Web Payment Request API dan Kemungkinan Adopsinya di Indonesia

Yohan Totting
4 min readOct 9, 2017

--

Lanjutan dari tulisan sebelumnya terkait topik yang dibahas di Progressive Web App Roadshow Indonesia tentang service workers, kali ini saya ingin menulis salah satu topik yang dipresentasikan di sesi integration, yaitu Payment Request API.

Kenapa perlu adanya Payment Request API?

Seperti yang kalian tahu kalau melihat ekosistem startup Indonesia, e-commerce merupakan salah satu area yang mendominasi. Dan di e-commerce, pembayaran adalah metrics yang paling penting. Sales conversion menjadi goal utama dari startup e-commerce. Dan Indonesia adalah mobile first country di mana penggunaan mobile mendominasi dalam hal mengakses internet.

Persentase pembelian di mobile 66% terjadi di web.

Menurut data global 66% transaksi e-commerce di mobile itu terjadi di web. Tapi sayangnya walaupun angka tersebut cukup besar, tapi kegagalan pembayaran cukup besar terjadi di mobile kalau dibandingkan dengan desktop. Angkanya cukup besar, hingga 66% lebih kecil dibandingkan di desktop.

Transaksi pembayaran di mobile 66% lebih sedikit dibandingkan di desktop

Belajar dari angka di atas, maka tantangan buat para pelaku e-commerce adalah bagaimana untuk memperbaiki pengalaman dalam transaksi e-commerce.

Salah satu alasan akan konversi dari pengunjung menjadi pembeli adalah setiap langkah yang harus dilakukan tersebut berpotensi membuat pengunjung tidak melanjutkan. Bahkan data riset yang ada menunjukkan bahwa setiap langkah yang harus dilakukan pengunjung berpotensi menghilangkan 20% dari pengunjung tersebut. Dan alasan inilah kenapa kita membutuhkan cara pembayaran yang lebih mudah di web untuk mengurangi jumlah kehilangan user yang berlanjut ke penyelesaian transaksi.

Payment Request API

Kalau ingin mendeskripsikan apa fungsi dari Payment Request API ini, maka Payment Request API ini adalah cara browsers untuk bisa mengumpulkan data pembayaran seperti data pembeli, alamat pengiriman, dan data pembayaran di mana semua input data ini bisa dibilang membutuhkan 3 langkah. Sehingga data tersebut bisa diproses lebih lanjut di payment gateway.

Bayangkan bila semua data transaksi sudah terekam di browsers, maka pengguna tidak perlu lagi memasukkan semua data tersebut. Dengan demikian 3 langkah bisa dikurangi, dan pembeli bisa membayar hanya dengan mengkonfirmasi data saja.

Setelah mencoba bereksperimen dengan Payment Request API ini, saya berkesimpulan bahwa API ini memang bisa mengurangi hambatan user experiences(UX) yang buruk dalam proses transaksi pembayaran. UX yang buruk tentu berpotensi membuat calon pembeli tidak melanjutkan pembayaran karena bingung, kesulitan, atau tidak punya waktu.

Bahkan salah satu e-commerce startup yang sempat saya bimbing di Google Launchpad Accelerator memiliki tantangan bagaimana mengurangi tingginya angka pengguna yang memasukkan barang ke keranjang belanja tapi tidak terkonversi menjadi pembeli. Dan sebagian pengguna yang tidak terkonversi itu ternyata bila di-followup kembali, sekitar 50% akan melanjutkan pembayaran. Maka kesimpulannya setelah ditanya, sebagian besar mereka tidak berlanjut ke pembayaran karena terdistraksi. Distraksi yang mungkin bisa dihindari bila pembayaran bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Kemungkinan adopsi Payment API Request di Indonesia

Namun salah satu yang menjadi kendala implementasi Payment Request API ini di Indonesia dan sebagian besar emerging market countries tentu adalah cara pembayaran. Payment Request API hingga tulisan ini dibuat cuma mendukung 2 cara pembayaran, yaitu dengan kartu kredit/debit, dan aplikasi pembayaran seperti Paypal, Stripe, Android Pay, atau Apple Pay. Sedangkan negara-negara seperti Indonesia belum banyak menggunakan 2 media pembayaran tersebut. Sebenarnya saat ini sudah ada rancangan spesifikasi untuk pembayaran transfer antar bank, namun hingga saat ini belum ada wacana untuk implementasinya di browser.

Namun seperti kita ketahui bahwa Indonesia sedang dalam masa transisi media pembayaran. Di mana pemerintah dan masyarakat mulai mengadopsi cashless society. Beberapa contohnya adalah maraknya transportasi online, pembayaran transport seperti Transjakarta, kereta api, dan tol dengan kartu e-money. Bahkannya maraknya startups fintech yang bermunculan dalam setahun belakangan. Ini membuka peluang untuk integrasi aplikasi pembayaran online dengan Payment Request API.

Integrasi Payment Request API dengan aplikasi pembayaran online/perbankan

Intergrasi Payment Request API dengan aplikasi pembayaran sendiri memang sudah tersedia. Untuk implementasi yang banyak saya lihat dari contoh-contoh yang ada sebagian besar adalah integrasi dengan Android Pay atau Apple Pay. Di Indonesia sendiri beberapa peluang yang memungkinkan untuk integrasi ini adalah integrasi dengan Go-Pay, Kudo, Jenius, Digibank, Mandiri Online, atau aplikasi online pembayaran atau perbankan lainnya.

Integrasi ini tidaklah instant, karena diperlukan implementasi di sisi aplikasi dan juga di merchant atau web si penjual. Di sisi aplikasi diperlukan intent untuk menerima request pembayaran dari aplikasi lain, dalam hal ini yaitu dari browsers. Lalu dari sisi web penjual atau merchant memerlukan implementasi Payment Request API dan mendaftarkan aplikasi pembayaran yang ingin didukung di web tersebut.

Spesifikasi dukungan Payment Request API dengan aplikasi pembayaran ini bisa dilihat di halaman ini. Dan bisa dilihat juga contoh implementasi menggunakan Android Pay dan Apple Pay sebagai referensi kalau kalian ingin melihat bagaimana untuk menintegrasikan dengan aplikasi pembayaran yang kalian punya.

Saat tulisan ini dibuat saya belum selesai dalam bereksperimen dengan Payment Request API. Dan ingin mencoba apakah mungkin kita mengintegrasikan Payment Request API dengan aplikasi pembayaran seperti Go-Pay, Kudo, atau lainnya? Akan saya update di tulisan berikutnya bagaimana hasil dari eksperimen integrasi Payment Request API ini dengan aplikasi pembayaran online.

--

--