Black Mirror — “Nosedive”

Trian
whyslackers
Published in
1 min readOct 24, 2016
Black Mirror/Netflix

Serial antologi karya Charlie Brooker yang mendapatkan respon sangat positif sejak pertama tayang di Channel 4 Inggris, Black Mirror telah mendefinisikan sosial drama lewat beragam sketsa insightful antara pertemuan manusia dan teknologi tak jauh di masa depan.

‘Nosedive’, episode pertama Black Mirror yang kini hadir di Netflix menghadirkan bagaimana individu berubah jadi sociopath di tengah impuls interaksi sosial media berbasis augmented reality.

Kita tentu familiar dengan kondisi saat benar-benar haus akan likes, retweets, loves, dan ratingnya lainnya di sosial media. Nah, gratifikasi sosial media itulah yang digambarkan di episode ‘Nosedive’.

Sebagai gambaran, setiap individu disekat berdasarkan sentimen rating dari bintang 5 hingga 1. Jika cuma menyentuh 2, ibaratnya kalian adalah kelas antisosial yang banyak cela. Punya rating 4? Selamat! kalian termasuk seorang influencer yang mendapatkan banyak privileges.

Episode ini secara indah begitu mengejutkan. Debut Black Mirror kali ini menggoda kita dengan rasa sejuknya warna pastel dan gelapnya sentimen distopian. Juxtaposisi dua elemen itu memberikan warna tersendiri layaknya sentuhan gabungan antara Her milik Spike Jonze dan Men, Women & Children karya Jason Reitman.

*revised (25/10) paragraf 1 baris kedua, sebelumnya tertulis BBC.

--

--