Data-Driven atau Data-Informed Experience Design?
--
Mungkin sudah banyak yang baca tulisan mengenai perbedaan antara Data-Driven Experience Design dan Data-Informed Experience Design. Kalau belum silahkan baca beberapa artikel-artikel di bagian akhir dari tulisan ini.
Bagi yang belum sempat baca, akan saya ringkaskan pokok-pokok pikiran dari berbagai tulisan yang ada sebagai berikut:
• “Data-driven” pada umumnya diasosiasikan dengan proses menggunakan data berjenis kuantitatif
• “Data-informed” pada umumnya diasosiasikan dengan proses menggunakan data berjenis kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif untuk memberikan konteks
• Istilah “Data-driven” dan “Data-informed” seringkali digunakan sebagai istilah yang sama
• “Data-driven” dan “Data-informed” seringkali dikaitkan dengan “Keputusan Desain (Design decision)” dan “Keputusan Bisnis (Business decision)”
• “Data-driven” juga dikaitkan dengan beberapa faktor seperti: Key Performance Index (KPI), akses data secara universal oleh semua unit bisnis yang bersangkutan, dan juga kemampuan sebuah organisasi untuk memperoleh jejak data sesuai kebutuhan pada waktu yang diinginkan.
Kritik-kritik yang berhubungan dengan penggunaan istilah “Data-driven” adalah:
- Data kuantitatif tidak bisa memberikan informasi mengenai konteks, emosi dan intensi dari pengguna
- Keputusan perancangan sebuah sistem yang berfokus hanya pada data kuantitatif bisa berakibat pada keputusan yang tidak “manusiawi”
Dari pokok-pokok pikiran dan kritik-kritik di atas, kebanyakan menyimpulkan bahwa penggunaan istilah “Data-Informed” dianggap “lebih sesuai” daripada “Data-Driven”.
Mengakhiri tulisan ini, saya akan mengutip sintesa dari Kendra Shimmell.
Innovation comes from creative cultures that value collaboration, informed risk-taking, transparency, and trust in one another to make decisions