Jongjonan Vol. 8: The Reality of Graphic Design Production

Livinda
UXID (UX Indonesia)
3 min readJul 26, 2018

Pada hari Rabu (25/07/18) ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) Chapter Bandung menyelenggarakan event berupa sharing session dengan pembicara dua desainer berbakat asal Bandung yaitu Ihsan M. Farhan dan Aulia Akbar dari POT Branding House. Tim UXiD Bandung berkesempatan untuk mengikuti event yang dihadiri oleh sekitar 105 peserta mulai dari mahasiswa dan berbagai kalangan di industri kreatif. Semua yang hadir terlihat antusias sekali dalam event tersebut.

Sharing session dimulai dengan kata sambutan dari Wakil Ketua ADGI Chapter Bandung yaitu Ahmad Rifqi. Beliau memaparkan secara singkat tujuan dibentuknya ADGI sebagai sarana untuk sharing pengalaman dalam dunia desain termasuk pengalaman dari para profesional dalam merintis karir di industri kreatif dan sarana untuk menyampaikan aspirasi di antara desainer grafis sekaligus membawa kebersamaan untuk memajukan desain di Indonesia.

Tema sharing session di event kali ini adalah “The Reality of Design Production”. Ihsan sebagai Creative Director dan Aulia sebagai Design Director di POT Branding House memaparkan tentang realita dalam dunia desain dan pengalaman yang didapatkan ketika berhadapan dengan client.

Slide pertama dimulai dengan pemahaman reality itu sendiri; how we perceived reality is on how we influenced by reality. Lingkungan dimana kita berada berpengaruh juga terhadap pembentukan seorang desainer. Hal ini dipaparkan oleh Ihsan. Style dari desain nya mengarah ke ambience yg lively sementara itu Aulia lebih ke arah neat. Lingkungan dimana Ihsan berada lebih cenderung ke arah extroversion dan Aulia cenderung ke arah introversion.

Selanjutnya adalah penjelasan tentang producing ideas dan producing the design. Producing ideas: reality in producing good brief and reality in producing customer insight. Dalam hal ini empathy adalah kunci dalam meraih insight dari customer dan sebagai seorang desainer kita harus memilikinya.

Perhaps it is dumb of me to believe that the only design worth bothering about is design born out of a mixture of personal enquiry and intelligent intuition? As these thoughts fizzed in my head, I realized I was suffering from the designer’s virus: empathy. -Adrian Shaughnessy

Kemudian reality on classify project. Ihsan dan Aulia menjelaskan bahwa it’s important to know the business of our client, their intention, their taste, common sense, dan visual literacy. Menarik ketika persona blueprint shows insights from in-depth interview, specific keywords, certain lifestyle, and audience visual literacy.

Pendekatan yang dipakai dalam classify project ini dibagi menjadi:
a. Purpose-based approach
b. Story-based approach
c. Products/Market Driven approach

Sebagai penutup adalah facing reality industry itself. Ini adalah tentang reality on producing direction, reality on producing ideas, and reality on producing good consistency. Hal ini penting bagi seorang desainer ketika menghadapi realita ketika bertemu client dan karir di dalam industri kreatif. Ini adalah saat ketika idealisme kita bertemu dengan cold reality :D

The best art is a deep reflection of its creator. Design is about use, alleviation, iteration, and function. The best design is a deep reflection of its user.

Design creates culture. Culture shapes values. Values determine the future. — Robert L. Peters

--

--

Livinda
UXID (UX Indonesia)

UI/UX Designer, Writing Project Team at UXiD Bandung