Arif BudiantoJembatanDulu, aku sering lewat jembatan ini. Tiap kali harus mengantarmu pulang ke rumah. Sakit memang, jika harus lewat dan mengingat.Jan 12, 2016Jan 12, 2016
Arif BudiantoMemuja SepiKarena ramai kota adalah bising tak kenal henti. Maka kudatangi hutan untuk memuja sepi. Kukerat batang kayu itu. Biar bisa kutulis namamu…Dec 11, 2015Dec 11, 2015
Arif BudiantoSisa Air HujanAda sisa air hujan, yang di sana wajahmu tergambar dalam kubang genangan. Di rumah ini, pintu terkunci oleh kenangan. Lalu gamang tiba-tiba…Dec 11, 2015Dec 11, 2015
Arif BudiantoRantingpun PatahRanting-rantingpun patah, sebagaimana hubungan yang putus tanpa arah, dan tak akan kembali menjadi semula.Nov 25, 2015Nov 25, 2015
Arif BudiantoJejak Sepatu pada Marmer KembangSepatu yang kau pijakkan pada tanah, selalu mencipta jejak langkah.Nov 24, 2015Nov 24, 2015
Arif BudiantoRisau Akhir PekanAkhir pekan tak semestinya berbicara tentang hingar dan bingar. Masalah memang tak pernah mengenal kata akhir. Namun kenapa kau masih suka…Nov 22, 2015Nov 22, 2015
Arif BudiantoMasih Bisakah?Masih bisakah anak-anak kelak merayakan bola sepak di tanah tak berpetak? Atau mereka hanya akan semakin terungkung antara riuh hotel dan…Nov 19, 20151Nov 19, 20151
Arif BudiantoHanya RasaAku tak bisa bervisualisasi yang berlebihan. Apalagi membuat banyak orang tertarik hanya karena kesan pandangan pertama. Karena yang…Nov 19, 2015Nov 19, 2015
Arif BudiantoKesetiaan?Di matamu, kesetiaan hanyalah mainan. Tiap hari menawarkan mimpi, bukan lagi janji untuk ditepati. Entah kenapa, tiap kali gusar, aku…Nov 19, 2015Nov 19, 2015
Arif BudiantoBuka JendelamuBukalah jendela kamarmu. Aku hanya ingin melihat basah rambutmu; selepas mandi pagi ditikam sunyi. Meski dari tepi jalan, dari kejauhan…Nov 19, 2015Nov 19, 2015