Sharing Materi Penulisan Skenario

Zchool Sharing Media
Zchool Sharing Media
8 min readJan 9, 2021

Dalam membuat skenario, hal pertama yang harus kita buat adalah premis. Premis bisa dikatakan inti dari cerita atau gagasan utamanya. Intinya premis merupakan pokok bahasan apa yang ingin kita sampaikan dalam film. Premis memiliki tiga elemen yakni karakter, tujuan, dan halangan. Atau bisa juga karakter, atribut, dan tujuan. Syarat sebuah tujuan antara lain harus relatable, urgent (punya alasan kuat kenapa tujuan harus tercapai dan biasanya memiliki batas waktu), dan risky (kalau tujuan tidak tercapai akan ada risiko). Sumber halangan biasanya dari dalam diri karakter, dari karakter lain, atau dari keadaan sekitar karakter.

Untuk memainkan cerita dari premis kita, tentu kita butuh yang namanya karakter. Ada beberapa jenis karakter antara lain protagonis, antagonis, love interest (karakter yang menjadi perhatian protagonis. Bisa mendukung atau menghambat protagonis), sidekick (setia mendukung protagonis dalam keadaan apapun), mentor (penolong atau sosok guru bagi sang protagonis. Ia memastikan protagonis berada di jalan yang tepat). Serta ada satu lagi jenis karakter yang disebut anti-hero, yakni protagonis utama dalam film yang tidak memiliki “karakteristik pahlawan” pada umumnya. Biasanya digambarkan sebagai karakter yang eksentrik, oportunis, egois, dsb.

Karakter yang ideal adalah karakter yang seimbang antara keunikan dan kerealistisannya. Ada beberapa elemen penting untuk membentuk karakter antara lain Spine (Keinginan hidup karakter yang besar, penting, dan harus diraih), Wants (Keinginan karakter di dalam cerita film), Appearance (Apa yang dikenakan oleh karakter), Relationship (Bagaimana karakter memandang karakter lainnya), Actions (Yang dilakukan karakter untuk mencapai keinginan atau Wants), dan Obstacles (Rintangan yang dihadapi untuk mencapai keinginan).

Dalam meramu karakter multidimensional, ada berbagai aspek dalam diri karakter yang penting untuk diperhatikan:

- Kebutuhan dramatik. Merupakan pendorong karakter sekaligus penggerak alur cerita. Kebutuhan dramatik merupakan tujuan, misi, dan motivasi dalam diri karakter.

- Sikap. Merupakan cara dan gaya karakter. Sikap juga bisa dipahami sebagai keputusan intelektual, yang oleh karena itu bisa kita nilai baik/buruk, pintar/bodoh, liberal/konservatif, dsb.

- Point of view. Merupakan cara karakter dalam memandang kehidupan/sistem kepercayaan yang dianut oleh karakter. Ini juga termasuk pemikiran, perasaan, emosi, dan ingatan yang memengaruhi karakter.

- Transformasi. Merupakan bagian yang esensial dalam kebudayaan dan kemanusiaan. Begitu pula dengan karakter yang mengalami transformasi/perubahan dari awal dan akhir cerita.

Sementara untuk aspek dari luar diri karakter, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

- Kehidupan professional. Apa yang dilakukan karakter untuk bertahan hidup? Bagaimana ia memandang pekerjaannya? Apakah ia kompeten dalam pekerjaannya.

- Kehidupan personal. Apakah karakternya lajang, menikah, atau bercerai? Siapa pasangannya dan sudah berapa lama? Bagaimana ia memandang pernikahan dan orang terdekatnya?

- Kehidupan privat. Apa yang dilakukan karakter ketika sendirian? Apa hobinya di waktu senggang? Apa rahasia yang ia sembunyikan?

Sedangkan secara 3 dimensi, yang perlu diperhatikan dalam sebuah karakter adalah:

- Fisiologis (Karakteristik fisik: jenis kelamin, ras, usia, berat badan, tinggi badan)

- Sosiologis (Kehidupan sosial karakter: status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, kelas ekonomi, dan daerah tempat tinggal)

- Psikologis (Kepribadian karakter: bakat dan minat, prinsip hidup, introvert/ekstrover, orientasi seksual, memiliki fobia)

Seorang karakter tentu memiliki fase kehidupan yang perlu kita pikirkan juga. Ada tiga fase hidup seorang karakter dalam sebuah film yakni:

- Fase 1 (Ketika karakter lahir). Dalam fase ini setidaknya kita harus tahu kapan si karakter lahir, usia ketika cerita dimulai, jenis kelamin, suku & etnis, sosial & ekonomi, dll.

- Fase 2 (Fase ketika karakter menjalani kehidupan dari lahir sampai sebelum film dimulai). Kita harus tahu tentang pertemanannya, pendidikannya, tragedi dalam hidupnya, hingga hubungan percintaannya.

- Fase 3 (Fase ketika film dimulai sampai ketika karakter menjadi sebuah karakter yang kompleks)

Berhubungan dengan premis, seorang karakter tentu punya wants dan needs yang berpengaruh pada bergeraknya cerita. Wants merupakan perjalanan karakter mencapai tujuan (Apa yang karakter mau dan menjadi penggerak cerita). Needs merupakan kebutuhan karakter yang sangat mendalam (Karena ada kebutuhan lahirlah keinginan). Ketika wants si karakter tidak tercapai, terkadang penonton dapat menerima sebuah ending jika itu tetap bisa memenuhi needs dari si karakter. Sebuah karakter juga dapat dibunuh dengan beberapa alasan yakni mendorong cerita maju, memotivasi karakter utama, dan menuntaskan tujuan.

Ada beberapa tahapan dalam menulis skenario yakni dimulai dari premis, kemudian sinopsis (menjabarkan premis menjadi beberapa kalimat atau menggambarkan alur cerita secara garis besar), lalu treatment (bisa dibilang skenario tanpa dialog), dan diakhiri oleh skenario atau naskah. Dalam membuat sinopsis yang menuntun kita pada skenario, kita dapat mengikuti kaidah struktur tiga babak.

Tapi sebelumnya, ada lima point utama dalam menulis skenario antara lain:

- Point of attack (Titik pertama saat karakter utama mendapatkan rintangan atau kejadian yang mengubah rutinitasnya).

- Plotpoint I (Langkah awal yang diambil karakter utama secara mudah untuk mengatasi rintangan, biasanya langkah ini akan gagal).

- Mid-Point (Kemenangan palsu, karakter utama merasa berhasil menyelesaikan masalah namun ternyata ada rintangan lain yang jauh lebih berat).

- Plotpoint II (Keadaan semakin rumit, karakter utama menyelesaikan dengan cara lain. Langkah yang diambil biasanya kebalikan dari ending).

- Twis & ending (Tidak semua film harus memiliki twist untuk mengejutkan penonton di akhir film karena tergantung kebutuhan film).

Sebenarnya drama tiga babak tidak sepenuhnya dibagi menjadi tiga. Babak kedua biasanya dibagi menjadi dua sehingga ada babak kedua bagian satu dan babak kedua bagian dua. Dari empat babak tersebut kemudian dibagi lagi menjadi dua sequence tiap babaknya sehingga total ada delapan sequence.

Berikut merupakan penjelasan dari tiap sequence :

- Sequence 1: Pengenalan karakter, ditutup dengan kejadian pemicu.

- Sequence 2: Keragu-raguan apakah tujuan akan dikejar, ditutup dengan keputusan.

- Sequence 3: Petualangan dimulai.

- Sequence 4: False victory.

- Sequence 5: Bigger problem

- Sequence 6: Rock bottom (Kekalahan)

- Sequence 7: Revival (Kasih plan di sequence sebelumnya yang dapat berpengaruh ke revival), ditutup final battle

- Sequence 8: Conclusion

Ada beberapa jenis konflik yang dapat kita pilih sebagai bagian dari cerita:

- Manusia vs masyarakat: menampilkan karakter yang merasa diberikan beban atau tuntutan dari masyarakat yang ia tak pahami.

- Manusia vs manusia: konflik ini menampilkan representasi hero vs villain, baik vs buruk, dll.

- Manusia vs supranatural: konflik yang belum bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan dan nalar logika, dapat dikategorikan sebagai kekuatan supranatural.

- Manusia vs dirinya: tema ini mengeksplorasi kondisi psikologis seseorang dan bagaimana itu mentrigger konflik utama film.

- Manusia vs alam: fenomena alam dapat menjadi ancaman bagi eksistensi manusia.

Untuk meningkatkan ketegangan cerita, bisa dengan:

- Mengalangi protagonis dalam mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah.

- Perburuk situasi.

- Buat konflik antar karakter.

- Tingkatkan pertaruhan jika protagonis gagal mencapai tujuan.

Ada 3 jenis sinopsis yang dapat dibuat yakni:

- Sinopsis pendek: Perkenalan karakter sampai terjadi sesuatu

- Sinopsis panjang: Gabungan dari semua inti sequence

- Sinopsis mini: Premis yang dijabarkan lebih lanjut

Setelah punya sinopsis atau sebelum menginjak ke treatment, kita perlu membedah sinopsis menjadi scene plot, yakni membuat adegan dalam bentuk pointer di tiap sequence.

Selain drama tiga babak, ada lagi struktur cerita yang disebut Hero’s Journey yang biasa dipakai di film-film superhero. Tahapannya adalah Start -> Call to Adventure -> Meeting A Mentor, Crossing Threshold, Help / Trials + Failure -> Growth New Skills -> Death + Rebirth -> Revaliation -> Finally Changes -> Atonement -> Gets Gift -> Return Changed -> End. Penjelasan lebih lengkap mengenai Hero’s Journey bisa dibaca di studioantelope.com/heros-journey

Ragam bentuk cerita berdasarkan pendapat Kurt Vonnegut:

· Boys Meets Girl. Karakter utama menemukan dan jatuh cinta dengan sesuatu / seseorang, lalu berusaha mendapatkannya. Namun pada satu titik kehilangan dan harus berjuang untuk mendapatkannya lagi.

· Man in Hole. Karakter utama jatuh ke dalam lubang derita yang tak pernah ia alami seumur hidupnya. Ia harus berjuang keras keluar dari lubang itu untuk mengembalikan hidupnya seperti semula.

· Cinderella Story. Karakter utama yang hidupnya malang, pelan-pelan nasibnya membaik. Namun karena seseorang yang jahat, kebahagiaannya diambil. Beruntung kebaikannya menolongnya bangkit kembali.

Jenis-jenis ending cerita antara lain:

· The Circle Ending — Akhir cerita yang mengingatkan kita pada situasi di awal cerita.

· The Cliffhanger Ending — Akhir cerita dibuat menggantung agar penonton penasaran.

· The Emotional Ending — Penonton larut pada akhir cerita yang sangat emosional.

· The Twist Ending — Memanfaatkan plot twist yang tidak terduga di bagian akhir cerita.

· The Moral Ending — Yang jahat menerima hukuman, yang baik menerima imbalan.

· The Humor Ending — Cerita ditutup dengan situasi yang lucu dan ringan.

Biasanya standar yang sering digunakan adalah 1 halaman naskah = 1 menit adegan film. Pada kenyataannya standar ini tidak baku karena ada beberapa film yang tidak sama perbandingan durasi dan jumlah halaman naskahnya. Seperti film Jaws dengan 113 halaman naskah dan total durasi 124 menit, The Artist 42 halaman 100 menit durasi film, Charlie and the Chocolate Factory 128 halaman 115 menit durasi film, dan Lord of The Ring 1 dengan 173 halaman 178 menit durasi film.

Ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan dalam menulis skenario, antara lain Celtx, Final Draft, Studio Binder, Writer Duet, Highland, dan Fade In.

Bagaimana dengan film pendek? Struktur dasar dari film pendek adalah:

1. Setup. Di tahap ini protagonis harus diperkenalkan dengan segera. Tahap ini merupakan kesempatan untuk membuat penonton mengidentifikasi karakter utama. Setelah memperkenalkan karakter utama, tujuannya juga harus diperkenalkan di tahap ini.

2. Point of Attack. Di tahap ini penonton sudah tahu apa tujuan si karakter utama dan masalah mulai muncul. Masalah ini memperlihatkan karakter asli dari tokoh utama. Bagaimana karakter merespon masalah menjadi cukup krusial di tahap ini.

3. Catalyst. Masalah utama yang dihadapi oleh si karakter utama diperkenalkan di tahap ini. Setelah masalah di titik point of attack mulai mereda, masukkan masalah utama di sini. Buat tokoh utama kian menderita dan memaksanya untuk keluar dari zona nyaman sehingga harus cepat-cepat berbuat sesuatu agar masalahnya bisa selesai.

4. Progress. Di titik sebelumnya tokoh utamamu telah keluar dari zona nyaman. Lalu apa hal konkret yang ia lakukan sebagai konsekuensi dari hal itu ? Di sinilah dapat diungkapkan aksi-aksinya. Biasanya aksi-aksi yang tokoh utama lakukan justru membuatnya kian susah. Seiring cerita berjalan, pastikan rencananya tak berjalan lancar.

5. Point of No Return. Di sini si karakter utama punya kesempatan untuk kembali ke hidupnya yang normal seperti sediakala. Akan tetapi karena satu dan lain hal yang seringkali berasal dari ambisi pribadinya untuk mencapai tujuannya, ia memilih untuk tidak kembali ke kehidupan yang normal tadi.

6. Complications. Sekarang tokoh utama melanjutkan perjalanannya. Namun tentu kini situasinya semakin pelik dan sulit. Pertaruhan hidupnya pun semakin besar atas pilihannya. Cobaan-cobaan lain menghalanginya dan membawanya ke titik terendah dalam film ini. Di titik ini, ia hampir menyerah.

7. Final Push (Climax). Akan tetapi bukan pahlawan namanya kalau ia menyerah begitu saja. Di sinilah waktunya karakter utama bangkit dari keterpurukan dan melakukan sesuatu. Adegan di bagian ini sering disebut sebagai klimaks dalam film. Klimaks karena inilah pertarungan pamungkas karakter utama.

8. After the Storm. Akhirnya, semua perjuangan karakter utama membuahkan hasil. Kini ia bisa menikmati jerih payahnya sejauh ini. Hidupnya tentu sudah berubah banyak dari titik awal ketika cerita dimulai. Tak hanya itu, kepribadiannya pun sudah berubah dari awal film. Di sini ia telah mempelajari sesuatu tentang arti hidup dari perjalanan yang baru saja ia lalui.

Untuk format skenario bisa kalian pelajari di video Raditya Dika berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=3zt9LBD45Ok&list=PL56v-enF4eGz8od0vh8ohjyEnBZncTglM&index=5&t=0s

Perbedaan Story By, Screenplay By, dan Written By:

· Story By — Seseorang yang memiliki dasar ide cerita film hingga storyline. Tetapi, tidak menulis naskah secara lengkap.

· Screenplay By — Seorang penulis yang mengembangkan ide cerita dari berbagai sumber menjadi naskah film yang utuh.

· Written By — Seseorang yang menulis naskah film secara keseluruhan dari segi ide cerita, karakter, alur, dan gambaran visualisasi.

Itulah sedikit wawasan tentang materi penulisan skenario film. Kalau kalian ingin membaca atau mendapatkan informasi-informasi menarik lainnya seputar film, baca blog Zinema di medium.com/zinema-id atau bisa juga cek instagramnya di akun zinema_id

Referensi: Kelas Skenario Ernest Prakasa, Studio Antelope

--

--