Curhatan Site Reliability Engineer Intern di Warung Pintar

Rika Dewi
Grow at Warung Pintar
4 min readAug 24, 2020

Saat banyak orang merasa bahwa pandemi membuat grafik kehidupan mereka cenderung stagnan atau malah menurun, aku justru merasa sebaliknya. Selama tiga bulan terakhir, aku memperoleh banyak kejutan yang membuat hari-hariku tidak pernah datar, bahkan selalu berwarna. Mau tahu apa alasannya? Inilah cerita singkat mengenai pengalamanku sebagai Site Reliability Engineer Intern di Warung Pintar pada Mei hingga Agustus 2020.

Apa itu Site Reliability Engineer?

“Site Reliability Engineer? Nama kue, ya, Dek?”

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh tetangga dekat rumah saat aku menceritakan kesempatan magangku. Kalau dipikir-pikir, posisi Site Reliability Engineer memang masih belum begitu familiar di telinga orang-orang. Pada awalnya, aku pun mendaftarkan diri untuk posisi Backend Engineer, bukan Site Reliability Engineer. Tawaran untuk mendapat posisi Site Reliability Engineer baru muncul saat interview, dan, tidak bisa dipungkiri, posisi tersebut juga waktu itu masih terdengar asing ditelingaku, mengucapkannya saja susah. 😁

Membahas soal Site Reliability Engineer, menyadur dari Wikipedia, berikut definisi secara garis besarnya,

Site Reliability Engineering (SRE) is a discipline that incorporates aspects of software engineering and applies them to infrastructure and operations problems.

Mungkin definisi di atas masih agak sulit dimengerti. Namun, kalau ditelaah kata per kata, kita bisa memaparkannya seperti ini,

  • Pertama, seorang Site Reliability Engineer, atau yang biasa disingkat SRE, menggunakan prinsip software engineering, di mana SRE melakukan coding, sama seperti Software Engineer pada umumnya.
  • Kedua, lingkup kerja SRE berkaitan erat dengan infrastructure dan operations. Hal inilah yang membedakan seorang SRE dengan seorang Backend maupun Frontend Engineer. Jika seorang Backend atau Frontend Engineer melakukan coding untuk membangun produk bagi user, seorang SRE melakukan coding untuk mendukung infrastruktur dan operasi, sehingga terciptalah sebuah aplikasi yang reliable.

Bagaimana Rasanya Bekerja di Warung Pintar?

Aku ingat betul bagaimana hari-hari pertamaku di Warung Pintar. Di minggu pertama, semua berjalan seperti internship pada umumnya, mulai dari melakukan setup environment, masuk ke berbagai grup asing — ya, walaupun orang-orang didalamnya masih asing, mereka sangat menyambut baik anak-anak baru sepertiku — cek dokumentasi yang melimpah, kenalan sana-sini, dan membaca buku-buku baru nan tebal.

Di minggu kedua, tepatnya pada hari ke-8 masa internship-ku, aku di-invite untuk meeting private berjudul “Ngobrol Santuy” bersama mentorku, Agung Julisman, VP of Engineering Warung Pintar, yang akrab disapa Kak Ajul. Kami bercakap-cakap selama kurang lebih 1 jam dan setiap Kak Ajul melontarkan istilah-istilah yang asing ditelingaku, aku langsung membuka tab pencarian pada search engine browser. Dari meeting tersebut, aku sadar bahwa ada sangat banyak hal yang masih perlu kucari tahu, terlalu banyak ilmu yang masih perlu kupelajari, dan, walau pada awalnya aku belum terbiasa, aku berhasil mempelajari beragam hal-hal asing hingga akhir masa internship-ku di Warung Pintar.

Kontribusi selama Magang di Warung Pintar.

Proyek pertama yang kukerjakan adalah membuat sebuah kubernetes event watcher. Kubernetes event watcher ini digunakan sebagai alerting tool di Warung Pintar. Proyek ini selesai pada minggu ke-3 internship-ku dan dipublikasikan sebagai open source project. Tiga minggu pertama masa internship ini mengajarkanku banyak hal khususnya mengenai Kubernetes.

Proyek keduaku adalah membuat custom webhook yang berfungsi sebagai alerting tool juga. Custom webhook ini terintegrasi dengan tiga buah aplikasi, yaitu Gitlab, Tuleap, dan App Center. Karena harus terintegrasi dengan webhook dari berbagai aplikasi, kemampuan membaca dokumentasi dan membaca kode dari orang lain menjadi sangat penting. Hal ini juga yang mendorongku untuk membuat kode yang well-documented dan mudah dibaca juga oleh orang lain. Di sini, aku belajar bahwa hidup sebagai Software Engineer, termasuk SRE, terdiri dari 80% membaca kode dan 20% menulis kode.

Proyek ketigaku adalah sebuah BotOps. Pada dasarnya, BotOps merupakan sebuah chatbot yang terintegrasi dengan infrastruktur dan operasi. Melalui BotOps, semua orang di Warung Pintar dapat dengan mudah melihat status dari resource pada Kubernetes Cluster, melihat log dari aplikasi, bahkan melakukan deployment semudah mengetik di chat.

“Effortless deployment leads to faster release rate thus increase customer satisfaction.”

Selain fitur terkait Kubernetes, BotOps juga dibangun dengan fitur terkait Task Management. Ketika fitur ini diimplementasi, Sofian Hadiwijaya, CTO, Warung Pintar, berkata, “Mimpi gw jadi kenyataan.” Saat itu juga, aku langsung berpikir, “Wow, kapan lagi punya pengalaman magang yang mewujudkan mimpi CTO kalau bukan di Warung Pintar?”

Kegiatan Internal di Warung Pintar sebelum Pandemi.

Dari sini, aku semakin sadar akan suasana bekerja di Warung Pintar yang gapless, di mana tidak ada senioritas ataupun jarak yang dipisahkan oleh posisi. Semua AnWar, sebutan untuk karyawan Warung Pintar, sama-sama diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkarya.

Kalau kalian menanyakan rekomendasi tempat kerja yang bisa memacu kalian untuk terus bertumbuh dan diikuti dengan lingkungan yang sangat tech-savvy, bagiku jawabannya sudah jelas, tentu #TumbuhBarengWarung di Warung Pintar.

Untuk kalian yang tertarik seru-seruan dan berkontribusi di Warung Pintar, segera klik https://warungpintar.co.id/karir/ dan daftarkan dirimu untuk bergabung bersama kami!

--

--