Tanggung Jawab Pendidikan

World Merit Indonesia
World Merit Indonesia
3 min readJun 2, 2019

oleh Wulan Istri, World Merit Indonesia Semarang

Tanggal 2 Mei lalu merupakan Hari Pendidikan Nasional. Para siswa dari berbagai jenjang pendidikan turut merayakannya dengan kegiatan upacara bendera. Para mahasiswa pun tak mau kalah untuk ikut berpartisipasi merayakannya, mulai dari posting poster di media sosial hingga menggelar demo atau unjuk rasa. Hampir seluruh instansi yang berhubungan dengan pendidikan ikut merayakannya. Harapannya dengan adanya perayaan ini, dapat membangkitkan kembali semangat untuk terus memajukan pendidikan di Indonesia, benar begitu.

Mari kita mengulik sedikit tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human Development Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia (0,719) dan disusul oleh Brunei Darussalam (0,704). Hal ini tentu cukup memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia, terlebih lagi orang yang berpendidikan. Masalah pendidikan merupakan masalah serius yang harus ditangani oleh sebuah negara karena ia adalah ujung tombak dari sebuah pembangunan. Mengingat hal tersebut, sudah sepatutnya kita terus meningkatkan dan mempercepat peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kalau boleh saya tanya, siapakah yang seharusnya bertugas untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita ini?

Mungkin sebagian orang masih menganggap bahwa hal ini merupakan tugas dari Kemendikbud dan Kemenristekdikti beserta jajarannya saja. Atau mungkin sebagian yang lain masih menganggap bahwa ini adalah tugas para guru dan orang-orang yang bekerja di ranah pendidikan. Kalau boleh saya berpendapat, saya akan menjawab bahwa tugas untuk memajukan pendidikan di Indonesia bukan hanya tugas para pendidik, melainkan tugas orang-orang terdidik. Siapakah mereka? Jawabannya adalah kita semua yang memiliki ilmu dan pernah mendapatkan pendidikan. Guru, dosen, direktur bank, petani, dokter, bahkan pengusaha pun dapat ikut berpartisipasi.

Saya sangat menyayangkan seseorang yang memiliki persepsi bahwa dunia pendidikan adalah dunia persekolahan saja. Seperti yang kita tahu bahwa pendidikan terbagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Semua orang yang pernah mengenyam salah satu, salah dua atau bahkan semua jenis pendidikan tersebut bertanggung jawab untuk ikut memajukan kualitas pendidikan demi tercapainya salah satu tujuan global, yaitu tujuan global nomor empat. Pun kita sebagai orang terdidik dapat memilih di manakah kita ingin berkontribusi terhadap dunia pendidikan; pendidikan formal, informal maupun non formal.

Bagaimana caranya untuk ikut berkontribusi terhadap dunia pendidikan?

Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk berkontribusi. Tenaga pendidik tentu saja dapat berkontribusi dengan cara memberikan pelajaran di kelas. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang bekerja di luar ranah pendidikan? Mendirikan taman baca, ikut mengajar anak-anak di tempat ibadah, mendirikan yayasan pendidikan, berbagi konten positif dan bermanfaat di media sosial, berbagi ilmu dan pengalaman, atau sekadar mengikuti kegiatan kerelawanan di bidang pendidikan di waktu luang seperti Kelas Inspirasi.

Banyak sekali cara untuk berkontribusi di dunia pendidikan mulai dari yang sederhana hingga yang cukup kompleks. Mari kita mulai untuk berkontribusi dengan melakukan hal-hal sederhana. Tidak apa memulai dari hal kecil, seperti yang sering orang katakan, “Something big is started from a small step.” Tidak perlu takut untuk memulai suatu hal yang baik.

“Íf not me, who? If not now, when?” — Emma Watson

--

--