4 Alasan Tidak Mengikuti Workshop Design Sprint
Akhir-akhir ini ada iklan yang mempromosikan Workshop Design Sprint di Indonesia, termasuk Workshop Design Sprint selama 1 hari. Bila sebuah workshop Design Sprint menjanjikan hanya untuk bertemu “Expert” dan mengerti teknik Design Sprint yang efektif dalam jangka waktu 1 hari, kemungkinan besar peserta tidak akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam mengenai sebuah proses Design Sprint yang otentik.
Permasalahan bisnis yang kompleks
Proses pemetaan, ideasi, pengambilan keputusan, eksperimen, dan validasi permasalahan bisnis yang penting, dan seringkali kompleks, memerlukan waktu lebih dari 1 hari.
Sekalipun Jake Knapp dan Dr Eunice Sari sudah puluhan, bahkan ratusan kali menjalankan Design Sprint, yang mereka lakukan dalam Workshop Design Sprint selama 1 hari adalah menuntun peserta mengikuti proses Design Sprint secara singkat dan tepat guna, menggunakan hanya beberapa teknik yang saling mendukung.
Dalam workshop mereka, latar belakang pemakaian teknik beserta aplikasinya selalu dijelaskan secara runtut dengan konteks yang jelas untuk mengilustrasikan atau mensimulasikan proses Design Sprint seotentik mungkin.
Menggunakan berbagai teknik Design Sprint dalam sebuah workshop tanpa mengetahui bagaimana teknik-teknik tersebut dapat saling mendukung, dengan latar belakang pemakaian dalam konteks yang jelas dapat menyesatkan.
Jika Anda ingin benar-benar belajar mengenai Design Sprint secara mendalam, komitmen waktu yang cukup sangat diperlukan.
Rahasia keberhasilan sebuah Design Sprint
Ketika Jake Knapp memfasilitasi sesi Design Sprint yang pertama kali di GV, teknik yang dipakainya sangatlah biasa, bukan luar biasa. Pada awalnya, kebanyakan teknik dalam Design Sprint adalah penyempurnaan dari teknik-teknik yang seringkali dipakai di bidang desain, pendidikan, manajemen dan bisnis.
Jadi sebenarnya, keunikan Design Sprint yang diperkenalkan Jake adalah konsep time-boxed, dimana berbagai teknik yang sudah disempurnakan tersebut berhasil dikombinasikan dalam sebuah kerangka proses iterasi untuk mendapatkan solusi bagi permasalahan bisnis yang kritis dalam waktu 5 hari dengan dipandu oleh seorang fasilitator.
Salah satu kunci utama dari keberhasilan sebuah Design Sprint adalah fasilitator handal yang dapat meracik berbagai teknik dalam kerangka proses Design Sprint.
Pembelajaran secara lengkap, menyeluruh dan efektif
Satu hari tidaklah cukup untuk mempelajari keseluruhan teknik Design Sprint secara lengkap, menyeluruh (holistik) dan efektif.
Berawal dari teknik dan konsep Design Sprint yang diperkenalkan Jake, pada saat ini sudah banyak variasi dan kombinasi teknik Design Sprint yang sudah berhasil dipakai secara efektif.
Satu hal yang diakui Jake kepada Dr Eunice Sari adalah bahwa teknik-teknik Design Sprint yang pada awalnya dikembangkan di Amerika Serikat, belum tentu bisa berjalan dengan baik di Indonesia. Hal ini sudah dibuktikan oleh Dr Eunice Sari dan saya sendiri yang sudah melakukan berbagai sesi Design Sprint dengan perusahaan-perusahaan berskala kecil, menengah, dan besar di Indonesia, Australia, dan negara-negara lain di luar Amerika Serikat.
Kami menggunakan berbagai teknik yang terkontekstualisasi dengan kebudayaan perusahaan dan negara dimana kami melakukan Design Sprint.
Kemungkinan salah jalan atau tersesat sangat tinggi
Pembelajaran Design Sprint tanpa fasilitator yang handal atau terpercaya beresiko tinggi. Bukan hanya Anda menjadi skeptis terhadap Design Sprint, tetapi bisa juga Anda belajar hal yang salah.
Berikut adalah sebuah contoh seseorang yang mengikuti Workshop Design Sprint selama 1 hari secara sesat atau salah jalan tanpa ada yang memberitahu, termasuk fasilitatornya.
Pada awalnya, seseorang terinspirasi oleh koleganya yang telah mengikuti pelatihan mengenai Mobile Usability (kemungkinan Pelatihan UX Indonesia) untuk memperbaiki aplikasi Traveloka.
Kemudian, pada suatu kesempatan mengikuti Workshop Design Sprint selama 1 hari, orang ini menggunakan inspirasi yang didapatkan dari pelatihan koleganya ini sebagai permasalahan yang akan dipecahkan dalam Design Sprint.
Di hari sang peserta memulai Workshop Design Sprint, pembelajaran yang sesat mulai terjadi. Dimulai dengan pengabaian pembuatan Persona, dimana peserta menggunakan “Elastic User” (The Inmates are Running the Asylum, 1998, Alan Cooper) yang terlihat dalam Journey Map, tidak adanya proses voting untuk “Sprint Questions”, tidak mengikuti proses 4-step Sketch dengan benar, alokasi waktu di Crazy 8’s yang terlalu kaku, dan banyak hal menyesatkan lainnya terkait dengan Design Sprint.
Belajar dari pengalaman di atas, sebagai seorang Fasilitator Design Sprint saya menjadi lebih mawas diri untuk memfasilitasi sebuah workshop Design Sprint secara lebih efektif, apalagi bila waktu yang ada hanya terbatas satu hari atau beberapa jam saja.