Tren Wisata “Glamorous Camping” (Glamping)

Martha Agustine
Wirta Indonesia
Published in
5 min readOct 20, 2020

Green Tourism Tanpa Implementasi yang Hanya Menjadi Komoditas dengan Profit Tinggi

(Sumber: Do Travel Magz)

Apakah yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata camping? Mungkin yang terlintas di pikiran kita adalah pemandangan seperti tenda-tenda di dataran hijau yang luas dengan latar belakang pegunungan yang menjulang dan gemericik air sungai di sekitarnya, atau menyusuri alam hingga memasak menu sederhana di api unggun.

Camping atau berkemah diartikan sebagai kegiatan luar ruangan yang biasanya berlangsung di alam, atau semacam aktivitas menghabiskan liburan dengan tinggal di tenda. Para campers ini biasanya meninggalkan rumah mereka dan menghabiskan satu malam atau lebih di tenda untuk menikmati alam. Tempat berkemah dikenal sebagai tempat yang dikunjungi para pelancong atau turis dengan fasilitas akomodasi sendiri, seperti tenda atau karavan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan ini menggunakan jenis akomodasi mandiri. Tempat berkemah biasanya sejalan seiring dengan beberapa layanan rekreasi tambahan, seperti fasilitas dapur, toilet, dan sauna dalam beberapa kasus (Cooper, dkk., 2008:351).

Lalu, apakah yang terlintas di pikiran Anda jika mendengar kata glamping? Apakah seperti yang ada pada gambar di bawah ini?

Forest Glamping Resort Blagus, Pomurska, Slovenia
Sunrise Tee Pee, Texas, United State
Brush Creek Ranch Yurt

Glamping adalah kegiatan yang berada di tempat dimana alam yang menakjubkan berpadu dengan kemewahan modern. Nature-based experience sangat diunggulkan dalam kegiatan glamping ini. Pengalaman yang ingin didapatkan dari aktivitas ini adalah tentang keluar dari jalur yang sudah umum, menjauh dari aktivitas wisata yang dangkal, dan merangkul lingkungan budaya yang imersif. Glamping, perpaduan dari kata glamorous dan camping. Dapat dikatakan, kegiatan ini adalah kegiatan berkemah namun dengan fasilitas layaknya hotel berbintang.

Glamping ini dipercayai sudah ada bahkan sejak masa Kekaisaran Ottoman. Kaisar Ottoman membangun tenda mewah seperti istana yang dapat dipindahkan dengan alat angkut yang dihiasi sutra dan barang langka lainnya. Ini bisa dianggap sebagai awal dari sejarah glamping.

Bagaimana dengan kegiatan glamping di Indonesia?

Menurut data Kementerian Pariwisata Indonesia, potensi wisatawan milenial dunia yang berwisata sebagai backpacker atau traveler ke seluruh dunia mencapai 39,7 juta. Wisatawan ini terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu flash-packer atau digital-nomad sekitar 5 juta orang, glam-packer atau millennial nomads yang menetap selama di suatu destinasi sambil bekerja sekitar 27 juta orang, dan lux-packer atau perantau mewah yang merantau di banyak tujuan di berbagai belahan dunia yang dapat dikatakan sebagai instagramable-destination, sekitar 7, 7 juta orang. Para lux-packers lebih suka berkeliaran untuk melupakan hiruk pikuk aktivitas dunia dan mereka lebih menyukai fasilitas glamping di kawasan wisata alam, seperti danau, gunung, pantai atau sungai. Wisata glamping juga berkembang cukup pesat di Bali, yang selama ini menjadi pintu gerbang utama pariwisata Indonesia. Beberapa destinasi wisata glamping yang menarik banyak dipasarkan melalui media online. Berdasarkan penelusuran di internet, terdapat beberapa destinasi wisata glamping di Bali yang berada di Kintamani, Bangli; Ubud, Gianyar; Uluwatu, Mengwi dan Tuban/Kuta, Badung; Jatiluwih, Tabanan; Sambangan, Singaraja; dan Pejarakan/Gerokgak, Buleleng dan Penginuman, Negara.

Di Indonesia sendiri, glamping cenderung dikaitkan dengan embel-embel green tourism. Memang, green tourism merupakan konsep ideal untuk pengembangan pariwisata, apalagi dikaitkan dengan kegiatan yang banyak mengambil tempat di alam terbuka. Wisata glamping yang berkembang di beberapa daerah di Indonesia, Bali khususnya, banyak yang memakai prinsip green tourism. Namun, tidak sedikit dari penyedia wisata glamping tersebut yang hanya menggunakan embel-embel green tourism tanpa implementasi yang sesungguhnya.

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan lokasi glamping yang ada di Bali.

Viceroy Bali. Ubud, Gianyar
Sandat Glamping Tents. Ubud, Gianyar
Menjangan Dynasty Resort. Gerokgak, Buleleng

Berdasarkan data pada penelitian yang dibuat oleh I Made Budiarsa, hampir semua lokasi glamping di Bali termasuk dalam kategori glamping resort yaitu glamping yang dilakukan di sebuah resor dan tidak ada caravan glamping (glamping dengan menggunakan karavan di sepanjang jalan). Daya tarik yang dijadikan andalan oleh semua lokasi glamping adalah pemandangan alam seperti pemandangan gunung, danau, pemandangan laut, pemandangan sungai, pemandangan hutan dan pemandangan sawah. Jenis akomodasi yang digunakan di lokasi glamping bermacam-macam seperti penginapan, penginapan, bungalow, hostel, wisma bintang 2, resor hotel bintang 4 dan resor hotel bintang 5. Kemewahan yang diberikan ditunjukkan oleh harga akomodasi yang beragam, mulai dari low budget (di bawah satu juta rupiah) hingga mewah (di atas satu juta rupiah).

Karena semua lokasi glamping mengandalkan pemandangan alam, maka upaya konservasi melalui minimalisasi energi, limbah dan pencemaran lingkungan sekitarnya akan dilakukan demi kelangsungan hidup mereka. Hal ini relevan dengan konsep green tourism yaitu tanggung jawab lingkungan. Dengan mengedepankan sumber daya sekitar seperti masyarakat lokal dan material lokal, lokasi glamping akan mendukung vitalitas dan keberlanjutan ekonomi masyarakat sekitar (vitalitas ekonomi lokal). Di Bali sendiri, semua lokasi glamping berusaha semaksimal mungkin menerapkan konsep green tourism, namun hingga saat ini baru ada dua lokasi glamping resort yang disertifikasi oleh badan-badan yang diakui dan sisanya belum bersertifikat. Dilihat dari penelitian yang dilakukan I Made Budiarsa, hanya sekitar 18% yang benar-benar menerapkan green tourism.

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar yang disajikan di atas, kegiatan glamping yang ditawarkan cenderung dilakukan oleh resor-resor mewah sebagai atraksi baru di dalam resornya. Bukankah hal ini memantik pikiran kita untuk membuat pemahaman bahwa green tourism yang dijadikan konsep seolah tertutup oleh kemewahan yang ditawarkan.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan konsep atau prinsip green tourism pada situs glamping ini meliputi komponen tanggung jawab lingkungan, vitalitas ekonomi lokal, keanekaragaman budaya, dan kekayaan eksperiensial. Namun, apabila prinsip green tourism yang dijadikan tajuk dalam wisata glamping ini tidak diimplementasikan, bukankah hal ini hanya menjadikan glamping sebagai sumber komoditas dengan profit tinggi yang baru?

Bagaimana menurut Anda?

Referensi

Budiasa, I. M., dkk. 2019. Implementation of Green Tourism Concept on Glamping Tourism in Bali. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, vol. 354

Cooper, C. Fletcher, J., Fyall, A., Gillbert, D. & Wanhill, S. 2008. Tourism Principles and Practice. 4th ed. Harlow, England: Prentice Hall Financial Times

Renn, O. & Walker, K. 2008. Global Risk Governance: Concept and Practice using the IRGC Framework. Dordrecht: Springer.

--

--

Martha Agustine
Wirta Indonesia

feeling like a Monday, but someday i'll be Saturday night