Gempaaaarrrr!!!!! Gempa 6,5 SR di Surabaya, Kabar Burung???

Ita
Urban Reason
Published in
3 min readMar 18, 2018

Bencana tak dapat dihindari, kenali bahayanya, kurangi risikonya.

Jika ada tempat yang paling aman dari bencana, mungkin dunia akan terpusat padanya

-anonim-

Berbicara bencana di Kota Surabaya mungkin sebagian besar dari kita akan berfikir, hanya ada kebakaran atau banjir, atau kebakaran dan banjir saja. Bagaimana dengan gempa?. Saya pribadi jarang mendengar berita “Surabaya digoncang gempa!!”. Berbeda dengan Yogyakarta atau kota/kabupaten di Jawa tengah atau Pulau Sumatera yang sering mengalaminya. Gempa Yogyakarta 27 Mei 2016 berkekuatan 5,9 SR pernah mengguncang Yogyakarta hingga menewaskan ribuan jiwa melayang dan puluhan ribu rumah rusak berat. Bagaimana dengan Surabaya?.

Minggu-minggu ini beredar informasi yang menghebohkan dunia kebumian, terutama bagi peneliti kebencanaan. Surabaya yang kita anggap aman dari gempa ternyata memiliki potensi penimbul gempa yang tersembunyi, apakah itu?. Pusat Gempa Nasional Kementrian PUPR pada awal September 2017 telah merilis informasi bahwa Surabaya dilewati oleh dua sesar/patahan aktif yang melewati Kota Surabaya. Sesar tersebut diberi nama Sesar Surabaya dan Sesar Waru. Sesar Surabaya bergerak 0,1 mm/yr dari Surabaya hingga Cerme, Gersik. Ada yang tempat tinggalnya di daerah ini???? berhati-hatilah.

Lalu apa dampaknya dilewati kedua sesar tadi?. Kedua Sesar tersebut berpotensi menimbulkan gempa darat berkekuatan 6,5 skala richer. Ketika kedua sesar tersebut bergerak, akan ada energi yang dapat menyebabkan gempa, dalam hal ini gempa darat. Jika kita bandingkan dengan standar yang telah ada, gempa baru menyebabkan kerusakan besar namun tidak luas ketika ia memiliki kekuatan 5,0 sampai 5,9 SR. Bagaimana dengan 6,5 SR?. Gempa berskala 6,0 sampai 6,9 SR akan menyebabkan kerusakan bangunan kecil dan besar serta areanya lebih luas. Bisa dibayangkan berapa banyak bangunan yang akan tergoyang jika gempa ini benar-benar terjadi. Gempa sesungguhnya tidak menimbulkan korban, reruntuhan bangunanlah yang memunculkan korban (Amien, 2017).

Apakah Surabaya akan mengalami dampak seperti dalam skala tersebut?. Tunggu dulu, jika tanah dibawah permukaan ternyata tidak padat, maka dampaknya akan bertambah. “Kita perlu melakuakan penelitian terlebih dahulu bagaimana kondisi tanah di Surabaya untuk mengetahui seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan”, kata Pakar Kebumian dan Bencana ITS, Dr. Amien Widodo (4l/11/2017). Jika kita melakukan overlay antara penggunaan lahan eksisting yang padat bangunan dengan jalur sesar ini, kita bisa menghitung berapa banyak bangunan yang akan tergoyang?. Tentu banyak, silahkan dihitung sendiri.

So, what should we do?

sudah siap untuk selamat?.

Sebagai masyarakat yang baik dan tangguh, kita patut terus meningkatkan kapabilitas untuk memitigasi bencana ini. Contohnya, mengenali bahaya apa saja yang ada disekitar kita, mempelajari bagaimana dampak dan cara menanggulangi atau menyelamatkan diri ketika gempa terjadi, dan mempersiapan kebutuhan darurat (P3K, makanan, dll). Akan sangat beruntung jika lingkungan anda memiliki kegiatan untuk melakukan simulasi evakuasi diri secara berkala. Setelah kita mengetahui dampaknya, eist….. jangan panik, tetap tanang. Rencana mitigasi bencana sudah ada di dalam rencana tata ruang kita kok. Lalu pertanyaannya, sudah update kah RTRW kita? Sudah masukkah isu ini dalam RTRW kita?.

Dimana peran pemerintah seharusnya?

Berdasarkan Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015–2030, pemerintah dapat berperan dalam 4 prioritas aksi, yaitu memperkuat tata kelola risiko bencana dan menejemen risiko bencana. Contohnya seperti apa?. Revisi RTRW. Menurut Direktur Perencanaan Tata Ruang Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Aria Indra Purnama dalam artikel Revisi RTRW Tidak Dipaksakan (15/04/2016), berdasarkan ketentuan, tata ruang bisa direvisi dalam kurun lima tahun sekali. Sebelum lima tahun revisi tidak diperkenankan kecuali ada hal-hal dasar, seperti bencana alam yang mengubah bentang alam dan perubahan batas. Dalam hal ini jelas Pemerintah Kota Surabaya berpeluang untuk merevisi RTRW. Eits, revisi RTRW tak segampang membok balikkan tangan. Perlu ada penelitian lebih mendalam lagi sebelum merevisi RTRW. Disinilah peran akademisi diperlukan untuk meneliti lebih dalam bagaimana dampak spesifik dari gempa ini, lapisan tanah yang bagaimana kah di sepanjang zona sesar tersebut, pondasi bangunan apa yang paling cocok untuk kodisi ini, dan lain sebagainya.

Let’s aware with our disaster

Kenali bahayanya, kurangi risikonya.

Karena penyelamat pertamamu dari bencana hanyalah tuhanmu dan dirimu sendiri. Jadi, mari bersiap untuk selamat!

#TangguhAwards2019 #KiraJagaAlam #SiapUntukSelamat #AlamJagaKita #BudayaSadarBencana

Sumber :

1. Kurniawan, Lilik. 2017. Pendidikan Bencana Era Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015–2030. Megelang.

2. Effendi, Zaenal. 2017. detiknews.com. Pakar Gempa: Ada Patahan Lewati Surabaya, Pemkot Harus Antisipasi.

--

--

Ita
Urban Reason

Interest in Disaster, Urban and Regional Planning Management