Penggunaan Prinsip Operant Conditioning dalam Tempat Kerja

xPersona Labs
xPersona Labs
Published in
6 min readMay 13, 2020
Photo by Ariel Besagar on Unsplash

Dalam sebuah eksperimen, seekor tikus diletakkan dalam kotak eksperimen dan diberikan makanan setiap kali tikus menekan tuas dalam kotak tersebut. Seiring berjalannya waktu, pengamatan menunjukkan bahwa tikus tersebut semakin sering menekan tuas saat diletakkan dalam kotak eksperimen. Peneliti pun menyimpulkan bahwa perilaku menekan tuas ini semakin banyak dilakukan karena tikus menerima makanan ketika ia menekan tuas.

Eksperimen dengan tikus tersebut dilakukan oleh B. F. Skinner untuk meneliti apa yang sekarang dikenal sebagai prinsip behavioral operant conditioning. Prinsip operant conditioning ini menjelaskan bahwa konsekuensi dari suatu perilaku mempengaruhi perilaku, seperti tikus yang semakin sering menekan tuas karena tikus tersebut mendapatkan makanan dengan melakukan perilaku menekan tuas. Prinsip ini memang awalnya diteliti pada hewan, namun lama-kelamaan ditemukan bahwa prinsip ini pun dapat berlaku pada perilaku manusia.

Sebenarnya ada begitu banyak prinsip behavioral yang dapat dipraktekkan dalam suatu organisasi, tapi artikel ini akan memperdalam prinsip, cara praktis, dan contoh penerapan operant conditioning di tempat kerja. Sebelum masuk ke dalam implementasi, perlu diingat kembali prinsip operant conditioning bahwa konsekuensi dari suatu perilaku dapat mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut di saat yang akan datang. Dalam prinsip operant conditioning, konsekuensi dari perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reinforcement dan punishment.

  1. Reinforcement

Reinforcement adalah konsekuensi yang meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut dilakukan lagi. Reinforcement sendiri dapat dibedakan lagi menjadi dua:

  • Positive reinforcement

Positive reinforcement adalah bentuk reinforcement yang dilakukan dengan cara memberikan sesuatu yang disukai dan berharga, misalnya pada beberapa karyawan, memberikan pujian karena menyelesaikan pekerjaan secara mandiri dapat mendorong karyawan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan secara mandiri di saat selanjutnya.

  • Negative reinforcement

Negative reinforcement juga bertujuan untuk memperkuat suatu perilaku namun dengan cara mengambil sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti mengurangi keramaian di kantor untuk meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi beban kerja atau rapat yang terlalu lama dan sering.

Macam-macam reinforcers di tempat kerja

2. Punishment

Punishment adalah konsekuensi yang menurunkan kemungkinan perilaku tersebut dilakukan lagi. Sama seperti reinforcement, bentuk konsekuensi punishment juga terbagi menjadi dua:

  • Positive punishment

Positive punishment adalah bentuk punishment dengan memberikan sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti dimarahi karena melakukan kesalahan atau diberikan surat peringatan.

  • Negative punishment

Negative punishment adalah bentuk punishment dengan mengambil sesuatu yang menyenangkan, seperti demosi atau pemecatan pada karyawan yang performanya tidak baik karena pekerjaan dan jabatan merupakan sesuatu yang umumnya diinginkan oleh karyawan.

Memilih Bentuk Konsekuensi yang Sesuai

Setelah mengetahui kedua bentuk konsekuensi tersebut, biasanya timbul pertanyaan: “Bentuk konsekuensi mana yang paling baik?” Jawabannya adalah keduanya sama-sama dapat dipraktekkan, tergantung dari perilaku yang ingin diubah dan apakah kita mau meningkatkan atau menurunkan suatu perilaku. Oleh karena itu, kita sendirilah yang perlu memilih bentuk konsekuensi yang sesuai dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti:

  1. Isu etika dalam melakukan modifikasi perilaku, terutama untuk bentuk konsekuensi punishment.
  2. Secara umum, dapat dikatakan bahwa efek punishment kurang dapat diprediksi dibandingkan reinforcement. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa:
  • Positive punishment tidak selalu menghasilkan perilaku baru yang baik, hanya menghentikan perilaku negatif secara sementara, dan dapat menimbulkan rasa takut, tekanan psikologis, ketidakpercayaan, ketidaksukaan, dan kecemasan pada karyawan.
  • Karyawan yang merasa seolah-olah mereka tidak memiliki kontrol atas pekerjaannya sehingga dapat memendam perasaannya atau terlibat dalam perilaku seperti penggelapan atau sabotase. Respons emosional dan perilaku tersebut kemudian dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan perilaku kerja secara negatif.
  • Penggunaan punishment dapat beresiko mengakibatkan penyalahgunaan punishment oleh orang yang menghukum atau membuat orang lain juga ikut mempraktekkan punishment.

Hal-hal di atas bukan untuk mengatakan bahwa punishment tidak diperlukan, namun mungkin akan diperlukan pengetahuan akan resiko dan dampak dari punishment terhadap karyawan. Punishment tetap diperlukan dalam beberapa situasi tetapi sebaiknya diimplementasikan secukupnya, dengan tepat, dan bersamaan dengan pemberian reinforcement.

Best Practices Prinsip Operant Conditioning di Tempat Kerja

Sebenarnya sudah ada banyak praktek operant conditioning di tempat kerja, namun mungkin terkadang tidak disadari bahwa praktek-praktek tersebut menggunakan prinsip operant conditioning. Disciplinary actions seperti peringatan secara verbal maupun tertulis dan pemecatan dapat dilihat sebagai bentuk punishment sedangkan untuk praktek reinforcement umumnya ada dalam program rewards and recognition dalam perusahaan.

Sejauh ini saya sendiri belum menemukan contoh best practices untuk punishment dalam organisasi. Meskipun punishment diperlukan untuk mendisiplin karyawan dan bentuk kontrol dari organisasi, umumnya disarankan untuk tidak dilakukan kecuali sangat diperlukan. Apabila memang ada perilaku karyawan yang perlu diubah, sebaiknya dilakukan dalam bentuk progressive discipline atau secara progresif memberikan tindakan pendisiplinan yang lebih keras apabila perilaku karyawan tidak membaik setelah waktu tertentu.

Wall of Happy di Google. Photo was taken from https://bucketlistrewards.com/best-places-to-work-on-earth-tips-to-reward-and-recognize-your-employees-like-google/

Untuk bentuk konsekuensi reinforcement, ada cukup banyak contoh best practices yang dapat dijadikan inspirasi dalam mengimplementasikan reinforcement. Salah satu contohnya adalah Google yang menggunakan peer to peer recognition dan juga social recognition sebagai reinforcement bagi karyawannya. Peer to peer recognition terlihat dari bagaimana karyawan dapat mengucapkan terima kasih atas kontribusi rekan kerjanya secara terbuka di suatu forum online bernama gThanks. Setelah itu ucapan terima kasih tersebut dicetak dan ditempel pada suatu papan bernama “Wall of Happy” yang dapat dilihat oleh semua orang- sebuah reinforcement berbentuk social recognition kepada karyawan tersebut.

Beberapa perusahaan lainnya pun mengimplementasikan peer to peer recognition untuk perilaku lainnya dan dengan reward yang berbeda. Misalnya Cisco dengan program untuk menominasikan rekan kerja yang merepresentasikan nilai-nilai Cisco, seperti inovasi atau kerja sama tim sehingga mereka bisa mendapatkan hadiah uang. Zappos juga melakukan hal yang serupa untuk perilaku apapun yang dianggap spesial dan memberikan reward berupa spot parkir, uang, gift card, dan jubah pahlawan.

Photo was taken from https://twentysomethinginorlando.com/castcompliment/

Masih banyak praktek reinforcement lainnya yang dapat dieksplorasi. Tidak harus selalu diberikan kepada karyawan secara individual, Google menunjukkan bahwa reinforcement dapat diberikan untuk grup atas pencapainnya, misalnya dengan memberikan perayaan atau trip untuk tim tersebut. Selain itu, Disney juga memberikan ide kreatif bahwa pemberian reinforcement dapat melibatkan orang di luar perusahaan. Dengan hashtag #CastCompliment, semua pengunjung Disney Park yang memiliki pengalaman positif dengan karyawan Disney dapat tweet pengalamannya dengan menggunakan hashtag tersebut. Setelah itu, supervisor atau tim sosial media akan retweet pujian tersebut beserta foto karyawan.

Di luar contoh-contoh yang ada, tentunya masih banyak aplikasi dari prinsip operant conditioning yang dapat membantu mengubah perilaku dalam organisasi. Prinsip-prinsip ini juga dapat menjadi dasar bagi Anda untuk mengembangkan praktek-praktek lainnya yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai isu perilaku di tempat kerja, baik untuk meningkatkan maupun menurunkan.

Saya berharap artikel ini dapat membantu untuk mengembangkan praktek-praktek lainnya yang bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan. Apabila ada contoh praktek-praktek dengan prinsip operant conditioning lainnya yang menurut Anda menarik dan efektif, silakan tuliskan di bagian komentar.

Ditulis oleh Janice Alberta | www.linkedin.com/in/janicealberta

Referensi

Ackerman, C. E. (2020, April 16). 12 examples of positive punishment & negative reinforcement. https://positivepsychology.com/positive-punishment/

Boxer, E. (2017, November 16). Google and Disney do this for happier employees. Here are 5 ways you can do it too. https://www.inc.com/elisa-boxer/google-disney-do-this-for-happier-employees-here-are-5-ways-you-can-do-it-too.html

Fagnani, S. (n.d.). Why is operant conditioning useful in the workplace. https://smallbusiness.chron.com/operant-conditioning-useful-workplace-18314.html

Kurgat, A., Chebet, W. T., & Rotich, J. K. (2015). Behaviour modification and organizational development: Revisiting the theories of learning. European Journal of Psychological Research, 2(1), 34–42.

Lemons, J. (2017, December 11). Best employee rewards and recognition programs. Reward and recognize employees like Google. https://bucketlistrewards.com/best-places-to-work-on-earth-tips-to-reward-and-recognize-your-employees-like-google/

Lonczak, H. (2019, July 10). Positive reinforcement in the workplace (90+ examples & reward ideas). https://positivepsychology.com/positive-reinforcement-workplace/

Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior modification: What it is and how to do it (10th ed.). New Jersey: Pearson.

Miltenberger, R. G. (2011). Behavior modification: Principles and procedures (5th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Cengage Learning.

SHRM Foundation (2016). SHRM Foundation’s Effective Practice Guideline Series: Creating a More Human Workplace Where Employees and Business Thrive. https://www.shrm.org/hr-today/trends-and-forecasting/special-reports-and-expert-views/Documents/Human-Workplace.pdf

Plotnik, R. (2005). Introduction to Psychology (7th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Thomson Learning.

Twenty Something in Orlando (n.d.). #CastCompliment: Thanking cast members. https://twentysomethinginorlando.com/castcompliment/

Your Dictionary (n.d.). Negative punishment examples and scenarios. https://examples.yourdictionary.com/negative-punishment-examples-and-scenarios.html

--

--