastruktur dan wilayah. Kota yang dijuluki sebagai “The Capital of Water” tersebut memiliki fungsi sebagai hub konektivitas antara empat pulau di sekitarnya, yaitu: 1) Pucci, The Gourmet City/美食の町 (Bishoku no Machi); 2) San Faldo, Carnival Town/カーニバルの町 (Kānibaru no Machi); 3) Saint Poplar, Town of the Spring Queen/春の女王の町, (Haru no Joō no Machi); dan 4) Enies Lobby, Never-Night Island/不夜島 (Fuya-jima).
Sebutan Ibukota Air tentunya tidak serta merta muncul dari awal Water Seven eksis, malahan dulunya Water Seven sempat mendapatkan predikat sebagai kota mati yang disebabkan tingginya tingkat kriminalitas. Sebagai kota yang fokus pada sektor industri, kebutuhan logistik primer berasal dari jalur perdagangan dengan pulau lain. Namun sayangnya, banyak kapal-kapal muatan yang sering kena ‘begal’ oleh bajak laut lokal.
Harapan baru muncul di saat Tom -Pembuat Oro Jackson- mengajukan permohonan grasi atas kasus yang mengenainya dengan mengajukan akan membangun ‘Kereta Api Laut’ untuk memudahkan transportasi penumpang maupun logistik yang lebih reliabel dan cepat. Usulan itu pun mendapat persetujuan dan dengan jangka waktu 10 tahun, Kereta Api Laut ‘Puffing Tom’ akhirnya resmi beroperasi melayani masyarakat Water Seven.
Water Seven pun akhirnya dikenal sebagai kota industri perkapalan yang cukup massif melalui pendirian Perusahaan Galley-La Company yang dipimpin oleh Bapak Iceberg yang juga merangkap sebagai Walikota Water Seven. Perekonomian perkotaan pun berkembang lebih giat berkat kehadiran transportasi logistik yang lebih reliabel. Sebagai kota Industri, kita dapat mempraktikkan Teori Lokasi Weber dalam kegiatan perekonomian Water Seven. Weber mengenalkan segitiga industri dimana titik lokus kegiatan industri perlu memiliki akses dengan cost terendah antara titik distribusi dan titik sumber material. Adanya batasan akses menuju San Faldo dan St. Poplar untuk mendapatkan material menjadi tantangan utama bagi Water Seven sebelum Puffing Tom hadir. Tentunya hal ini menyebabkan adanya cost tambahan yang perlu dikeluarkan untuk pengantaran logistik dan pendistribusian produk. Hingga akhirnya kehadiran Puffing Tom pun berhasil membantu rantai pasok industri dan perdagangan bangkit kembali.
World Water Forum 2024
Ketertarikan saya terhadap One Piece yang sudah bisa dikatakan pada level tidak sehat (menimbang saya menulis tulisan ini pada jam kerja) pun mendorong saya untuk menilik apakah Water Seven telah menerapkan perencanaan berbasis air yang matang dan berkelanjutan dengan menjawab isu-isu yang akan dibahas pada WWF 2024. Apalagi sebagai kota dengan julukan “Ibukota Air”, mungkin ada satu atau dua hal yang dapat menjadi pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya air di perkotaan.
Transportasi Air
Berbicara transportasi, tentunya Puffing Tom harus menjadi tajuk utama yang telah menjadi messiah bagi masyarakat Water Seven. Keberhasilan Puffing Tom telah menjadikan Water Seven sebagai hub dari empat pulau lain yang memiliki kegiatan bisnis dan industri masing-masing. Terdapat pula stasiun-stasiun pengawas di tengah lautan untuk fungsi check and balance yang salah satunya ditinggali oleh Nenek Kokoro dan cucunya. Penggunaan batu laut serta resonansi suara yang dihasilkan dari gesekan roda dengan rel menjadikan tidak adanya monster laut yang berani mendekati. Selain itu kecepatannya dan ketahanan yang kuat membuat para bajak laut begal juga mengalami kesulitan untuk melakukan aksinya.
Selain keberhasilan Puffing Tom sebagai moda transportasi yang paling reliabel untuk perjalanan antar pulau, Water Seven juga memiliki kebijakan transportasi air yang cukup unik. Melalui penyediaan jalan setapak untuk pejalan kaki, Water Seven juga memanfaatkan kanal-kanal untuk transportasi menggunakan kendaraan Bull. Bull merupakan binatang sejenis kuda laut yang digunakan sebagai moda transportasi utama untuk dalam kota. Dalam konteks penggunaan energi ramah lingkungan dan konservasi air, penggunaan hewan sebagai moda transportasi merupakan sebuah alternatif yang sangat mendukung goals tersebut. Terdapat dua Bulls yang dapat digunakan, yaitu Yagara Bulls untuk kapasitas 2–3 orang dapat disewa hanya dengan 2.000,- Berry, serta Rabuka Bulls yang dapat menampung hingga 20–30 orang.
Secara umum, Water Seven terbagi dalam dua bagian kota, yaitu distrik perkotaan dan distrik pembangunan kapal. Sebagai penghubung antar keduanya, terdapat fasilitas elevator air yang juga menggunakan air sebagai energi utamanya. Saya pun mencoba melakuan riset tentang ini dan konsepnya mirip dengan Water Elevator di Grand Wailea Resort, Hawaii. Cara Ia bekerja ialah bulls masuk ke dalam elevator yang telah terisi dengan air dan kemudian Ia dapat naik secara perlahan melalui pengisian air yang menyebabkan permukaan air semakin naik. Ini merupakan inovasi yang cukup menarik mempertimbangkan penggunaan air sebagai pendorong utamanya tanpa bergantung pada sumber daya lain.
Mitigasi Bencana Alam — Aqua Laguna
Aqua Laguna merupakan fenomena bencana setahun sekali berupa gelombang tinggi menyerupai tsunami yang terjadi setahun sekali. Aqua Laguna disebabkan oleh adanya tarikan masif air Laut dari Pulau sebelah (Long Ring Long Land) yang hampir menenggelamkan pulau tersebut, hingga kemudian berubah menjadi gelombang besar menuju Water Seven yang berpotensi merusak distrik kota bagian bawah. Meskipun belum adanya teknologi yang dapat memitigasi bencana ini, namun langkah mitigasi dilakukan melalui community empowerment dengan mengarahkan masyarkat ke bunker di bagian distrik saat bencana berlangsung. Selain itu, saat tiupan angin terasa lebih kencang dari biasanya, masyarakat dihimbau untuk melakukan penguatan pada struktur dan dinding rumah/pertokoan masing-masing.
Ya, bisa dibilang usaha mitigasi terhadap Aqua Laguna masih belum maksimal dan diprediksi dapat memberikan dampak yang semakin masif tiap tahunnya. Dalam menyediakan solusi yang lebih berkelanjutan, Iceburg mulai menyusun blueprint untuk mentransformasi Water Seven menjadi kapal untuk menghindari Aqua Laguna. Dalam hal ini saya membayangkan Water Seven akan dapat berlayar layaknya Thriller Bark, namun saya tidak bisa membayangkan nasib bisnis dan industri yang telah berjalan, dan saya sudah membayangkan akan ada masyarakat Water Seven yang akan kontra atas ide ini apabila diimplementasikan. Hingga tulisan ini ditulis, belum ada lagi kelanjutan atas bagaimana rencana blueprint ini akan dilaksanakan.
Melihat inovasi-inovasi yang telah tersedia dalam perencanaan Water Seven, tentunya kita bisa melihat bahwa Water Seven memang layak untuk dijuluki sebagai “Ibukota Air”. Namun, mari kita kembali dalam pertanyaan:
“Apakah Water Seven berhasil dalam Menanggapi Isu Perencanaan Air?”
World Water Forum 2024 membahas isu konservasi energi menggunakan alternatif sumber daya air untuk lebih digalakkan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Dapat dibayangkan, Water Seven sebagai salah satu kota industri yang cukup besar tentunya juga merupakan penghasil karbon yang cukup tinggi di Grand Line.
Bukan sebuah kebohongan apabila banyak orang menyebut Puffing Tom sebagai penyelamat Water Seven dari keterpurukan, namun pengoperasiannya yang masih menggunakan bahan bakar fosil merupakan sebuah mudarat. Melihat jadwal keberangkatan yang cukup padat, tentunya ini bukanlah langkah yang baik dalam perihal konservasi energi.
Sejauh yang penulis pahami, sangat disayangkan dengan segala inovasi infrastruktur air yang telah ada Water Seven belum dapat menggunakan air sebagai sumber energi alternatif. Menimbang Puffing Tom juga dikelola oleh Pemerintahan Iceburg (dalam hal ini kemungkinan dapat diinterpretasikan pengelolaan Puffing Tom merupakan badan usaha di bawah pemerintah seperti BUMN), maka perlu adanya inisiatif dari pemerintah untuk melakukan konservasi energi. Sebagai informasi, Puffing Tom diketahui masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar yang diperkirakan pembakaran 1 pound batu bara akan menghasilkan 2.07 pound CO2.
Dampak atas kurangnya strategi konservasi energi di Water Seven memang belum terlihat secara gamblang, namun Oda-sensei dalam rubrik SBS One Piece Vol. 38 pernah menyebutkan bahwa fenomena Aqua Laguna terinspirasi dari fenomena Acqua Alta di Kota Venice, Italia. Acqua Alta merupakan fenomena ombak dari faktor astronomis yang menaikkan tingkat permukaan laut dalam suatu periode. Meskipun tidak terjadi secara berkala, namun diketahui air menggenangi kota dapat terjadi sekitar 1 minggu lebih.
Tercatat di tahun 2019, terjadi kenaikan hingga 187 cm yang mengakibatkan sebagian kota Venice tenggelam. Isu kenaikan permukaan laut telah dipercayai banyak pakar dan akademisi sebagai suatu dampak dari global warming yang disebabkan oleh maraknya penggunaan bahan bakar fosil. Meskipun tidak pernah disebutkan secara langsung apakah dalam dunia One Piece juga terdapat gunung-gunung es seperti di North Pole dan South Pole yang merupakan penyebab utama atas kenaikan air laut, namun apabila Water Seven akan menjadi success story dalam pengelolaan sumber daya air di tata kotanya maka semestinya perlu ada perencanaan mitigasi mengenai hal tersebut.
At the end of the day, julukan Ibukota Air sepertinya hanya menjadi suatu gimmick dari kemajuan teknologi Galley-La Company dalam membangun kotanya dengan menggunakan sumber daya air dalam pengoperasiannya. Namun, Water Seven masih belum dapat menyediakan perencanaan yang matang dalam isu global warming yang bisa juga menjadi isu yang telah disebutkan oleh Vegapunk pada chapter One Piece terbaru. Melihat hal ini, sepertinya saya pun ragu apabila Water Seven dapat menjadi success story dalam pelaksanaan WWF 2024. Lagian, melihat kelakuan Bapak Iceburg, sepertinya beliau juga ogah apabila diminta untuk hadir dalam ajang forum seperti ini.
Referensi:
SBS Volume 38 (Venice, Acqua Alta, Mont Saint Michel)
One Piece Volume 34–38