Apa yang saya pelajari selama bekerja sebagai Product Designer?

Pelajaran penting untuk desainer

Dalih Rusmana
UX Orbit Design
7 min readJan 17, 2022

--

Selama saya bekerja sebagai product designer apa sih kira-kira pelajaran penting untuk temen-temen semua yang mau menjadi product designer atau UI/UX designer, mari disimak artikel kali ini dan mudah-mudahan menginspirasi (sruput kopi dulu☕)️.

Oh iya untuk teman-teman yang mau mendengarkan podcastnya silahkan follow podcast UX Orbit Design di spotify, akan banyak episode-episode menarik ke depannya 😊.

Berhubung masih suasana tahun baru 2022, saya mengucapkan selamat membuka lembaran baru dan mudah-mudahan di tahun ini kita diberikan kesehatan dan rizki yang berlimpah yah aamiin.

Oke teman-teman, saya mulai dengan bercerita mengenai minat saya terhadap desain suatu produk digital. Saya begitu tertarik bekerja sebagai desainer apalagi desainer yang khusus untuk merancang sebuah produk digital. Aktivitas merancang dan membangun sesuatu hingga digunakan oleh pengguna adalah pekerjaan yang menurut saya menyenangkan dan proses dari aktivitas tersebut juga cukup panjang. Dari mulai melakukan riset, ideation, define, mendesain, testing, implementasi sampai launch. Apalagi fase development itu memakan waktu cukup lama, tapi ada banyak pelajaran selama proses tersebut.

Sebetulnya belum lama saya bekerja sebagai fulltime product designer di salah satu startup fintech di Indonesia, setelah berpindah dari seorang freelancer menjadi fulltime designer.

Pada awal masuk saya disuguhkan dengan beberapa hal di dunia fintech yang belum saya ketahui sama sekali.

Beberapa hal seperti peer to peer lending, inklusi keuangan, distributor financing, disbursement, repayment, lender, borrower dan lain-lain. Membuat saya semakin banyak tahu dan merasa tertantang untuk mempelajarinya.

Aktivitas dalam proses pengembangan produk digital di dunia fintech itu banyak sekali tantangan. Saya sebagai product designer kali pertama terjun langsung mendapatkan task revamp untuk new product.

  1. Tantangan pertama untuk merancang sebuah produk yang baik itu adalah memiliki product knowledge yang cukup, memahami business process dan mengetahui behavior pengguna.
  2. Selain itu, tantangan kedua adalah melakukan riset yang mendalam terkait basis user yang sudah ada maupun user yang mau disasar. Seperti apa keresahan pengguna, apa yang membuat nyaman, apa yang harus ditingkatkan, apa yang dibutuhkan dan lain-lain.
  3. Tantangan ketiga adalah bagaimana merancang sebuah solusi yang tepat baik itu terhadap produknya ataupun terhadap proses bisnisnya. Solusi tersebut yang mana bukan hanya untuk end-user, tapi juga untuk tim internal organisation di perusahaan agar proses pelayanan, proses kolaborasi, proses operation dan lain-lain menjadi jauh lebih baik.

Menghadapi ketiga tantangan tersebut tentunya banyak hal yang saya pelajari, beberapa hal yang saya pelajari selama bekerja sebagai product designer:

Harus kuat apa alasan di balik desain yang kita buat

Photo by UX Indonesia on Unsplash

Pada saat proses mendesain saya seringkali subjektif dalam membuat alasan desain yang dibuat. Kadang-kadang saya membuat desain karena cukup bagus dari sisi visual dan estetikanya, hal tersebut memang tidak sepenuhnya salah, namun yang harus dipikirkan adalah apakah dengan menambahkan elemen-elemen tertentu misalnya, di desain akan membantu user untuk menyelesaikan task-nya atau tidak.

Itulah kenapa kita harus betul-betul memahami apa masalah yang mau kita pecahkan dengan desainnya, menyiapkan dulu yang namanya user personas, user stories, problem statements, user journey maps dan lain-lain. Istilah-istilah tersebut insyaAllah akan saya bahas di artikel selanjutnya.

Ketika mempresentasikan desain kita kepada stakeholder terkait seperti kepada tim bisnis maupun tim engineer misalnya, akan ada sesi tanya jawab di mana apakah solusi yang kita buat ini sesuai dengan business goals nya atau tidak, apakah solusi ini bisa di implementasi oleh developer/engineer nya atau tidak. Pastikan solusi yang kita buat adalah betul-betul tepat untuk usernya, karena desainer tau bahwasannya apa yang dibutuhkan oleh user melalui riset-riset dan proses desain yang kita lakukan seperti proses berempati, define dan ideation.

Maka alasan-alasan dibalik desain yang kita buat adalah user, lagi-lagi itulah yang namanya mendesain dengan mindset User Centre Design, user lah yang menjadi pusat kita dalam mendesain, perpektif user lah yang kita bawa ke dalamnya.

Desainer harus memikirkan kemungkinan atau kondisi yang terjadi didalam desainnya

Photo by Kaleidico on Unsplash

Langkah awal saya mendesain pasti saya awali dengan flow yang positifnya terlebih dahulu atau yang biasa disebut dengan happy path.

Bagaimana user bisa menyelesaikan task-nya sampai dengan selesai, tanpa ada hambatan dan lain-lainnya.

Kadang-kadang saya terlalu fokus di sana, sampai-sampai lupa bahwa ada kondisi-kondisi lain yang harus dipikirkan seperti, bagaimana kalo koneksinya tidak ada saat user menggunakan aplikasi kita, apa yang terjadi pada aplikasi, apa yang terjadi jika ternyata datanya kosong, apa yang harus dilakukan user ketika registrasi ditolaknya misalnya, bagaimana kalo user yang kondisi tertentu tidak bisa mengklik component tertentu dan lain-lain.

Nah, hal-hal seperti itulah yang terkadang saya kelewat dan membuat saya berpikir bahwa oh desainer itu harus bener-bener kritis yah, harus bener-bener memikirkan sampai detail banget. Makanya harus ada yang namanya happy path, unhappy path, dan neutral path.

Kemampuan komunikasi dan kolaborasi adalah skill yang sangat penting sebagai desainer

Photo by Headway on Unsplash

Selama bekerja di perusahaan, kemampuan komunikasi dan kolaborasi itu sangat penting teman-teman, karena kita bekerja tidak sendirian.

Ada banyak tim-tim lain yang mungkin bisa kita ajak kolaborasi untuk membangun produk, karena yang namanya bekerja di perusahaan yang sedang membangun produk digital pasti banyak kolaborasi dengan tim lain agar bisa membuat produk yang dibutuhkan oleh pengguna.

Desainer akan bekerja bersama dan akan banyak sekali berkomunikasi dengan product manager, yang mana kemampuan kita mengkomunikasikan ide dan solusi sangat mempengaruhi suksesnya kita sebagai desainer. Jika ide kita disetujui dan rancangan kita dibawa kepada stakeholder terkait dan ternyata semua itu disetujui, maka itu adalah salah satu indikator bahwa desainer bisa menyampaikan ide kita dengan baik.

Kemampuan kolaborasi dengan developer atau engineer itu sangat penting, bagaimana kita memahami ekspektasi mereka sehingga tidak terjadi perdebatan yang tidak berarti. Itulah kenapa desainer juga disarankan untuk mencoba belajar koding, belajar tentang algoritma, belajar tentang database, karena desainer terkhusus desainer produk digital akan berkutat dengan hal-hal tersebut. Beruntungnya adalah saya kuliah di fakultas teknik komputer, jadi sudah ada dasar terkait dengan dunia koding, tidak menutup kemungkinan teman-teman juga bisa belajar koding terlepas dari backround apapun. Ketika kita sudah paham tentang bagaimana cara desain kita di koding, itu akan sangat membantu kita dalam mendesainnya juga.

Desainer mempunyai visi ke depan terhadap produk yang dirancangnya

Photo by Austin Distel on Unsplash

Bagaimana produk ini bisa meningkatkan revenue untuk perusahaan ke depannya, bagaimana nanti produk ini bisa scalable ke depannya.

Desainer istilahnya bukan hanya memikirkan desain untuk jangka pendek saja, tapi juga memikirkan jangka panjangnya.

Desainer juga tidak hanya memikirkan produknya saja, tapi juga memikirkan bagaimana mereka bisa berkontribusi dengan baik dan berimpak terhadap kemajuan perusahaan dan diri sendiri.

Pelajaran penting saya ketika menjadi desainer adalah seringkali fokus kepada user external dari perusahaan kita, yaitu user atau costumer atau pelanggan kita, untuk bagaimana caranya bisa meningkatkan revenue, engagement, akuisisi misalnya dan lain-lain. Nah seringkali lupa bahwa bagaimana pengalaman tim internal kita dalam bekerja juga sangat berpengaruh kepada tingkat suksesnya suatu bisnis atau produk.

Maka dari itu kita juga harus memikirkan dan merancang pengalaman bekerja tim internal kita, misalnya dengan cara meningkatkan UX dalam adminnya, meningkatkan proses pelayanan yang dilakukan oleh customer services, marketing, dan lain-lain.

Desainer harus memikirkan bagaimana nanti produk ini akan scalable dan jangka panjang hingga 5 tahun ke depan, pastinya akan banyak perubahan tapi setidaknya memikirkan yang namanya visi besar nya yang akan dicapai.

Desainer memiliki growth mindset

Photo by Christine on Unsplash

Memiliki growth mindset bukan hanya untuk desainer saja menurut saya, bahkan untuk semua orang, karena dengan memilikinya kita haus akan ilmu baru, haus akan pelajaran-pelajaran baru, tidak mudah menyerah meskipun idenya banyak ditolak misalnya.

Ketika memang kita belum terlalu paham akan produk yang mau kita rancang, kita harus betul-betul memahami dengan cara mencari, menganalisis, eksplorasi, menerima kritikan dan lain-lain agar produk yang dirancang juga sukses, bisa berguna dan bermanfaat untuk usernya, meningkatkan sisi bisnisnya, mempermudah proses pengimplementasian produknya dan lain-lain.

Memiliki growth mindset itu kita bisa lebih menghargai pendapat orang lain, bisa menerika kritikan yang dilontarkan kepada kita sebagai desainer yang merancang produknya.

Sebagai desainer kita akan terus selalu belajar hal-hal baru, mempelajari keterampilan baru, mempelajari usernya, mempelajari bisnisnya, mempelajari teknologinya dan intinya kita memiliki semangat belajar, punya rasa ingin tau yang tinggi serta ingin terus selalu belajar hal baru.

Itulah beberapa pelajaran yang saya dapatkan ketika bekerja sebagai product designer, ternyata banyak pelajaran selama perjalan ini, dan harapan nya bisa terus berbagi pengalaman kepada teman-teman semua agar teman-teman juga bisa terinspirasi.

Banyak orang yang saya temui disini dengan kemampuan yang berbeda-beda, dengan bermacam-macam karakter dan pengalaman, beruntungnya bisa sekaligus melatih bagaimana cara saya berempati kepada orang lain yang mana itu adalah salah satu skill penting untuk menjadi desainer.

Menjadi fulltime designer di perusahaan biasanya lebih banyak pengalaman merancang produk secara keseluruhan dari awal sampai proses launch atau istilahnya adalah end to end produk.

Ada satu momen yang paling saya tunggu selama perjalanan panjang merancang produk adalah ketika produk sudah mau launch dan digunakan oleh usernya, banyak yang merasakan produknya sekarang lebih enak yah, lebih mudah yah dan lain-lainnya, tapi tidak sedikit juga yang berkomentar negatif. Ketika awal launching, disamping rasa senang, rasa khawatirpun ada karena ekspektasi saya ketika terlalu jauh sehingga harus mematok ekspektasi yang tidak berlebih agar mengurangi rasa khawatir berlebih.

Pekerjaan pasti akan makin banyak setelah melewati momen tersebut. Kembali ke tahap awal, melakukan riset lagi, define lagi, ideation lagi, desain lagi, dan begitu seterusnya untuk melakukan pengembangan lebih lanjut berdasarkan masukkan-masukkan dari pengguna.

Semoga bermanfaat teman-teman! tunggu artikel selanjutnya 😊 .

Follow instagram UX Orbit Design di https://www.instagram.com/uxorbitdesign

Kunjungi website UX Orbit Design https://uxorbitdesign.com untuk berbagai macam info menarik lainnya seputar dunia UX.

--

--