Gampang Baper? Lo Nggak Sendirian: Cuma Jiwa Sensitif yang Bisa Relate Sama Ini!

Lo adalah sensitive person. Gimana rasanya? Cukup satu kalimat: “Lo berusaha ngerti semua orang, ngerasain sakit mereka dalam-dalam, dan tiap emosi itu tinggal di diri lo lebih lama.”

Debbi Aditama
6 min readJun 16, 2024

Jadi gini, ada satu mitos yang harus gue patahin:

Being sensitive itu bukan berarti lo lemah atau gampang rapuh. Being sensitive itu bukan berarti lo cengeng atau nangis gara-gara hal kecil.

Banyak banget mitos soal Sensitive Person, sampe-sampe orang yang beneran sensitif di dunia nyata berusaha kelihatan beda dari sifat asli mereka biar nggak dianggap sensitif. Mereka pura-pura berani, kuat, atau banyak omong, padahal aslinya mereka lebih suka ngamatin dan diem.

Ini semua gara-gara society dan media yang bikin image palsu soal orang sensitif, bikin mereka jadi ngerasa harus sembunyi atau malu dengan siapa mereka sebenarnya.

Sebelum gue bahas ini lebih jauh, gue ajak lo throwback ke alasan kenapa gue interest tentang topik sensitive person ini.

Singkat cerita, beberapa minggu terakhir ini gue lagi open discuss via Direct Message di Instagram. Dari beberapa pesan yang masuk ada satu yang menarik perhatian gue. Si doi — yang nggak mau disebutin namanya, curhat tentang keresahannya jadi HSP (High Sensitive Person), yang bikin doi selalu pasang persona yang bukan dirinya.

Maybe ada sekitar belasan pesan yang doi claim sebagai keresahannya. Beres gue deep talk bareng doi, gue nemuin banyak insight menarik tentang topik ‘mereka yang sensitif’.

So, gue ngerasa lo perlu tau, ‘gimana sih rasanya jadi orang sensitif, apa yang mereka rasain, dan gimana mereka bertindak.’

Next, lo akan lihat POV gue, berkaca dari obrolan saat itu bareng doi.

Melihat Dunia dari Kacamata HSP

Beberapa bulan lalu, doi nelpon temennya karena ngerasa anxious berat soal masa depan doi sebagai content creator. Doi ragu soal konten yang doi produce bagus atau nggak. Jadi, doi nelpon dong temennya ini buat curhat, biar dia bisa ngasih motivasi gitu maksudnya.

Singkat cerita telfonnya diangkat tuh, terus si temen ini langsung cerita masalah hidupnya. Nah, doi dengerin ceritanya hampir setengah jam, dan di akhir percakapan, doi ngehibur dia. Si temen bilang, “Gue ngerasa lebih baik setelah ngobrol sama lo. Untung lo nelpon.”

In the end, doi nggak jadi cerita tentang gimana perasaannya, malahan doi lebih milih nyimpen itu semua dan dengerin curhatan temennya.

Ceritanya disatu hari, ayah doi pulang kerja kayak biasa. Nah begitu si ayah duduk, doi langsung bisa baca suasana hati ayahnya yang lagi kacau. Padahal si Ayah nggak nunjukin apa-apa, perlakuannya ya tetap sama ke doi dan keluarganya, tapi ekspresinya tuh nggak bisa bohong, ayahnya ini kelihatan lagi nyoba banget buat nutupin.

Nah, doi coba nanya deh, “Kerjaan ayah gimana, semuanya aman?”

Dan ayahnya jawab singkat aja, “Aman-aman aja kok.”

Doi tau kalau itu bohong, jadi doi coba bikin ayahnya ketawa, ngobrolin hal-hal lucu biar ayahnya fokus ke momen itu. Setelah beberapa kali usaha, finally berhasil juga bikin si Ayah ketawa.

Yang lain mungkin nggak notice, tapi doi bisa ngerasain semua itu.

Ceritanya doi punya temen. Dua bulan lalu, temen doi ini balik kampung buat liburan. Pas dia dateng, mereka hangout seharian. Nah, pas lagi istirahat di rumah temennya, temen doi ini ke toilet.

Situasinya doi ngobrol santai nih sama ibu temennya, dan feeling doi berkata, kalau ibu ini lagi ada masalah. Si ibu emang nggak ngomong apa-apa, tapi mukanya keliatan bete dan juga keliatan capek.

Makanya pas temen doi beres dari toilet, doi ngarang cerita kalau ayahnya nyuruh doi pulang — padahal doi cuma pengen temennya ada buat ibunya yang kayaknya lagi butuh support. Sekalipun doi pengen nongkrong lebih lama lagi bareng temennya, doi milih buat pergi aja.

Dan bener aja, malemnya si temen nelpon bilang ibunya lagi sakit. Doi bersyukur nggak jadi ngajak dia main kemana-mana.

Attention!

Sebelumnya, gue mau disclaimer dulu. Semua yang gue bahas selanjutnya murni interpretasi pribadi, dari kisah hidup orang lain yang gue elaborasi depends on my experience and my knowladge.

Gue bukan tipe orang yang sensitif, level empati gue pun juga nggak terlalu tinggi. That’s why gue lagi-lagi open discuss buat lo yang mungkin punya impresi yang berbeda. Feel free to share ya, lo bisa komen di bawah, yuk kita bertaut pemikiran. 😉

Kenapa Gue Ceritain Ini Semua ke Lo?

Oke, listen up. Gue mau lo semua tahu, gue mau nunjukin, ‘Ini loh, kayak gini orang yang beneran sensitif.’

Apa yang lo liat di film atau baca di buku, itu semua bullshit. Orang sensitif bukanlah orang yang cengeng, gampang nangis, terus tiap ada masalah langsung nyari bahu buat bersandar. Itu semua klise banget!

Sensitive Person itu sebenernya mereka yang notice hal-hal kecil yang sering banget diabaikan sama normal people. Mereka tuh yang perhatiin gimana lo masuk ruangan dan langsung bisa nebak mood lo, dan tetap ngomong ke lo, ngobrol sesuai mood lo, meskipun itu ngefek banget buat mereka, bikin mereka capek.

Sensitive Person itu mereka yang bisa ngeliat mood orang lain dan bisa ngubah mood mereka sendiri biar lo bisa nyaman dan happy. Mereka lakuin itu dalam gerakan kecil yang sering nggak keliatan, jadi orang nggak bakal ngerti berapa banyak effort yang mereka lakuin buat orang lain.

Cinta dan perhatian mereka tuh datang dari hal-hal kecil. They never share how they feel because:

  • Mereka takut nggak ada yang bakal ngerti mereka.
  • Mereka nggak mau nge-ruin mood lo dengan masalah mereka yang menurut mereka terlalu sepele buat dibahas.

Contrary to popular belief, right? Kenyataannya Sensitive people itu nggak nunjukin emosi mereka di setiap kesempatan. Mereka lebih milih nyimpen perasaan sampai mereka sendirian di kamar dan bebas buat overthink. Gue yakin, lo jarang banget nemuin orang sensitif yang curhat soal masalah atau perasaan mereka.

Dan kalau lo adalah salah satu dari mereka, lo pasti ngerti banget deh, lo nggak gampang share masalah atau emosi lo sama orang lain even if there is a storm building inside you.

The point is, begini rasanya hidup jadi orang sensitif,

Orang yang notice segala sesuatu, feels a little too much, dan nyimpen semuanya biar nggak jadi beban buat orang lain.

Jadi, next time lo ngeliat orang yang kayak gini, pikirin lagi deh, mereka tuh udah ngelakuin banyak banget buat lo, meskipun kelihatannya kecil.

Here’s the Real Deal

Karena ini penting banget buat lo yang gampang baper. Kadang, jadi orang High Sensitive Person itu bikin hidup lo sendiri ribet demi bikin orang lain happy, dan ini bukan sesuatu yang harus lo abaikan.

Even perbuatan ini baik dan mempertimbangkan perasaan orang lain, ada kalanya, lo sebagai orang yang sensitif, mesti paham kalau lo perlu set boundaries demi kebaikan lo dan orang lain.

Don’t Try to Make Everything Better

Buat lo yang sensitif, gue mau bilang,

Seriously, bukan tanggung jawab lo buat benerin semua masalah di dunia ini. Ada orang yang harus ngerasain jatuh dulu baru bisa bangkit.

Contoh, tiap kali lo liat temen lagi down atau dalam masalah, lo langsung pengen banget bantuin mereka, benerin semuanya. Pikirin deh, emang masalah mereka itu masalah lo? Cuma karena lo pengen bantu bukan berarti mereka butuh bantuan.

Ingat, ini hidup mereka, bukan hidup lo. Meski niat lo baik, sering kali lo malah masuk ke personal space mereka. Kasih mereka ruang buat bikin kesalahan dan belajar sendiri. It’s their journey. And they have to figure it out on their own.

Hello? kalau lo sibuk ngurusin hidup orang lain, apa kabar hidup lo? kapan lo sempet ngurusin hidup lo sendiri? So, relax, biarin beberapa hal jalan apa adanya. You are not here to make everything better. Fokus aja sama perasaan lo yang udah lama lo abaikan.

Talk to People

Gue ngerti, ini bisa sulit buat lo, minta bantuan atau share problems sama orang lain karena lo mikir it’s not even a problem.

Tapi, trust me, people are good! banyak orang yang peduli sama lo dan siap bantu. Nggak perlu cerita semua hal, tapi kalau ada sesuatu yang bener-bener ngeganjel, terlebih yang bikin lo nggak bisa tidur, ceritain aja.

Mereka yang sayang sama lo pasti mau dengerin, mereka nggak bakal keberatan bantuin. Malahan, mereka mungkin udah nunggu lo buat buka diri. Dengan lo cerita, lo kasih tau mereka kalau lo percaya sama mereka.

So, when you need help with something, ask for it. Itu nggak bakal jadi masalah buat mereka yang bener-bener peduli ke lo. It will be a secret love language.

Afterwords

Intinya, jadi sensitive person itu anugerah. Gue nulis ini cuma buat ngasih tau kalau lo nggak sendirian dan lo nggak harus selalu jadi hero buat orang lain. Kadang, lo juga perlu jadi hero buat diri lo sendiri.

Set boundaries, ask for help, and remember, your self-worth is matter!

Thanks for reading and I hope you enjoy it!
Kalau kalian suka tulisan ini dan menurut kalian berguna,

📝 Gue rasa kalian juga butuh tahu ini — Distinction Bias: Rahasia Gagalnya Lo dalam Memilih yang Terbaik

📬 Jadi yang paling up to date dapetin artikel gue secara langsung via email, lo bisa subscribe disini!

--

--

Debbi Aditama

a Stoic and Freelance Mentor who loves eudaimonia and then tries to be your Personal Growth buddy. 🌱✨