Atomic Habits oleh James Clear (Part 1)

Zchool Sharing Media
Zchool Sharing Media
13 min readJun 25, 2021

Mudah sekali memberikan taksiran berlebihan atas pentingnya suatu momen yang menentukan dan membuat taksiran nilai terlalu rendah atas upaya membuat perbaikan-perbaikan kecil yang dilakukan setiap hari. Sering kali kita meyakinkan diri bahwa kesuksesan yang masif menuntut aksi yang masif pula. Entah menurunkan berat badan, membangun bisnis, menulis buku, memenangkan kejuaraan, atau meraih sasaran lain, kita memberi diri sendiri beban untuk membuat perubahan yang akan mengguncang bumi dan menjadi bahan perbincangan semua orang.

Sementara itu, perbaikan 1% sesuatu tak selalu terasa–kadang malah tak terlihat–padahal perbaikan itu dapat jauh lebih bermakna, terutama dalam jangka panjang. Perubahan dari suatu perbaikan sangat kecil tapi berlanjut dalam waktu lama bisa sangat dahsyat. Berikut penjelasan matematikanya: jika Anda bisa menjadi 1% lebih baik setiap hari dalam setahun, akhirnya Anda akan 37 kali lebih baik pada penghujung tahun. Sebaliknya, jika Anda 1% lebih buruk setiap hari dalam setahun, Anda akan menurun hampir menjadi nol. Yang berawal dari satu kemenangan kecil atau satu kemunduran remeh dapat terakumulasi menjadi lebih besar.

Dalam kehidupan sehari-hari konsep ini mungkin sulit dianggap baik. Kita sering mengabaikan perubahan-perubahan kecil karena terkesan tidak begitu penting saat itu. Jika Anda menabung sedikit uang sekarang, Anda belum menjadi jutawan. Jika Anda pergi ke sasana kebugaran tiga hari berturut-turut, bentuk tubuh Anda belum berubah. Jika Anda belajar bahasa Mandarin selama empat jam malam ini, Anda belum berhasil menguasai bahasa itu. Kita melakukan sejumlah perubahan, tapi hasilnya tidak pernah langsung terlihat, jadi kita mudah kembali ke rutinitas semula.

Sayangnya, laju transformasi yang lambat juga memudahkan kita kita membiarkan kebiasaan buruk tetap terjadi. Jika Anda makan makanan yang tidak sehat hari ini, timbangan Anda memang tidak langsung naik banyak. Jika Anda bekerja sampai larut malam ini dan mengabaikan keluarga, mereka akan memaafkan Anda. Jika Anda menunda kewajiban dan membiarkan proyek Anda tidak dikerjakan sampai besok, biasanya masih ada waktu untuk menyelesaikannya kemudian. Suatu keputusan tunggal mudah dibatalkan.

Namun, ketika kita mengulang 1% kesalahan, hari demi hari, dengan mengulang keputusan-keputusan buruk, mengulang kesalahan-kesalahan sangat kecil, dan merasionalisasi alasan-alasan kecil, pilihan-pilihan kecil kita mengalami proses bunga majemuk sampai menjadi racun. Akumulasi banyak salah langkah inilah–1% penurunan di sini dan di sana–yang akhirnya mengantar ke masalah.

Peristiwa-peristiwa terobosan sering terjadi akibat banyak aksi sebelumnya, yang menghimpun potensi sampai cukup untuk memicu perubahan besar. Pola ini terjadi di mana-mana. Kanker menghabiskan 80% hidupnya tanpa ketahuan, dan tiba-tiba berhasil menguasai seluruh tubuh dalam hitungan bulan. Bambu hampir tak terlihat selama lima tahun pertama hidupnya karena sibuk membangun sistem akar yang kukuh di bawah tanah sebelum menjulang puluhan meter ke udara dalam rentang enam pekan.

Begitu pula, kebiasaan sering kali muncul tanpa keistimewaan sampai Anda melewati suatu ambang batas kritis dan membuka pintu ke tataran performa baru. Pada babak awal dan babak tengah suatu proyek atau usaha, sering kali ada yang disebut Lembah Kekecewaan. Anda berharap mendapatkan kemajuan dengan cara linear jadi Anda bisa frustasi ketika melihat perubahan terkesan tidak efektif dalam hari-hari pertama, minggu-minggu pertama, atau bahkan bulan-bulan pertama. Rasanya seolah Anda jalan di tempat. Itu ciri suatu proses yang menghimpun banyak hal: hasil maksimalnya terpaksa tertunda.

Berikut salah satu alasan pokok mengapa sulit sekali membangun kebiasaan yang awet. Orang membuat beberapa perubahan kecil, tapi tidak dapat melihat hasil nyata, jadi ia memutuskan berhenti. Menurut Anda, “Aku sudah lari pagi setiap hari selama sebulan, tapi kenapa aku tidak melihat perubahan apa pun pada tubuhku?” Begitu pikiran seperti ini berkuasa, langkah berikutnya adalah menghentikan kebiasaan baik yang sudah dimulai. Namun, agar mendapatkan perubahan yang bermakna, kebiasaan perlu dipertahankan cukup lama untuk bisa membuat terobosan ke tataran yang saya sebut Dataran Potensi Laten.

Bila Anda merasa harus susah payah membangun kebiasaan-kebiasaan baik atau menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk, itu bukan karena Anda tidak memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik. Sering kali itu karena Anda belum melewati Dataran Potensi Laten. Mengeluhkan kesuksesan yang tak kunjung tercapai meski sudah bekerja kerasa sama seperti mengeluhkan balok es yang tidak meleleh meskipun Anda memanaskannya ari suhu minus 3,5 sampai minus 0,5 derajat. Usaha Anda tidak sia-sia; hanya tersimpan. Semua aksi terjadi pada suhu nol derajat.

Ketika akhirnya Anda tembus ke Dataran Potensi Laten, orang menyebutnya kesuksesan mendadak. Dunia luar hanya melihat bagian peristiwa yang dramatis, tidak melihat yang terjadi sebelumnya. Namun, Anda tahu itu hasil kerja Anda sejak lama sekali–ketika kelihatannya Anda tidak mengalami kemajuan apa pun–padahal itulah yang memungkinkan “lompatan” pada hari ini.

Lupakan Sasaran, Berfokuslah Pada Sistem

Kearifan yang masih berlaku sampai sekarang mengatakan bahwa cara terbaik untuk meraih apa yang kita inginkan dalam hidup — entah memiliki tubuh yang lebih bagus, membangun bisnis yang sukses, hidup lebih tenteram dan tidak terlalu cemas, meluangkan waktu lebih banyak bersama teman dan keluarga — adalah menetapkan sasaran-sasaran spesifik dan dapat dilaksanakan.

Untuk waktu yang lama, ini pula pendekatan yang saya pakai terkait dengan kebiasaan. Selalu ada sasaran yang harus diraih. Saya menetapkan sasaran-sasaran untuk nilai-nilai yang harus saya dapatkan di sekolah, untuk bobot yang ingin saya hilangkan melalui olahraga, untuk laba yang saya inginkan dalam bisnis. Saya berhasil pada beberapa, tapi gagal pada sebagian besar yang lain. Akhirnya, saya mulai sadar bahwa hasil-hasil saya hampir tidak berkaitan dengan sasaran-sasaran yang saya tetapkan dan hampir semuanya berkaitan dengan sistem yang saya jalani.

Apa perbedaan antara sistem dan sasaran? Ini perbedaan yang pertama kali saya ketahui dari Scott Adams, kartunis di balik komik Dilbert. Sasaran bicara tentang hasil yang ingin kita raih. Sistem adalah proses yang mengantar ke hasil-hasil itu.

  • Bila Anda seorang pelatih, sasaran Anda mungkin memenangkan kejuaraan. Sistem Anda terdiri atas merekrut pemain, mengatur asisten pelatih, dan menyelenggarakan latihan pelatih.
  • Bila Anda seorang pengusaha, sasaran Anda mungkin membangun perusahaan bernilai sejuta dolar. Sistem Anda adalah bagaimana menguji gagasan-gagasan tentang produk, merekrut karyawan, dan menjalankan iklan pemasaran.
  • Bila Anda seorang pemusik, sasaran Anda mungkin memainkan gubahan baru. Sistem Anda adalah seberapa sering Anda berlatih, bagaimana Anda memecahkan serta mengatasi kesulitan, dan metode Anda adalah menerima umpan balik dari instruktur.

Sasaran dalam olahraga apa pun adalah menyelesaikannya dengan skor terbaik, tapi pasti sangatlah konyol kalau selama pertandingan tim menghabiskan waktu untuk melihat papan nilai. Cara satu-satunya untuk benar-benar menang adalah menjadi lebih baik setiap hari. Seperti ungkapan juara Super Bowl tiga kali Bill Walsh, “Nilai akan datang dengan sendirinya.” Ini berlaku pula untuk bidang-bidang kehidupan lain. Bila Anda menginginkan hasil-hasil yang lebih baik, lupakan sasaran Anda. Sebagai ganti, berfokuslah pada sistem Anda.

Apa yang saya maksud? Apakah sasaran sama sekali tidak berguna? Tentu saja tidak. Sasaran itu baik untuk menetapkan arah, tapi sistem adalah yang terbaik untuk mendapatkan kemajuan. Sejumlah masalah timbul ketika Anda menghabiskan terlalu banyak waktu memikirkan sasaran dan tidak menyediakan waktu yang cukup untuk merancang sistem.

Masalah 1: Pemenang dan pecundang memiliki sasaran yang sama

Yang berfokus pada penetapan sasaran cenderung mengalami kasus survivorship bias yang serius. Kita berkonsentrasi pada orang-orang yang akhirnya menang — orang yang selamat — dan secara keliru mengandaikan bahwa sasaran-sasaran ambisius telah mengantar mereka ke kesuksesan; mengabaikan semua orang yang memiliki tujuan sama tapi tidak berhasil meraih sasaran.

Setiap peserta Olimpiade menginginkan medali emas. Setiap calon karyawan ingin mendapatkan pekerjaan. Dan kalau orang sukses dan orang gagal memiliki sasaran yang sama, berarti sasaran bukan pembeda antara pemenang dan pecundang. Bukan sasaran memenangkan Tour de France yang mendorong atlet balap sepeda Inggris menjadi terunggul dalam olahraga ini. Berdasarkan nalar, setiap tahun mereka ingin memenangkan perlombaan itu — sama seperti setiap tim profesional lain. Sasaran itu selalu sudah ada. Baru ketika menerapkan ssitem dengan perbaikan-perbaikan kecil secara terus meneruslah mereka meraih hasil yang istimewa.

Masalah 2: Meraih sasaran hanya perubahan Sesaat.

Bayangkan ada ruangan yang berantakan dan sasaran Anda adalah merapikannya. Bila mendapat tenaga untuk merapikannya, Anda akan memiliki ruangan yang bersih — untuk saat ini. Akan tetapi, jika mempertahankan kebiasaan malas dan jorok yang telah menjadikan kamar Anda berantakan, dalam waktu tidak lama Anda akan melihat setumpuk sampah baru dan berharap mendapatkan semburan motivasi lagi untuk merapikan ruangan Anda. Anda akan terus mengejar hasil yang sama karena tidak pernah mengubah sistem di baliknya. Anda mengobati gejala tanpa mengatasi sumber penyebabnya.

Meraih sasaran hanya mengubah hidup Anda untuk sesaat. Itu kontraintuitif dengan perbaikan. Kita mengira yang perlu diubah adalah hasil, padahal masalah tidak terletak pada hasil. Yang sungguh perlu kita ubah dalah sistem-sistem yang menyebabkan hasil-hasil tersebut. Ketika memecahkan masalah di tingkat hasil, Anda hanya memecahkan masalah untuk sementara. Agar dapat menjadi lebih baik, Anda perlu memecahkan masalah di tingkat sistem. Benahi masukan maka keluaran akan mejadi benar dengan sendirinya.

Masalah 3: Sasaran membatasi kebahagiaan Anda.

Pengandaian tersirat di balik setiap sasaran adalah sebagai berikut: “Begitu aku meraih sasaranku, aku akan bahagia.” Masalah dalam mentalitas yang mendahulukan sasaran adalah Anda terus menjauhkan diri dari kebahagiaan sampai Anda beralih ke tonggak sasaran berikutnya. Saya berkali-kali dan tak terhitung banyaknya terperosok dalam jebakan ini. Selama bertahun-tahun, kebahagiaan selalu menjadi sesuatu yang ingin saya nikmati di masa mendatang. Saya berjanji pada diri sendiri bahwa begitu massa oto saya naik sepuluh kilogram atau setelah bisnis saya diulas di New York Times, saya baru akan beristirahat sejenak.

Lebih lanjut, sasaran menciptakan konflik “entah ini atau itu”: entah Anda meraih sasaran dan sukses atau Anda gagal dan merasa kecewa. Anda secara mental memasang kotak untuk mengurung diri dalam versi kebahagiaan yagn sempit. Ini menyesatkan. Mustahil jalan Anda sesungguhnya dalam hidup akan tepat sesuai dengan apa yang ada di benak Anda ketika menetapkan suatu sasaran. Membatasi kepuasan Anda berdasarkan satu skenario tidaklah masuk akal ketika ada banyak jalan lain yang dapat di tempuh untuk meraih kesuksesan.

Mentalitas mendahulukan sistem menyediakan antidot untuk ini. Ketika Anda jatuh cinta pada proses, bukan pada produk, Anda tidak harus menunggu ketika ingin memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk bahagia. Anda dapat merasa puas kapan pun ketika sistem Anda berjalan. Dan sistem dapat menjadi sukses dalam banyak bentuk beragam, tidak hanya yang pertama kali Anda bayangkan.

Masalah 4: Sasaran tidak bersesuaian dengan kemauan jangka panjang.

Akhirnya, pola pikir berorientasi sasaran dapat menciptakan efek “yoyo”. banyak atlet lari berlatih keras selama berbulan-bulan, tapi begitu berhasil melintasi garis finish, mereka berhenti berlatih. Lomba itu tak lagi menjadi motivasi mereka. Ketika semua kerja keras Anda difokuskan pada sasaran tertentu, apa yang tersisa untuk mendorong maju Anda setelah sasaran itu tercapai? Itulah sebabnya banyak orang kembali ke kebiasaan-kebiasaan lama setelah suatu sasaran tercapai.

Tujuan menetapkan sasaran adalah memenangkan pertandingan. Tujuan membangun sistem adalah terus berprestasi dalam olahraga yang sama. Pemikiran jangka panjang yang sejati adalah berpikir dengan sedikit sasaran. Orang tidak bicara tentang kesuksesan tunggal. Orang bicara tentang siklus perbaikan yang tiada akhir dan terus-menerus. Akhirnya, komitmen Anda terhadap proseslah yang akan menentukan kemajuan Anda.

TIGA LAPISAN PERUBAHAN PERILAKU

Kesalahan pertama kita adalah berusaha mengubah sesuatu tapi salah sasaran. Untuk memahami apa yang saya maksudkan, pertimbangkan ada tiga lapisan tempat perubahan dapat terjadi. Anda bisa membayangkannya seperti lapisan-lapisan dalam sebutir bawang.

Lapisan pertama mengubah hasil Anda. Lapisan ini terkait dengan mengubah hasil: menurunkan berat badan, menerbitkan buku, memenangkan kejuaraan. Kebanyakan sasaran yang Anda tetapkan berhubungan dengan lapisan perubahan ini.

Lapisan kedua adalah mengubah proses Anda. Lapisan ini terkait dengan mengubah kebiasaan dan sistem: menerapkan rutinitas baru di tempat olahraga, merapikan meja kerja supaya aliran kerja lebih baik, mengembangkan latihan meditas. Kebanyakan kebiasaan yang Anda bangun terkait dengan lapisan ini.

Lapisan ketiga dan paling dalam adalah mengubah identitas Anda. Lapisan ini terkait dengan mengubah keyakinan: pandangan Anda tentang dunia, citra diri Anda, penilaian Anda terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebagian besar keyakinan asumsi, dan kecenderungan yang Anda pegang terkait dengan lapisan ini.

Hasil adalah hal-hal yang Anda dapatkan. Proses terkait dengan apa yang Anda lakukan. Identitas terkait dengan apa yang Anda yakini. Dalam hal membangun kebiasaan-kebiasaan yang tahan lama — membangun sistem perbaikan 1% — masalahnya bukan bahwa lapisan satu “lebih baik” atau “lebih buruk” daripada lapisan lain. Semua tingkat perubahan berguna dengan caranya sendiri-sendiri. Masalahnya ada pada arah perubahan.

Banyak orang memulai proses pengubahan kebiasaan dengan berfokus pada apa yang ingin mereka raih. Ini mengantar kita ke kebiasaan berbasis hasil. Alternatifnya adalah membangun kebiasaan berbasis identitas. Dengan pendekatan ini, kita mulai dengan berfokus pada kita ingin menjadi sosok seperti apa.

KEBIASAAN BERBASIS HASIL

Bayangkan dua orang sedang berusaha berhenti merokok. Ketika ditawari merokok, orang pertama menjawab, “Tidak, terima kasih. Saya sudah berhenti.” Kedengarannya seperti jawaban yang masuk akal, padahal orang ini masih percaya bahwa dia adalah perokok yang sedang berusaha melakukan hal lain. Dia berharap perilakunya berubah sembari membawa keakinan yang sama.

Orang kedua menolak dengan berkata, “Tidak, terima kasih. Saya bukan perokok.” Itu perbedaan kecil, tapi pernyataan ini mengisyaratkan perubahan identitas. Merokok adalah bagian dalam kehidupan lama, bukan kehidupan saat ini. Dia tak lagi mengidentifikasi diri sebagai orang yang merokok.

Kebanyakan orang bahkan tidak mempertimbangkan perubahan identitas ketika mereka menetapkan ingin memperbaiki diri. Merkeka hanya berpikir, “Aku ingin menjadi langsing (hasil) dan kalau bertahan pada diet ini, aku akan menjadi langsing (proses).” Mereka menetapkan sasaran dan menentukan aksi-aksi yang harus mereka mabil untuk meraih sasaran itu tanpa mempertimbangkan keyakinan-keyakinan yang mendorong aksi-aksi itu. Merkea tidak pernah mengubah cara pandang pada diri sendiri, dan mereka tidak sadar bahwa identitas lama mereka dapat menyabot rencana baru mereka untuk berubah.

Perilaku yang tidak bersesuaian dengan diri tidak akan tahan lama. Anda mungkin ingin menjadi lebih kaya, tapi identitas Anda menunjukukkan orang yang konsumtif, bukan produsen, jadi Anda cenderung berbelanja daripada mendapatkan uang. Anda mungkin ingin menjadi lebih sehat, tapi Anda terus mendahulukan kenyamanan daripada kesuksesan, jadi Anda cenderung bermalas-malasan daripada berolahraga. Mengubah kebiasaan itu sulit jika Anda tidak pernah mengubah keyakinan mendasar yang mengantar ke perilaku lama. Anda mempunyai sasaran baru dan rencana baru, tapi anda tidak mengubah siapa Anda.

PENGETAHUAN TENTANG CARA KERJA KEBIASAAN

Proses membangun kebiasaan dapat dibagi menjadi empat langkah sederhana: mendapatkan petunjuk (cue), menumbuhkan gairah (craving), menanggapi (response), dan menikmati hasil (reward). menguraikan sesuatu ke dalam komponen-komponen mendasar ini dapat memudahkan kita memahami apa kebiasaan itu, bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana meningkatkannya.

Pola empat langkah ini merupakan tulang punggung setiap kebiasaan, dan otak Anda melewati langkah-langkah ini dengan urutan yang sama setiap waktu.

Pertama, ada petunjuk. Petunjuk itu memicu otak untuk memulai perilaku. Inilah informasi kecil yang meramalkan imbalan. Nenek moyang prasejarah kita memberi perhatian pada petunjuk-petunjuk yang mengisyaratkan lokasi imbalan pokok seperti makanan, air, dan seks. Sekarang, kita menghabiskan sebagian besar waktu untuk mencair petunjuk-petunjuk yang meramalkan ganjaran sekunder, seperti uang dan kemasyhuran, kekuasaan dan status, pujian dan persetujuan, cinta dan persahabatan, atau perasaan tentang kepuasan pribadi.

Pikiran Anda terus menganalisis situasi Anda, baik internal maupun eksternal, untuk mendapatkan petunjuk tentang letak suatu ganjaran. Karena petunjuk itu merupakan indikator pertama yang dekat dengan ganjaran, wajar kalau hal itu membangkitkan gairah.

Gairah adalah tahap kedua, dan gairah atau nafsu menjadi kekuatan penggerak di balik setiap kebiasaan. Tanpa motivasi atau nafsu di tingkat tertentu — tanpa gairah untuk berubah — kita tidak memiliki alasan untuk beraksi. Yang Anda gairahkan bukan kebiasaan itu sendiri, melainkan perubahan situasi yang diberikannya. Anda tidak ingin merokok karena rokok itu; Anda ingin sekali mendapatkan rasa lega yang diberikannya. Anda bukan termotivasi oleh aksi menggosok gigi, melainkan oleh rasa nyaman ketika mulut Anda bersih. Anda bukan bergairah untuk menyalakan televisi, Anda mendambakan hiburan. Setiap gairah terkait dengan hasrat untuk mengubah situasi internal Anda. Ini poin penting yang akan kita bahas lebih lanjut.

Langkah ketiga adalah menanggapi. Tanggapan adalah kebiasaan sesungguhnya yang Anda lakukan, yang dapat terwujud pikiran atau aksi. Suatu tanggapan terjadi atau tak terjadi itu bergantung papda seberapa besar motivasi Anda dan seberapa besar kaitannya dengan perilaku. Jika suatu aksi memerlukan upaya fisik atau mental yang lebih besar daripada yang dapat Anda kerahkan, Anda tidak akan melakukannya. Tanggapan Anda juga bergantung pada kemampuan Anda. Kedengarannya sederhana, padahal kebiasan dapat terjadi hanya jika Anda mampu melakukannya. Kalau ingin memasukkan bola basket tapi tidak mampu melompat cukup tinggi untuk meraih keranjang, berarti Anda tidak beruntung.

Akhirnya, tanggapan menghasilkan imbalan. Ganjaran adalah sasaran akhir setiap kebiasaan. Petunjuk terkait dengan melihat imbalan. Gairah berkaitan dengan hasrat terhadap ganjaran. Tanggapan terkait dengan mendapatkan ganjaran. Kita mencari ganjaran karena ada dua hal yang dapat dipenuhi: (1) ganjaran membuat kita puas dan (2) ganjaran mengajarkan sesuatu kepada kita.

Tujuan pertama ganjaran adalah memuaskan gairah Anda. Betul, ganjaran memberikan manfaatnya sendiri. Makanan dan air mengantarkan energi yang Anda perlukan untuk bertahan hidup. Kenaikan jabatan menjadikan uang Anda lebih banyak dan Anda lebih dihormati. Tubuh lebih tegap meningkatkan kesehatan Anda dan membuat lawan jenis lebih tertarik. Namun, makin langsung manfaat yang didapatkan dari suatu ganjaran, makin bergairahlah Anda dalam mencari makanan, meraih status, atau membujuk seseorang. Setidaknya untuk sesaat, ganjaran mendatangkan kepuasan dan kelegaan dari gairah.

Kedua, ganjaran mengajarkan kepada kita aksi-aksi mana yang patut diingat untuk masa mendatang. Otak Anda bertindak sebagai detektor ganjaran. Ketika Anda menjalani hidup, sistem saraf sensoris Anda terus memantau aksi-aksi mana yang memuaskan hasrat Anda dan memberikan kenikmatan. Perasaan nikmat dan kecewa adalah bagian dalam mekanisme umpan balik yang membantu otak membedakan aksi-aksi berguna dari aksi-aksi tak berguna. Ganjaran menutup lingkaran umpan balik dan menuntaskan lingkaran kebiasaan.

Bila suatu perilaku tidak memadai dalam bagian mana pun dari empat babak ini, perilaku itu tidak akan menjadi kebiasaan. Hilangkan petunjuk maka kebiasaan Anda tidak akan pernah dimulai. Hilangkan gairah maka Anda tidak akan mengalami motivasi yang cukup untuk bertindak. Buat perilaku menjadi sulit maka Anda tidak akan mampu melakukannya. Dan bila ganjaran gagal memuaskan hasrat, Anda tidak akan mempunyai alasan untuk melakukannya lagi pada masa mendatang. Tanpa tiga langkah pertama, perliaku tidak akan terjadi. Kalau tidak keempatnya, perilaku tidak akan berulang.

Untuk ringkasnya, petunjuk memicu gairah, yang memotivasi tanggapan, yang mengantar ke ganjaran, yang memuaskan gairah dan, akhirnya terkait lagi dengan petunjuk. Bersama-sama, keempat langkah ini membentuk lingkaran umpan balik neurologis — petunjuk, gairah, tanggapan, ganjaran; petunjuk, gairah, tanggapan, ganjaran — yang akhirnya memungkinkan Anda menciptakan kebiasaan yang otomatis. Siklus ini dikenal dengan lingkaran kebiasaan.

Kita bisa membagi empat tahap ini menjadi dua fase: fase masalah dan fase solusi. Fase masalah terdiri atas petunjuk dan gairah, dan ini terjadi ketika Anda sadar ada sesuatu yang perlu berubah. Fase solusi terdiri atas tanggapan dan ganjaran, yaitu ketika Anda beraksi dan meraih perubahan yang Anda dambakan.

Contoh:

EMPAT KAIDAH PERUBAHAN PERILAKU

--

--