Sampah: Cuma Mitos!

Azra Syifa'ul Wafa Nyzaputri
2 min readMar 3, 2023

--

Baca unggahan sebelumnya untuk sepenuhnya memahami isi cerita.

Mas Bayu, aku, dan beberapa fasilitator lain mengatur jadwal untuk berbincang sekaligus mendapat pematerian untuk menjadi fasilitator. Perbincangan itu diawali dengan kalimat mengagetkan yang datang dari Mas Bayu. Kalimat yang secara lantang dikatakan oleh pegiat sampah hebat. Beliau berkata “Sampah itu cuma mitos”.

Aku dan fasilitator lain memasang muka bingung. Dalam hati kami bertanya-tanya. Apa sih yang sebenarnya dimaksud oleh Mas Bayu. Kalo emang bener sampah itu cuma mitos, kenapa beliau begitu seriusnya menggeluti bidang ini. Tatapan bingung kami disambut senyum tipis dari Mas Bayu. Sebelum kami berkata apapun karena masih sibuk mencerna kalimat beliau, Mas Bayu melanjutkan perbincangan dengan melontarkan pertanyaan.

“Sebenernya definisi sampah itu apa sih?” tanya beliau. Para fasilitator menjawab sambil menebak-nebak arah pembicaraan Mas Bayu. Ada juga yang sibuk mengecek KBBI untuk mendapatkan jawaban. Dari seluruh jawaban yang dilontarkan, dapat disepakati bahwa sampah adalah hal yang sudah tidak terpakai dan tidak memiliki daya jual. “Berarti sampah kalau masih bisa digunakan atau masih laku jual, tidak bisa didefinisikan sebagai sampah dong” Ucap Mas Bayu.

“Hal yang kamu sebut sampah organik itu, bagi para pengolah lahan tidak dianggap sampah melainkan bahan baku. Sampah organikmu dapat menjadi pupuk yang mampu menyuburkan tanaman mereka. Hal yang kamu sebut sampah plastik, bagi tukang rosok itu merupakan bahan baku pula. Bahan baku untuk dijual kepada pengepul dan diolah kembali untuk menjadi plastik baru. Nah kalau sampah residu ini agak sulit. Sampah residu bukanlah sampah organik, tetapi tidak laku jika dijual ke pengepul contohnya alumunium foil, plastik campuran, popok, dan pembalut.”

Mas Bayu melanjutkan perbincangan, “Zaman dulu, sampah itu nggak ada”. Mas Bayu menjelaskan bahwa pada zaman dulu sampah, atau lebih tepatnya barang bekas, yang dihasilkan oleh manusia dapat diolah oleh manusia itu sendiri. Barang bekas yang dihasilkan pada zaman dahulu bersifat organik, sehingga mudah untuk diolah. Beda dengan zaman sekarang. Bahan baku yang digunakan manusia makin bergam. Ada plastik, alumunium, styrofoam, dan hal non-organik lain. Sehingga barang bekas yang dihasilkan juga beragam.

“Yang menjadi masalah saat ini adalah kita tidak mampu mengolah barang bekas tersebut. Itu yang menjadikan “sampah” itu ada. Anggaplah ada yang mampu mengolah semua barang bekas tersebut, maka sampah benar-benar menjadi mitos belaka.” Ucap Mas Bayu. Di sinilah kami para fasilitator mulai mampu memahami arah pembicaraan Mas Bayu. Ternyata di sinilah peran terbesar Mas Bayu. Mengelola dan mengolah barang bekas agar tidak menjadi sampah.

Oiya, tadi aku sempet nge-spill kan kalau sampah organik dapat diolah menjadi pupuk dan sampah plastik dapat dijual ke pengepul. Tapi belum terjawab kemana perginya sampah residu. Besok aku bakal ngajak para pembaca buat jalan-jalan ke TPS yang dikelola Mas Bayu. Tentunya dengan penjelasan edukatif. See you tomorrow guys!

to be continued

--

--

Azra Syifa'ul Wafa Nyzaputri

Manusia bodoh yang suka mencari pengalaman, tapi lebih suka mencari masalah.