8 Kesalahan yang Dilakukan UX Designer Pemula — Part #1

Ketahui kesalahan-kesalahan ini agar menjadi UX Designer hebat.

Dalih Rusmana
UX Orbit Design
6 min readNov 30, 2019

--

Photo by NeONBRAND on Unsplash

Sebagai pemula pasti kita banyak melakukan kesalahan. Tapi itu wajar, karena memang kita sedang dalam tahap belajar. Seperti belajar UX juga pasti menghadapi beberapa kesalahan baik itu mindset yang salah atau kesalahan dalam mendesain.

Terkadang sebagai pemula kita juga jarang mengetahui bahwa apa yang kita lakukan itu ada banyak kesalahan. Maka dari itu, kita harus lebih awal mengetahui kesalahan-kesalahan yang banyak dilakukan oleh para UX Designer pemula agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama dan bisa belajar dari kesalahan tersebut.

Sebagian besar kesalahan dalam mendesain UX ini pernah dilakukan oleh saya sendiri.

Nah, saya akan membagikan beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh UX Designer pemula untuk bisa kita pelajari lagi dan tidak melakukan kesalahan yang sama.

Mari kita mulai.

1. Terlalu memprioritaskan UI daripada UX

Kesalahan pertama yang banyak dilakukan UX Designer pemula adalah terlalu fokus pada tampilan dan estetika.

Kita selalu berpikir bahwa bagaimana caranya membuat suatu tampilan website atau aplikasi yang bersih dan aestetik, tidak memikirkan bagaimana caranya pengguna menggunakan aplikasi kita dengan baik. Ini banyak dialami oleh para Desainer.

Ingat! suatu produk itu terkhusus produk digital, harus memiliki keseimbangan antara UX maupun UI. Agar kenapa? agar pengguna akan lebih mudah dan lebih nyaman menggunakan produk atau aplikasi kita yang kita buat. Antara fungsionalitas dan kenyamanan, itu yang harus diutamakan.

Meskipun aspek estetika itu penting, tetapi tidak boleh mengesampingkan fungsionalitasnya.

Dibalik tampilan yang estetik itu, kita juga harus tau behind the scene dari pembuatan tampilan tersebut. Mulai dari testing, riset dan analisis.

Tips💎: Mulai lah mendesain dari awal, seperti memahami masalahnya, melakukan riset, melakukan analisis, sampai melakukan pengujian terhadap pengguna.

2. Menjiplak desain tanpa melakukan Testing

Saya sering melakukan ini dulu. Jadi saya selalu melihat-lihat desain aplikasi atau web dari dribbble dan sering saya copy design. Hingga akhirnya saya mendesain bukan berdasarkan kebutuhan pengguna, tapi berdasarkan keinginan saya sendiri.

Seringkali desainer mudah untuk melakukan copy design. Dan mereka tidak melakukan pengujian terlebih dahulu. Boleh saja sih melakukan copy design, tapi apakah desain itu sesuai dengan masalah pengguna yang ingin kita selesaikan? itu yang harus ditanyakan pada dirimu sendiri.

Melakukan jiplak-menjiplak desain itu disarankan bagi orang-orang yang baru mulai belajar, karena untuk membiasakannya dalam mendesain. Tapi kalo kita sudah mulai terjun dalam suatu project, hindari jiplak-menjiplak, buatlah style desainmu sendiri dengan sering melakukan testing.

Tips💎: Lakukan lah Testing. Jangan mudah terpengaruh oleh desain yang ‘nice and clean’ karena belum tentu desain itu bisa menyelesaikan masalah pengguna kita.

3. Tidak melakukan Research

Jujur saya seringkali merasa malas melakukan hal yang satu ini. Tetapi jangan salah, Riset itu sangat penting dalam suatu proyek UX Design. Bagaimana kita tahu behaviour pengguna, kebutuhan pengguna, pengalaman pengguna dan motivasi pengguna jika kita tidak melakukan riset.

Kita tidak bisa memberikan solusi tanpa memahami secara detail mengenai permasalahan yang dihadapi pengguna.

Seringkali hal ini lah yang banyak UX Designer pemula hadapi. Maka dari itu, melakukan riset itu adalah bagian dari proses mendesain, justru ketika kita melakukan riset akan ada banyak ide-ide bagus yang kita dapatkan. Bertemu dengan pengguna, terjun ke lapangan, paham betul dengan permasalahan yang dihadapi pengguna rasanya akan jauh lebih cepat kita mendesain.

Tips💎: Riset itu ibarat darah dalam suatu project UX Design. Project tidak akan berjalan kalau tanpa melakukan riset. Melakukan riset akan mempercepat proses mendesain. Jangan langsung lompat pada wireframe atau UI design.

4. Mengikuti Trends Design yang tidak menentu

Banyak banget tren-tren desain aplikasi atau website di internet sekarang. Tapi, pernahkan kamu melihat desain tersebut dibangun? Pernahkah ada aplikasinya di play store atau app store? jarang banget kan.

Jadi, tren-tren desain tersebut itu tidak selalu bermanfaat dan jarang banget dibangun. Cantik tidak selalu berarti bermanfaat. Dan efisien tidak selalu berarti efektif.

Mengikuti tren-tren itu tidak akan ada habisnya, pasti selalu berubah tiap minggu. Minggu kemarin tren nya ini, minggu sekarang tren nya itu. Hal ini hanya akan membuat kita sebagai desainer frustasi karena dipusingkan oleh tren yang selalu berubah, bukan dalam hal fungsionalitas atau kegunaan.

Sebetulnya mengikuti tren desain oke oke saja, selama membuat kita tahu perkembangan desain. Selain itu, tren itu terlalu banyak perubahan sehingga membuat kita tidak konsisten, dan ketidakkonsistenan itu akan mengarah pada UX yang buruk.

Tips💎: Jangan terlalu mengikuti tren-tren desain sekarang dan terpengaruh oleh tren-tren tersebut, tapi pentingkan lah dulu fungsionalitas dan kegunaan.

5. Tidak melakukan Komunikasi

Sebagai desainer kita tidak hanya bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses UX dan UI. Tetapi, kita juga harus berkolaborasi dengan tim lain seperti tim bisnis dan tim developer. Disinilah pentingnya komunikasi.

Kamu harus bisa menjelaskan setiap keputusan yang kamu buat sebagai desainer dengan jelas. Setiap penyampaian keputusan tersebut akan banyak terlibat oleh Manajer dan tim Developer. Terutama dengan developer, karena developer lah yang akan mengimplementasikan hasil desain kita menjadi produk nyata. Bahkan harusnya tanpa banyak berbincang, developer harus sudah bisa memahami desain kita dengan mudah. Maka dari itu keahlian komunikasi sebagai desainer sangat penting.

Desainer melakukan komunikasi bukan hanya dengan tim internal, tetapi juga berkomunikasi dengan baik dengan pengguna kita. Selama kita melakukan wawancara dan diskusi, kita harus menjadi orang yang mudah beradaptasi, sehingga kita bisa bergaul dengan semua pengguna.

Tips💎: Sebagai desainer, keterampilan komunikasi itu sangat penting. Maka dari itu, Seringlah melakukan komunikasi secara intens baik dengan pengguna maupun dengan tim.

6. Terlalu Percaya Diri

Percaya diri itu baik. Tetapi terlalu percaya diri itu tidak baik. Lebih baik menjadi pemalu daripada menjadi orang yang terlalu percaya diri.

Terkadang sebagai desainer pemalu, mereka akan sering melakukan validasi terhadap solusi yang mereka buat, tetapi desainer yang terlalu percaya diri istilahnya overconfidence jarang melakukan hal itu.

Sebagai seorang desainer, kita harus menyadari apa yang diharapkan dari desain. Untuk meminimalkan kesadaran itu, kita harus melakukan pengujian, iterasi, validasi dan juga riset.

7. Tidak Melakukan Usability Testing

Apa sih Usability Testing itu? Usability Testing itu adalah suatu proses dalam desain untuk mengevaluasi suatu produk dengan mengujinya pada pengguna. Menemukan dan mengidentifikasi keberhasilan suatu produk.

Kesalahan-kesalahan pada saat peluncuran suatu produk akan selalu ada, maka kita harus mencegahnya dengan melakukan testing terlebih dahulu.

Lakukan beberapa testing, kenali pengguna dan masalahnya, kemudian selesaikan sebelum pengguna menyadarinya.

8. UX is not only screen!

Yup! benar. UX itu tidak selalu berbentuk screen atau layar.

Saya dulu cenderung berpikir bahwa UX itu hanya ada di dalam layar saja, tidak mempertimbangkan kredensial pengguna (usia, gaya hidup dan preferensi). Saya berpikir bahwa UX dimulai dari pengguna membuka suatu website atau aplikasi kemudian sampai pengguna menutupnya kembali. Bahkan saya tidak memikirkan dan mempertimbangakan emosi pengguna dan harapan yang pengguna inginkan saat menggunakan produk kita.

Saya juga dulu tidak membuat skenario, tidak membuat alur pengguna dan lain-lain. Saya hanya mengandalkan keyakinan saya bahwa desain ini pasti nih bagus buat dibikin.

Ternyata bukan hanya itu teman-teman. Bukan hanya tentang mendesain pada layar dan menghasilkan desain yang bagus dilihat. Tetapi bagaimana caranya kita membuat suatu produk bisa berinteraksi dengan pengguna, memahami emosi pengguna, memahami apa sih yang pengguna butuhkan dan harapan ketika berinteraksi dengan produk kita.

Jadi, mulai sekarang kita harus merencanakan dan melakukan riset terlebih dahulu, mencoba membuat berbagai eksplorasi skenario yang mungkin, berpikir secara strategis dan mencegah produk kita mengalami kesalahan desain yang buruk di masa depan.

Cari tahu setiap solusi yang mungkin, apakah itu baik untuk bisnis atau tidak, apakah itu baik untuk pengguna atau tidak. Kamu tidak akan pernah tau solusi yang terbaik jika kamu tidak mencari. Hindari berpikir hanya di dalam layar, bukan hanya bentuk dan tombol, tapi pikirkan emosi pengguna, preferensi pengguna, bisnis dan layanan. Berpikir di luar maka kamu akan melihat ide dan proses yang lebih baik.

Kesimpulan

Nah, teman-teman sekarang sudah tau kan 8 kesalahan yang seringkali di lakukan oleh UX Designer pemula.

Jadi, teman-teman. Ketika kita terjun bergelut di dunia UX, teman terbaik kita adalah riset dan penelitian. Kita harus berpikir logis, strategis dan berpikir ke depan agar tidak membuat produk yang buruk. Kita harus sering melakukan komunikasi, mengobrol dengan pengguna dan juga tim internal kita.

Melakukan testing dan jangan terlalu percaya diri adalah hal terbaik, kemudian prioritaskan UX terlebih dahulu daripada kita langsung terjun membuat UI Design yang cantik. Jangan lupa juga mengikuti tren-tren sebetulnya oke saja, tapi ingat tren bukan solusi, kita harus mengedepankan fungsional dan kegunaan suatu produk.

Terim kasih semoga ini bermanfaat dan tunggu artikel selanjutnya tentang Kesalahan yang Dilakukan oleh UX Desainer Pemula — Part #2. Keep Reading yap :).

--

--