DERITA: Mendirikan Komunitas di Usia 15 Tahun?

#2: Lika-liku mendirikan Komunitas di usia 15 tahun, sampai masuk berita?!

Devito Putra
5 min readJun 27, 2024
Diliput Media Liputan 6

Pada DERITA (Devito Bercerita) kali ini, saya ingin memperkenalkan Komunitas yang saya dan teman-teman bangun selama ini. Komunitas Literasi Remaja dengan perpustakaan keliling sebagai sarananya.

Awalnya, saya tidak kepikiran kalau Komunitas ini ternyata akan cukup dikenal. Saya ingat sekali, waktu itu saya sedang berbincang dengan sekumpulan kawan sembari menikmati kopi. Di pojok ruang kedai kopi, ada rak yang berisi buku-buku. Tiba-tiba, datanglah gagasan itu.

“eh, kayaknya asik bikin perpusling ya!” pernyataan itu memecah suasana yang sedang hening.

Gagasan itu awalnya dianggap bercanda, hingga saya buktikan keseriusan saya. Akhirnya, saya mulai mengumpulkan buku bacaan dari teman-teman saya, buku bekas layak pakai pastinya. Bermodal gawai dan sosial media, banyak sekali yang ternyata mendukung giat yang ingin saya lakukan. Sampai terkumpul puluhan buku yang jadi awal ini semua terjadi.

Pada tanggal 3 Oktober 2021, Komunitas ini pertama kali berlabuh di Taman Puri Cendana, Tridaya Sakti. Sejak itu, saya malah baru sadar, ternyata masalah literasi di Indonesia sangat menyedihkan. Dari yang awalnya hanya iseng, Komunitas ini jadi punya alasan kuat untuk selalu memberikan dampak bagi Tambun Selatan. Bersama sekitar 20 sukarelawan dengan rentang usia 15–18 tahun. Sampai hari ini, kami telah berhasil menjangkau 7 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Tambun Selatan. Fokusnya memang masih di lingkungan kami sendiri, yakni Tambun Selatan.

Perpustakaan Keliling (Dok. Pribadi)

Konsep dari perpustakaan keliling. Menggunakan box besar (yang biasa dipake buat bawa barang) yang diisi buku, alat mewarnai, games literasi, dan sebagainya. Foto diatas diambil ketika dua anak hebat penasaran.

“Kak Vito, gimana caranya bawa buku sebanyak ini?” tanya kedua anak itu.

“sini liat sendiri aja” ujar saya.

Sederhana saja, saya hanya bawa buku dan terpal untuk gelar. Setiap hari Minggu pagi atau Sabtu sore, saya ke lokasi tertentu untuk kemudian gelar perpustakaan keliling ini. Dari situ kedekatan mulai dibangun, anak-anak ternyata suka membaca kok! Mereka hanya butuh akses terhadap buku yang mereka suka. Anak-anak emang suka buku yang isinya banyak tulisan? Ya enggak. Yang pertama kali mereka lihat adalah visualnya, kalau dirasa menarik baru mereka akan fokus membaca cerita yang ada di buku. Dari situ saya mencoba memahami, apa jangan-jangan bukan rakyat yang malas membaca, tapi sedari kecil mereka tidak pernah menyukai buku.

Padahal, anak perlu kenal dahulu bahwa buku isinya bukan hanya tulisan. Toh, ada yang bergambar juga. Ketika anak sudah mencintai buku, baru timbul hasrat untuk mencintai lebih banyak buku, lalu terbentuk kebiasaan untuk membaca. Itu prinsip yang selalu saya sebarkan, baca dulu apa yang disuka, sampai jadi suka membaca. Apa mungkin? Anak bukan malas membaca, tapi anak kurang mendapatkan akses terhadap buku yang mereka suka, pilihan buku yang ada di perpustakaan sekolah tidak variatif, isinya bahkan buku-buku usang dari jaman Majapahit.

Kegiatan Bagi-Bagi Buku Bacaan Gratis (Dok. Pribadi)

Semakin jauh saya menjelajahi desa-desa di Kecamatan Tambun Selatan, semakin saya memahami, bahwa banyak sekali permasalahan anak di Kabupaten Bekasi, khususnya Kecamatan Tambun Selatan. Karena secara tidak langsung, saya melakukan observasi. Seperti pada foto di atas, kedua anak tersebut tidak seharusnya bekerja di usia yang masih belia, mereka seharusnya bermain, belajar, dan berkreasi. Hak tersebut tidak bisa mereka dapatkan karena tuntutan finansial keluarga. Banyak sekali anak-anak yang punya masalah serupa, bahkan ada anak umur 12 tahun yang belum bisa membaca karena tidak disekolahkan oleh orang tuanya. Bagaimana bisa? Anak usia 12 tahun tidak bisa membaca?

Saya terdiam saat mengetahui fakta yang begitu menyakitkan, kami hanya bisa berusaha memberikan dampingan kepada anak-anak yang punya masalah. Kami ajarkan baca dan tulis bagi anak-anak yang belum bisa. Kami berikan buku pelajaran bagi anak yang tidak sekolah, hanya itu yang dapat kami lakukan.

Pada akhirnya, kami juga paham kalau literasi bukan hanya soal membaca. Banyak sekali jenis literasi, literasi digital, literasi sains, literasi apalah itu. Tapi yang harus disadari, bagaimana kita ingin mencapai semua literasi itu kalau dari membaca saja kita tidak suka? Disitulah peran kami hadir, kami ingin anak-anak tau kalau membaca bukan kegiatan yang membosankan. Juga, perpustakaan bukan tempat yang menyeramkan. Keharmonisan di dalam perpustakaan ini, menciptakan kedekatan yang masif kepada anak-anak yang hadir. Terakhir, saya rasa, membaca adalah pilar dari literasi.

Perayaan 1 Tahun Komunitas Literasi Remaja (Dok. Pribadi)

Sebagai penutup, saya ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang sudah menyerahkan segala kontribusinya dalam membangun Komunitas ini. Kepada donatur, seluruh sukarelawan, dan teman-teman lainnya. Kalo orang biasa tidak akan menyebutkan satu persatu, disini saya akan menulis semua orang yang memiliki jasa dalam membangun Komunitas ini. Sekali lagi, terima kasih.

Zani, saya nggap Zani sebagai pendiri karena sedari awal, Zani yang mengurus segala urusan administratif. Sehingga, Komunitas ini bisa berdiri sampai sekarang.

Bu Dewi, seorang guru SD yang dari awal sampai sekarang selalu membantu mendirikan perpustakaan ini. Jasanya begitu besar, hingga kami anggap sebagai pendamping.

Akbar dan Nabiel. Orang dibalik dokumentasi diatas. Hampir setiap gelar, mereka hadir untuk mengabadikan setiap momen yang ada.

Nazwa, Zahra, Aurora, Almas, dan Nisa. Orang-orang yang berhasil memikat hati anak-anak. Pokoknya kalo ada mereka, betah deh anak-anak!

Usyi, Hilmi, Ai, Cantika, Jevanya, dan Zalfa. Orang-orang yang selalu memberikan warna dan bantu meramaikan kegiatan.

Velino, Azriel, Uqi, Adiba, Syafiq, Totok, Arya, Faiq, Rido, Raihan, dan Isan. Orang-orang lapangan, selalu siap kalo tiba-tiba saya minta print gambar karena ada anak yang minta mewarnai.

Juga beberapa donatur yang tidak ingin disebutkan namanya.

Saya hanya bisa bilang terima kasih, terima kasih telah senantiasa berkontribusi atas perjuangan mencerdaskan bangsa ini.

Saya sangat terbuka dengan kritik, saran, dan masukan untuk tulisan saya kedepannya. Mohon disampaikan!

Ingin kenal lebih jauh? Silahkan ikuti Instagram saya @devitopps

--

--

Devito Putra

Penulis amatir yang sedang belajar menyampaikan gagasan lewat tulisan. Terbuka atas segala kritik, saran, dan masukan. Kenali saya di Instagram @devitopps