[Spesial Kemerdekaan]

Old But Gold

Urban Reason
Urban Reason
Published in
8 min readAug 20, 2018

--

“The city is still standing, standing still..
We shape our buildings, thereafter they shape us”
- Winston Churchill

Dokumentasi (2018)

Menjelang 73 tahun Indonesia merdeka, refleksi perjuangan demi meraih kemerdekaan masih bisa dengan jelas terpancar. Pancaran itu datang dari saksi bisu tumpah darah bangsa ini, dari bangunan-bangunan tempo dulu yang masih tetap berdiri. Entah berdiri dengan gagah dan dipuja atau berdiri rapuh dan kian dilupa. Namun, merekalah saksi sejarah yang jika bisa bicara pasti akan lebih bermakna dalam menuturkan sejarah daripada tutur kata manusia. Tapi mereka hanyalah bangunan tua di tengah-tengah megahnya suatu kota dan hiruk pikuk orang-orangnya dan sayangnya tidak bisa bicara. Kehidupan bangunan-bangunan tua bisa saja sejahtera namun bisa juga sengsara, layaknya kehidupan manusia. Sayangnya, tidak seperti manusia yang bisa yang bergantung pada dirinya dan manusia lainnya. Bangunan ini tidak bisa bergantung pada bangunan lainnya, mereka bergantung pada manusia. Manusia yang terkadang lupa akan kehadirannya dan tidak peduli kalaupun mereka renta. Mereka pernah menjadi bangunan megah pada masanya, saat Indonesia belum merdeka namun sekrang banyak dari mereka yang dilupa.

Konsistensi preservasi bangunan tua bukan perkara mudah, karena bukan masalah tenaga manusia untuk melakukan usaha tapi juga ketersediaan biaya. Potensi yang dimiliki bangunan tua terkadang terbuang percuma karena tidak adanya biaya. Bukan hanya potensi visualnya sebagai landscape suatu kota, tetapi juga potensi budaya masyarakatnya yang mampu menjadi identitas suatu kota. Karena kota di tempat kita dan belahan dunia lainnya juga memiliki gedung-gedung pencakar langit dengan lapisan kaca, sehingga yang bisa membuat kota kita istimewa adalah peninggalan-peninggalan sejarahnya.

Dokumentasi (2018)

The old part of urban area keeps the inhabitant memories; this part is also an amenity and identity for the urban area. Therefore, it is very important to preserve this old area
(Hague and Jenkins, 2005, Rodwell, 2007).

Namun, dalam konteks pembangunan, bangunan-bangunan tua yang berperan sebagai landscape kota ini bersaing dengan usaha pembangunan gedung modern yang berusaha mengakuisisi lahannya dengan cara meruntuhkan bangunan-bangunan tuanya. Oleh karena itu, pembangunan dan konservasi warisan perkotaan dipandang sebagai proses yang memiliki konteks saling bertentangan dan bukannya kooperatif (UNESCO, 2015). Untuk memperjuangkan eksistensinya sebagai landscape kota, banyak hal yang harus diperjuangkan, mulai dari kepastian perlindungan hukum hingga keberlanjutan konservasinya melalui komitmen pihak terkait dan ketersediaan biaya. Permasalahan akan tidak tersedianya biaya ini kian terasa jika bangunan-bangunan ini adalah rumah-rumah pribadi milik warga. Karena perawatan bangunan tua membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bangunan masa kini. Apalagi ketika ada developer yang mendekati pemilik untuk mengakuisisi bangunannya, tentunya hal ini akan menimbulkan kontemplasi tersendiri. Di Indonesia, kasus ini bisa ditemukan di Kota Surabaya, lebih tepatnya di kawasan Jalan Raya Darmo yang sepanjang jalannya berdiri rumah-rumah jalan kolonial yang seharusnya dipertahankan eksistensinya.

The Not so Gold

Dokumentasi (2018)

Kawasan permukiman Darmo memiliki tiga karakteristik, karakteristik pertama adalah pemanfaatan lahan campuran perumahan dan komersial. Aktivitas penggunaan lahan ini terdiri dari bangunan dan pusat perbelanjaan yang dibangun pada pertengahan tahun 2000 dan berperan sebagai gerbang menuju Surabaya. Ciri kedua adalah sambungan Utara-Selatan utama di Surabaya didominasi oleh mobil pribadi dan sepeda motor karena tersedia tetapi tidak memiliki kualitas angkutan umum. Terakhir adalah museum Mpu Tantular di Darmo yang sebelumnya berfungsi sebagai vila untuk Belanda di era kolonial dan keberadaan rumah sakit di Darmo masih berfungsi sebagaimana mestinya. Di area permukiman Darmo, beberapa rumah tua rusak akibat proses perubahan alam. Bangunan yang ditinggalkan di daerah tersebut menjadi motivasi bagi pemerintah kota Surabaya untuk melestarikan sisa bangunan tua. Menurut Astuti (2015) ada sekitar 10% dari seluruh bangunan memburuk dari 600 bangunan yang terdaftar oleh kotamadya Surabaya. Masalah utama dalam melestarikan kawasan warisan di kota-kota tua di Indonesia adalah perebutan lahan untuk tujuan komersial untuk dan perumahan. Karena pertumbuhan kota, daerah perumahan menjadi lebih dekat ke pusat kota, rumah-rumah di daerah tersebut perlu bersaing dengan bangunan komersial.

Proses pendaftaran bangunan tua yang dilakukan oleh kotamadya Surabaya dipandang sebagai program tanpa manfaat bagi penduduk Darmo. Tujuan awal pelaksanaan program pendaftaran ini adalah awal dari inventarisasi, tapi belum ada tindakan lebih lanjut dari proses inventarisasi tersebut. Prioritas dari inventarisasi diberikan kepada bangunan tunggal yang dianggap lebih penting dibandingkan dengan rumah-rumah tua warga yang telah terdaftar sebagai warisan budaya. Penduduk Darmo itu menyebutkan bahwa tantangan utama bagi mereka adalah pajak tanah dan bangunan. Pengurangan pajak didapatkan warga yang bersedia mempertahankan rumah-rumah tua mereka. Sayangnya, pengurangan pajak yang didapat warga tidak sebanding dengan biaya maintenance yang dikeluarkan untuk rumah-rumah tua mereka. Melestarikan kawasan warisan sering dilihat sebagai program yang tidak realistis oleh banyak sarjana, karena tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi kota saat ini. Meningkatnya harga tanah di kota memaksa penduduk untuk menjual bangunan lama.

Perubahan bangunan menjadi modern dapat dilihat sebagai adaptabilitas terhadap aktivitas penduduk saat ini, untuk bertahan menuju pertumbuhan ekonomi Surabaya. Tren ini menunjukkan bahwa bangunan yang telah berubah menjadi modern cenderung dapat bertahan lebih baik dibandingkan dengan yang asli.

The old and the Gold

Something that is old or classic, but is still regarded as having aged well and still being able to compare to things from today
- Urban Dictionary

Peninggalan sejarah dapat meenjadi harta karun yang berharga bagi suatu bangsa. Ketika estetika dan keberadaannya terjaga, bukan hanya sebagai saksi kejayaan masa lalu namun juga mampu menjamin masa depan suatu bangsa. Hal yang unik di negara-negara benua eropa, semakin tua usia suatu bangunan dan semakin panjang masa yang telah dilaluinya maka semakin berharga bangunan tersebut. Apalagi kalau dia berdiri dengan bangunan-bangunan lainnya dan merangkai suatu historical fabric daalam suatu kota. Sudah dapat dipastikan gelombang turis akan segera menerpa, asalkan bangunan-bangunan tersebut terjaga kelestarian dan keasliannya. Kata bersenang-senang seperti terlalu melebih-lebihkan karena bangunan-bangunan tua yang mengumpul sepanjang jalan suatu kota ini memiliki pesonanya sendiri, pesona yang menawarkan kenyamanan bagi manusia-manusia yang tinggal di dalamnya, melewati jalan-jalannya, atau sekedar duduk dan menikmati hiruk pikuk hari-harinya.

Roma, Italia.

Masa kejayaan kekaisaran tidak sangat dengan kehidupan masyarakat ibukota Italia hingga saat ini, di mana sekilas Colosseum atau tembok kota abad ke-2 merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Bahkan hingga berabad-abad setelahnya, model bangunan seperti kerangka di bawah (katakombe) dan struktur bangunan di atas (langit-langit Sistine Chapel di Kota New York di Kota Vatikan) masih sangat banyak dijumpai di kota ini. Dari Pantheon yang berusia 2.000 tahun hingga karya seni Renaisans yang tak ternilai harganya, penduduk Kota Roma yang layak dijuluki Kota Abadi ini dikelilingi oleh sejarah, menjadikan distrik pusat Roma beberapa real estate yang paling didambakan di Italia, terutama untuk pembeli asing. Bukan hanya sebagai turis yang berkunjung kemudian pergi, tetapi menjadi bagian permanen yang turut menghuni kota tua bersejarah yang berharga ini. Mauro Bianchi adalah penasihat swasta di Santandrea Luxury Houses, mengungkapkan “Orang Inggris, Perancis, dan Jerman selalu menjadi pembeli terpenting, tetapi sekarang kita melihat orang Amerika, Rusia dan bahkan Emirat di pasar,” kata. Hal ini menunjukkan bahwa suatu kota bersejarah dengan bangunan-bangunan tuanya memiliki pesonanya tersendiri yang menumbuhkan kenyamanan orang-orang yang ada di dalamnya, untuk singgah, menjelajah, dan tinggal lebih lama.

Cairo, Mesir.

Sejarah Kairo dapat ditelusuri melalui lingkungannya, dari Kairo Islam, yang dibangun lebih dari 1.000 tahun yang lalu, ke wilayah-wilayah yang dirancang Eropa seperti Garden City dan Heliopolis. Tepat di sebelah selatan Tahrir Square, Garden City adalah daerah pemukiman yang rimbun di tepi timur Sungai Nil yang merupakan rumah bagi kedutaan Inggris dan Amerika, hotel mewah, dan vila-vila besar. Lingkungan kota yang diinginkan lainnya termasuk Zamalek kelas atas, yang terletak di Pulau Gezira Nil, dan Dokki yang nyaman di tepi barat, distrik khusus pejalan kaki dekat dengan Metro. Lebih jauh ke selatan pusat kota, Maadi yang makmur adalah salah satu pinggiran kota yang paling banyak dicari karena jalannya yang tenang dan suasananya yang tidak terlalu ramai. Seluruh bagian kota ini bagaikan membawa manusia yang menelusurinya menjelajahi Kairo si beberapa abad yang lalu karena keterjagaan bangunan-bangunan tua dan sejarahnya.

Surabaya, Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, urban heritage bukanlah bidang yang selama ini menerima banyak perhatian sebanyak yang diberikan masyarakat kota lain di dunia kepada kotanya. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Surabaya belum berada pada level yang memberikan kenyamanan yang setara dengan waktu yang akan diberikan masyarakat yang menelusurinya. Deretan bangunan tua kota di tengah-tengah gedung berlapis kaca yang tidak bercela dan hiruk-pikuk kendaraan di jalan raya sama sekali tidak mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan. Karena untuk mewujudkan suatu kawasan, tidak cukup dengan keberadaan bangunan tuanya saja, namun juga kehidupan yang nantinya mendiaminya dan mengisi ruang-ruang kawasannya. Kehidupan yang memastikan bahwa kawasan bersejarah ini tidak akan hilang terbawa masa. Karena yang kita tahu, yang dinamakan kehidupan perlu adanya orang-orang dan kegiatan yang hidup di dalamnya.

Mulai dari kawasan permukiman di Darmo, kawasan (yang dulunya) komersil di Tunjungan, dan kawasan bangunan bersejarah lain di koridor Rajawali yang sudah dikenal namun tidak begitu dipahami, membuat kawasan ini bagaikan mati suri. Kehadirannya membutuhkan banyak perhatian dan tindakan preservasi supaya bisa segera berkontribusi dalam membentuk suatu fabrik sejarah dalam kota. Bukan hanya sebagai suatu kawasan yang menarik sekedar berdiri, tapi kawasan yang menarik untuk ditelusuri, disinggahi, dan dihuni. Bukan dengan perubahan mengikuti jaman, namun dengan kearifan lama yang menjamin masa depan sejarah yang juga tak akan terlupa.

Old(er) and Gold(er) : 73 Tahun Indonesia

Semakin tua suatu bangsa, suatu negara, suatu daerah, harusnya semakin banyak sejarah yang dapat dikenang masyarakatnya dan dapat dipamerkan ke seluruh dunia. Namun akan berbeda ceritanya jika keberadaan suatu sejarah dengan suatu bukti nyata diabaikan keberadaanya. Dalam hal ini, bangunan-bangunan tua itu, bangunan-bangunan yang hanya hidup namun mati itu, membutuhkan hidupnya kembali. Maka, kembalikanlah kejayaannya di masa itu, berikan mereka kehidupan di masa ini, dan mereka akan menjamin masa depan sejarah bangsa ini, negara ini, dan daerah ini agar tetap abadi.

Berterimakasih bahwa yang bahkan hingga kini tetap berdiri biarpun tidak kokoh lagi, mengahrap akan masih tetap berdiri dan menjadi saksi kemerdekaan ini beribu-ribu tahun lagi. Bersyukurah bahwa, bangunan-bangunan mereka dulu menjadi bangunan-bangunanmu kini yang biarpun tidak ingin kau miliki namun masih setia berdiri. Berbanggalah bahwa, sebenarnya kamu punya hanya saja tidak menyadarinya bahwa bangunan-bangunan tua ini mampu memberi kotamu identitas dan popularitas sejati. Kemudian berharaplah, bahwa kelak di suatu masa, kau tidak perlu berkelana ke negeri eropa karena bangunan-bangunan di sudut kota mampu memberimu kenyamanan yang bermakna, dan memori yang indah. Suatu hari nanti, ketika semua orang termasuk kami mulai mengerti dan peduli akan pentingnya sejarah ini dan bahwa semua ini pasti terjadi.. suatu hari nanti..

Mungkin belum saatnya, karena kita belum setua mereka untuk begitu mengargai sejarah. Namun, harus setua apa hingga tiba saatnya. Namun, semua ini pasti terjadi suatu hari nanti.

Dokumentasi (2018)

Editor: Shellyn Fortuna / Sege

Referensi:

[1] Astuti, E. Y. (2013). Urban Policy on Historical Settlements, case study Heritage Housing in the Diponegoro Corridor Area- Surabaya Indonesia. International Conference on Sustainable Building Asia, 251–256.
[2] Astuti, E. Y. (2015). Local Perception of a Conservation Heritage Area, a Case Study of the Darmo Residential Area, Surabaya, Indonesia. The 12th European Scholar on Envisioning Architecture Association Conference (pp. 131–141). Poland: ISBN 978–83–7283–681–6.
[3] Astuti, E. Y. (2018). Inhabitants’ awareness toward conservation of urban heritage area Case study of Darmo heritage area, Surabaya, Indonesia. Darmstadt: TU Darmstadt.
[4] UNESCO. (2016). The HUL Guidebook : Managing heritage in Dynamic and Constantly Changing Urban Environments. Bad Ischl: UNESCO.
[5] Flint, S. (2013, May 15). BBC — Travel — Living in. Retrieved August 13, 2018, from BBC Website: http://www.bbc.com/travel/story/20130514-living-in-great-cities-for-history-and-ancient-ruins

--

--