Just Unique #7

Wakanda Forever, Birnin Zana:
Is Wakanda’s City Model Possible?

A. Zuhdi
Urban Reason
Published in
5 min readMar 16, 2018

--

“No cars, walkable streets, super-efficient public transit, place-based & culturally sensitive architecture & design at all scales, & I Presume no homelessness or poverty”
Brent Toderian

Sebuah Film “presented by” Marvel Studio, sebagai representasi pahlawan super asal Afrika pertama!! Dalam waktu 4 hari saja telah meraup untung 242,1 juta dollar menasbihkan diri sebagai Film dengan penghasilan tertinggi kedua “of All Time”.

Wakanda merupakan Sebuah negara monarki yang dipimpin oleh Raja T’Challa. Secara geografis mengalami “kegalauan” lokasi dari waktu ke waktu. Namun berdasarkan rilis Marvel dalam Wikia Fandom menunjukkan Wakanda terletak di Afrika Timur berdekatan dengan Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Somalia namun tak berbatasan secara langsung. Yang pasti Wakanda terletak didekat sebuah Danau bernama “Nyanza” a.k.a Lake Victoria yang merupakan representasi dari salah satu tempat yang memamerkan kemolekan alam Afrika. The Largest On Land Water Fall in The World.

Wakanda dan Afrika yang “Primitif”

Dari Zulu Headdress yang dikenakan Ratu Ramonda, Masai People sebagai tentara kerajaan, Igbo Mask yang dipakai Killmonger, Basithi Blanket oleh W’Kabi, Ndebele Neck Rings, Otjize, Shaman Zuri, Tuareg Scarfs, Tchalla’s Kente Scarft hingga Baju Koko Black Panther.

Marvel Studio benar-benar telah meluncurkan “Hero” yang fenomenal. Sebuah icon yang bertolak belakang (mungkin nyatanya tidak) dengan kondisi real dari Afrika yang kita kenal. Peristiwa ini menjadi sama terangnya dengan keberhasilan Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. “Momen” tersebut menjadi jendela manusia di seluruh dunia untuk mengenal Afrika lebih dalam, tentang cara hidup, tradisi-tradisi, seni, pilihan hidup bahkan peralatan rumah tangga, dan bukan hanya dari warna kulitnya saja.

Stereotype tentang Afrika yang selalu disematkan dengan perbudakan dan kolonialisasi (masyarakat tak berpakaian dengan pernak-pernik vodoo, memiliki dukun yang terbagi mengikut musim, cerita-cerita tahayul dan sihir) berbalik dalam penjelmaan cerita fiksi Black Panther. Sebuah negeri yang dibatasi fisik berupa pegunungan dan danau di sebelah timur. Dengan teknologi kamuflase ala Bunglon “menghilang” dari rusaknya dunia. Isolasi atau Swasembada? Apakah Wakanda mengisolasi diri dan sekaligus ber-swasembada atas segala kebutuhan dasar mereka? Apakah Wakanda memilih Maju Sendiri atas nama “Wakanda Way of Life”? atau mungkin, Apakah Wakanda cukup primitif untuk urusan hubungan luar negeri mereka? –hingga harus mengisolasi.

Begitu banyak negeri yang mengisolasi diri pada nyatanya tak mampu bergerak lebih jauh daripada mereka yang terus berexplorasi kesana-kemari. Jepang sebelum Restorasi Meiji, terpuruk bahkan harus melawan senapan dengan samurai. Korea Utara bikinan Kim Il Sung, yang “you know lah”. Banyak Negeri di Pedalaman Asia-Afrika, Hingga “Protektionism” Trump di USA, yang menjadi bulan-bulanan Media Internasional.

Wakanda mungkin tidak se-primitif kawasan sekitarnya, atau Arfika pada umumnya. Namun di titik tertentu isu historis yang melekat pada Afrika dan masyarakatnya telah menggiring opini kita tentang “bagaimana orang Afrika hidup” dan “Seperti apa Kota atau tempat mereka melangsungkan hidup disana?”. Di Amerika misalnya, sekelompok masyarakat Kulit Hitam yang dipimpin Floyd McKissick (1969) mendirikan sebuah kota baru bernama “Soul City” yang kemudian disematkan dengan Film “Chocolate City”. Hal ini menunjukkan bahwa orang Afrika (Kulit Hitam) juga mampu mengambil peran sebaliknya dari apa yang telah mereka terima selama ini dengan mengekspresikan diri maupun kolektif pada sebuah media bernama: Kota.

Smart-Advance Tech City: Anugerah Vibranium
Vibranium pada mulanya merupakan sebuah meteor “nyasar” yang jatuh di kawasan yang didiami oleh 5 suku yang bertikai. Singkatnya, Black Phanter dengan memanfaatkan Vibranium Effect mendamaikan pertikaian dan menjadi Raja. Vibranium merupakan sebuah “native resource” yang mampu memanipulasi suara dan energi, lebih kuat daripada baja. Asal –muasal kemajuan teknologi Wakanda adalah dari bebatuan ini. And that’s the precious!

Vibranium menjadi bahan utama dalam pembuatan berbagai macam temuan Bangsa Wakanda. Sama halnya dengan Suku Aztec dengan Emas-nya. Wakanda mampu menyediakan infrastruktur keamanan yang canggih, transportasi massal modern, hingga senjata untuk militernya. Hanya saja Aztec tak bertindak sejauh itu.

So, Is it Possible?

Wakanda dengan Bernin Zana-nya dapat dikatakan sebagai salah satu manifestasi dari Pandangan Utopian City. Gerakan yang dipelopori oleh Robert Owen ini memandang sebuah perencanaan kota pada kondisi ideal, kondisi yang diimpikan, fantasi, khayalan yang sulit diwujudkan. Pada intinya menekankan pada “membuat” sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya didasarkan pada keinginan dan cita-cita untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kota-kota hasil pemikiran visioner ulung ini bisa kita rujuk mulai dari kota “Motopia” (1910), “La Citta Nuova” oleh Eugene Henard hingga Marunouchi Inteligent City oleh Mitsubishi.
Walaupun Utopis, pada kenyataannya seberapa mungkin Wakanda’s Model ini bisa diwujudkan? Dalam sebuah rilis oleh Architectural Digest (AD) menyatakan urbanists and city-planning experts “agree” that some of the design and infrastructure of the fictional place have real-life possibilities.

Pertama, Woonerf Concept (Belanda, 1970an), Sebuah pendekatan desain ruang publik dengan mengutamakan pedestrian. Dalam adegan film terlihat sebuah jalan dengan pedestrian yang dilengkapi penggunaan komersial di sisi kiri-kanannya. Bebas kendaraan kecuali sebuah bus shuttle manglev yang menjadi pilihan transportasi publik. Streets focus on people rather than cars.

Kedua, Wakanda Cityscape. Pendekatan material penyusun gedung-bangunan di Wakanda tidak melulu dengan kaca dan baja yang sangat lumrah di kota-kota besar dunia. Namun, menyelaraskan sentuhan modern dan khas Afrika yang unik mulai dari bentuk, ukuran, hingga materialnya. Mengedepankan elemen Afrika yang “Ramah” seperti atap ijuk bangunan dan taman bergantung pada gedung. Kepadatan bangunan yang “proporsional” dan tidak mengganggu.

Ketiga, kehidupan bermasyarakat Afrika yang kompleks dapat bersatu dalam sebuah kota yang “Afrika Banget”. Hidup berdampingan dan Berinteraksi progresif antar-komunitas yang terspesialisasi. Dimana ada suku perbatasan yang mengambil peran untuk menjaga perbatasan. Suku Pedagang, Suku Livestock, Hingga Suku yang Menjaga Keamanan Bangsa.

Keempat, Wakanda’s Model telah memperkenalkan “Little Africa” yang khas pada Dunia. Hal ini akan memberikan sebuah pilihan bagi kota-kota di Afrika khususnya dan dunia umumnya untuk mengembangkan kawasan dengan kearifan lokal yang teramat kaya.

Pada akhirnya, “What’s cool about Wakanda is that it’s presenting this alternative vision of how cities could look and be run.” ucap Yonah Freemark.

“What I like about the film is that even in one nation of Wakanda they had a lot of diversity. So multiply that by 54 and you can begin to approximate the reality of how diverse and complex the real-life Africa might be.”
Dr. Abosede George

(ur/urb)

Referensi:
[1] http://marvel.wikia.com/wiki/Wakanda
[2] https://www.citylab.com/equity/2018/02/wakanda-the-chocolatest-city/553259/
[3] https://www.cntraveler.com/story/finding-wakandas-real-life-location
[4] http://www.insideedition.com/wakanda-real-place-historian-taps-real-life-culture-inspired-black-panther-41134
[5] https://www.architecturaldigest.com/story/the-real-life-possibilities-of-black-panthers-wakanda-according-to-urbanists-and-city-planners

--

--