Hi, UI/UX beginner! Learn from Marlon Brando

Rudityas Wahyu
uxmarker
Published in
4 min readFeb 21, 2019

Bisa dibialang saya termasuk penggemar film-film agak lama, salah satu yang bisa dikatakan favorit yakni The Godfather. Satu di antara pemeran utama dalam film tersebut ialah Marlon Brando. Brando merupakan seorang aktor sekaligus sutradara berkebangsaan Amerika yang pernah meraih dua penghargaan nominasi Academy Award versi film dan aktor terbaik. Beberapa film ikoniknya, seperti On The Waterfront (1954) dan The Godfather (1972). Marlon Brando lahir di Nebraska, 3 April 1924 dan meninggal pada 1 Juli 2004. Ya, mungkin dia bisa dibilang salah satu idola saya dalam dunia perfilman.

Saya mengidolakan Marlon Brando bukan tanpa alasan. Sebagai seorang UI/UX designer, saya melihat Marlon Brando sebagai salah satu rule model ideal sekaligus inspirator dalam proses desain kreatif UI/UX. Kenapa?

1. Memiliki kemauan keras untuk belajar

Pada 1943, Marlon Brando pindah ke New York untuk mengambil kelas acting di sebuah sekolah. Kala itu, usianya baru menginjak 19 tahun. Di sana Brando bertemu Stella Adler, salah seorang guru yang mengajarkannya cara ber-acting serealistis mungkin. Metode acting yang diajarkan memiliki konsep utama bagaimana menggunakan ingatan dan emosi untuk mengidentifikasi karakter yang diperankan.

Photo by Aaron Burden on Unsplash

Brando memang dibekali bakat alami dalam ber-acting. Tapi, kekuatan terbesarnya yakni kemauan keras untuk terus belajar dan mengasah kemampuan. Berkat kemauan kerasnya, Brando mendapat peran besar pertamanya dalam drama Broadway berjudul A Streetcar Named Desire pada 1940. Penampilannya yang memukau sebagai Stanley Kowalski dalam drama tersebut mendapat pujian dunia.

Layaknya Brando, seorang UI/UX juga sangat perlu memiliki tekad untuk terus belajar dan belajar. Bakat saja tak cukup jika tak pernah diasah. Apalagi bagi para UI/UX designer pemula. Semakin banyak belajar, baik secara teknikal maupun konseptual, kemampuan Anda akan semakin meningkat. Karya UI/UX yang tercipta pun akan semakin sempurna.

2. Mempunyai keunikan tersendiri

Bagus saja tak cukup, seorang aktor harus memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan orang lain. Brando memiliki karakter unik ini pada suaranya. Suaranya sangat khas, sehingga ketika seseorang mendengarnya maka orang tersebut akan langsung tahu bahwa suara tersebut adalah suara Marlon Brando. Bahkan tanpa harus melihatnya lebih dulu.

Photo by rawpixel on Unsplash

Ciri khas dan keunikan ini juga harus dimiliki oleh seorang UI/UX designer. Rancangan UI/UX perlu dibekali dengan keunikan tersendiri entah secara visual maupun konseptual. Jika hanya mengandalkan desain interface yang bagus, maka di luar sana banyak sekali UI/UX designer yang mampu menciptakan karya lebih bagus. Memiliki ciri khas tertentu juga mengurangi kemungkinan pembajakan karya oleh orang lain. Seperti yang diketahui, dunia digital sangat rentan terhadap unsur-unsur pembajakan. Karya digital sangat mudah dicuri kemudian dimodifikasi. Dengan ciri khas dan keunikan yang kuat, hal ini dapat diminimalisir kemungkinannya.

Ada satu lagi karakter Marlon Brando yang sangat saya kagumi sebagai seorang UI/IX designer maupun sebagai penggemarnya. Apa itu?

3. Selalu percaya diri

Ada sebuah ungkapan berbunyi “I could’ve been a contender. I could’ve been somebody…” dari film On The Waterfront (1954). Kalimat tersebut melekat erat pada sosok Marlon Brando sebagai seorang aktor. Dari ungkapan tersebut saya akhirnya paham bahwa Brando menjadi seorang bintang besar karena ia mampu menyentuh hati setiap penggemarnya tanpa terkecuali. Kunci untuk melakukan hal itu yakni dengan membuat acting-nya begitu hidup dan nyata. Dan, untuk mewujudkannya diperlukan kepercayaan diri yang amat tinggi.

Photo by Vince Fleming on Unsplash

Sebagai seorang UI/UX designer, percaya diri juga sangat penting. Anda harus percaya terhadap kemampuan pribadi dan percaya terhadap karya yang diciptakan. Kepercayaan diri ini secara tak langsung akan tertuang pada rancangan UI/UX yang nantinya tersampaikan kepada user. Jika Anda sendiri tak percaya diri terhadap karya yang diciptakan, bagaimana dengan user? So, jadilah Marlon Brando-nya dunia UI/UX!

uxmarker was found with one mission mind: creating the best and most reliable user-centered design for our clients. Here in our HQ, we deal with a wide range of design avenues on every product platform. To ensure a satisfying product experience, our dedicated team generate data from curated user research methods and analyze them to find and fix various design obstacles. With our ingenious ideas and tested skill, we believe we can help make your products a pleasure to work with.

Keep in touch with us :

LinkedIn| Facebook | Instagram | Twitter | Dribbble | Youtube | Contact Us

To help spread the word about uxmarker, please give it applause, share this story, and don’t forget to follow us! See you next week everyone

--

--

Rudityas Wahyu
uxmarker

Student of life, Product Designer at Late checkout, Designer who is still learning about design for humans. Currently living in Yogyakarta, Indonesia.