Kota Atlas yang Kini Telah Berkembang Menjadi Kota Destinasi Pariwisata

Wirta Indonesia
Wirta Indonesia
Published in
6 min readJul 12, 2020

Ditulis oleh Inge Satna

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dalam perekonomian suatu daerah. Hal tersebut didasari karena sektor pariwisata memiliki efek domino bagi perekonomian. Secara makro, sektor pariwisata menjadi salah satu sumber penerimaan devisa yang cukup berarti, salah satunya adalah untuk Kota Atlas, Kota Semarang.

Kota Semarang memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan destinasi pariwisata kultur yang dapat menarik hati para wisatawan, baik domestik maupun manca negara. Selain sebagai pusat pemerintahan provinsi, Kota Semarang juga diuntungkan dengan adanya jalur pantura yang menghubungkan Jakarta dengan kota — kota besar yang ada di sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Topografi kota yang lengkap disertai dengan garis pantai dan perbukitan ini, memiliki potensi pariwisata yang besar untuk dapat dikembangkan. Bahkan kota yang terkenal akan kekhasan kulinernya ini terbukti mampu menarik hingga 2,7 juta wisatawan hingga akhir tahun 2016 (Amalia, 2017).

Namun disisi lain, pengelolaan pariwisata Kota Semarang secara umum dinilai belum bekerja secara optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor terhambatnya pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Padahal, jika potensi pariwisata dikota ini dikembangkan sedemikian rupa, maka hal tersebut akan dapat menunjang kesejahteraan masyarakatnya. Beberapa potensi yang ditawarkan oleh kota ini antara lain, yaitu budaya lokal, wisata kuliner khas, dan oleh — oleh khas budaya lokal masyarakat.

Salah satu tantangan terbesar bagi Kota Semarang adalah bagaimana cara mengembangkan pengelolaan dan pengemasan wisata yang semula monoton, menjadi daya tarik baru yang segar. Pengemasan budaya lokal yang masih monoton cenderung menjadikan nilai jual dan nilai tambah dari kebudayaan yang ada menjadi semakin berkurang. Jika pengemasan seni budaya lokal ini dapat dikemas secara menarik, maka secara periodik sajian wisata ini akan dapat meningkatkan nilai jual perekonomian untuk masyarakat (Amalia, 2017).

Tidak hanya mengenai pengemasan budaya yang monoton, tetapi masyarakat juga masih kurang bisa menjangkau obyek wisata yang ada dengan baik. Permasalahan seperti minimnya informasi mengenai obyek wisata, kurangnya ketersediaan fasilitas publik yang digunakan, banyaknya objek wisata yang rusak, tidak terawat, dan terbengkalai, serta kegiatan atau event pelestarian pariwisata yang kurang variatif dan kurang dukungan, membuat Kota Semarang kurang diminati oleh wisatawan.

Kota Semarang memiliki kekayaan budaya dan kekhasan pariwisata yang beragam. Hal ini seharusnya bisa membuat Kota Semarang mampu bersaing bersama dengan kota besar lainnya, sebagai “Kota Destinasi Wisata”. Karena kota ini tidak hanya sebatas menjadi kota transit, melainkan mampu menjadi kota destinasi wisata nasional, bahkan hingga bertaraf internasional.

Semarang Night Carnival (Sumber: jateng.tribunnews.com)

Seiring dengan banyaknya permasalahan pariwisata yang membelenggu, Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan strategi “Penguatan dan Pengembangan Sektor Unggulan”, dengan arah kebijakan berupa “peningkatan pengelolaan kepariwisataan dengan kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kunjungan wisatawan dan peningkatan pengelolaan obyek serta mitra kepariwisataan”, yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2016. Adapun strategi yang telah disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan pariwisata Kota Semarang. Beberapa poin strategi tersebut antara lain yaitu Meningkatkan kinerja aparatur dilingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang; Meningkatkan pelestarian kawasan, situs, benda dan bangunan cagar budaya; Meningkatkan pelestarian seni budaya tradisional; Meningkatkan apresiasi budaya tradisional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata; Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara; Meningkatkan sarana prasarana dan event MICE; dan Meningkatkan profesionalisme SDM kepariwisataan.

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun 2011–2031, peningkatan pengelolaan kepariwisataan dilakukan dengan arahan berupa peningkatan kunjungan wisatawan, peningkatan pengelolaan obyek wisata, serta kemitraan kepariwisataan. Beberapa program pembangunan yang dirancang oleh pemerintah, antara lain yaitu program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi wisata, serta pengembangan industri pariwisata. Salah satunya adalah untuk kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang, yaitu Kawasan Cagar Budaya Kota Lama. Dokumen ini juga sekaligus memuat beberapa rencana kawasan pariwisata yang ada di Kota Semarang, yang meliputi pengembangan dan peningkatan wisata bahari, kawasan wisata Kebun Binatang, wisata pertanian (agrowisata), wisata mainan anak, wisata permainan air, wisata religi (seperti Kawasan Masjid Agung Semarang, Kawasan Gereja Blenduk, Kuil Sam Po Kong, Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah, dan Kawasan Vihara Watugong), wisata alam dan cagar budaya (seperti Kampung Pecinan, Kampung Melayu, Museum Ronggowarsito, Kawasan PRPP, Kawasan Maerokoco, Kawasan Kota Lama, Kawasan Kampung Batik, Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo, Bendungan Jatibarang dan Gua Kreo, Lembah Sungai Garang, Tugu Batas Pajajaran dengan Majapahit, Taman lele, dan Pasar Seni), serta pengembangan dan peningkatan wisata belanja di kawasan Johar, Simpang Lima, dan koridor Jalan Pandanaran.

Kota Lama Semarang (Sumber: nativeindonesia.com)

Pelaksanaan upaya strategi yang dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang secara keseluruhan telah berjalan dengan baik, meskipun memang belum terwujud secara maksimal dibeberapa strategi. Strategi yang telah berhasil dikembangkan adalah seperti meningkatkan apresiasi seni budaya tradisional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dalam meningkatkan profesionalisme SDM kepariwisataan. Sedangkan pelaksanaan strategi yang lainnya belum dapat bekerja secara maksimal dikarenakan ditemukan banyak hambatan.

Beberapa hambatan yang dimiliki diantaranya adalah seperti masih belum maksimalnya kinerja aparatur ahli dibidang pariwisata dan teknik, kendala keterbatasan biaya anggaran, serta beberapa proses birokrasi yang panjang dan rumit yang digunakan dalam mengurus kebutuhan pariwisata Kota Semarang. Hambatan — hambatan yang ada tersebut secara umum dibutuhkan dalam perumusan perencanaan program pembangunan dan pengembangan wisata. Utamanya dalam upaya pelestarian kawasan, situs, benda, dan bangunan cagar budaya, serta peningkatan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata di Kota Semarang (Mayang, 2017).

Kearifan budaya lokal pariwisata yang ada, akan menjadi lebih optimal jika didukung dengan peran serta dari masyarakat, para ahli, sektor swasta, dan pemerintah. Oleh karena itu, masyarakat dan juga pemerintah akan dapat menyukseskan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, sebagai langkah awal untuk dapat mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Seharusnya kemajuan dibidang pariwisata dan juga perekonomian harus didukung sepenuhnya oleh setiap lapisan masyarakat. Akan tetapi, hambatan kerjasama dengan masyarakat seperti kurangnya antusiasme masyarakat dalam pelestarian seni budaya tradisional atas dampak dari perkembangan teknologi dan globalisasi, membuat masyarakat enggan untuk menghargai dan melestarikan budaya tersebut. Anggapan budaya yang kuno dan kurang menarik dari masyarakat inilah yang kemudian membuat perkembangan pariwisata daerah memiliki perkembangan yang terhambat.

Tidak hanya itu, peran stakeholder lain seperti pihak swasta dalam melakukan pengembangan pariwisata juga masih dikatakan sangat minim. Kurangnya koordinasi dan wadah untuk para pegiat pariwisata merupakan salah satu tantangan untuk pemerintah Kota Semarang. Oleh karena itu, Kota Semarang belum memiliki branding pariwisata yang kuat untuk dapat dijual dan dipromosikan oleh para pegiat pariwisata kepada wisatawan, karena Kota Semarang dahulu hanya dikenal sebagai Kota Transit dan bukan Kota Destinasi Pariwisata (Mayang, 2017).

Kampung Batik Kota Semarang (Sumber: momtraveler.com)

Pemerintah seharusnya memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mempromosikan pariwisata di Kota Semarang, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan kegiatan yang inovatif dan kreatif. Hal ini nantinya akan dapat menumbuhkan rasa semangat serta merasa ikut memiliki dan menjaga kelestarian pariwisata di Kota Semarang. Adanya program branding massif inilah yang nantinya akan menjadikan Kota Semarang dapat dikenal sebagai Kota Destinasi Pariwisata.

Referensi

Amalia, Umi Thoifah dan Endang Purwaningsih. 2017. Local Wisdom Tourism Development of Semarang With Tourism Cluster System as an Action for Sustainble Economics Development. The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula : 871–879.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang dan Walikota Semarang. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011–2031.

Mayang, Vini Setya. 2017. Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dalam Upaya Mengembangkan Pariwisata Kota Semarang.

Walikota Semarang. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2016–2021.

--

--