A Special Day

goldenseas
15 min readNov 13, 2023

--

You may have to read the previous parts:

Bagian I. | Bagian II.

WARNING: EXPLICIT CONTENT. HEAVY NSFW. FOR ADULTS ONLY. Bukan konten untuk yang di bawah umur.

LANGUAGE: Bahasa Indonesia (sedikit bahasa Inggris dalam dialog).

NOTE: Karakter dalam cerita ini sudah legal. OOC, tidak mencerminkan sifat asli Suguru Geto dan Nanami Kento. Cerita ini hanya sebatas fantasi dan tidak dapat dijadikan referensi untuk sex education. Saya tidak membenarkan kejadian yang ada dalam cerita ini. Jadi, dilarang meniru segala adegan yang ditulis dalam kehidupan nyata. Perlu diingat bahwa plot dalam fiksi ini boleh jadi tidak masuk akal, dibuat hanya untuk keperluan cerita. Tolong gunakan proteksi bila belum siap menjadi orang tua, ya!

TAGS: Porn with plot, Suguru Geto as professor, Nanami Kento as assistant lecturer, age gap, profanities, dirty talk, cunt slapping, face slapping, squirting, spit play, edging, mouth fucking, anal sex, double penetration, cum swallowing, after care.

Disclaimer: Narasi fan fiction ini murni fiksi dan karakter Jujutsu Kaisen milik Gege Akutami.

Pagi Hari, Pukul 10:15

Pagi itu, kamu terkejut bukan main saat melihat siapa yang sedang duduk di sofa panjang di ruang tamu. Nanami Kento, asisten dosenmu yang beberapa waktu lalu ‘membantumu’ dalam mengerjakan tugas besar. Dan sekarang, kamu bertemu lagi dengannya di rumah Suguru.

“Kak Kento?!” kamu menutup mulutmu dengan tangan.

Pria berambut kuning di hadapanmu itu beranjak dari sofa, tidak kalah terkejutnya denganmu. “Kamu ngapain di sini? Kamu… nginep di rumah Prof Suguru?” Nanami jalan mendekat.

Kamu celingak celinguk, memastikan tidak ada orang lain selain Nanami yang datang ke rumah. Jari telunjukmu menempel di bibir, mengisyaratkan pada Nanami untuk tidak berbicara terlalu keras. Bisa gawat jika ada mahasiswa lain, atau bahkan tetangga yang mendengar percakapan kalian. Nanami masih terdiam, ia seperti masih tidak percaya mendapatimu di rumah Suguru. Kamu ingin sekali berbohong, membuat sederet alasan agar image-mu tidak terlalu buruk di matanya. Namun kamu membatalkan ide itu.

“Sudah bangun ya?” Suara lembut Suguru memecah keheningan.

Syukurlah, ada Suguru yang bergabung dalam bercakapan di saat yang tepat. Kamu menoleh dan melihatnya yang mengenakan kaus oblong berwarna putih ketat dan celana training hitam. Ada handuk kecil yang menempel di bahunya. Wajah dan lehernya penuh keringat. Rambutnya sedikit basah. Sepertinya ia habis olahraga.

“Semalam tidurnya nyenyak?” Suguru tersenyum padamu. Tangannya ia lingkarkan di pinggangmu, lalu ia mengecup keningmu. “Kamu baru bangun tidur aja udah wangi banget.” ujarnya seraya mengendus rambutmu sambil memejamkan matanya.

Kamu mematung di tempat, tidak balas memeluk, merasa canggung dihadapkan dengan situasi seperti ini. Nanami mengalihkan pandangannya, merasa syok dengan perlakuan yang Suguru berikan padamu.

“Kenapa, Ken? Kok kaget ngeliat saya begini sama (Y/N)?” tanyanya. “Saya aja nggak akan kaget saat tahu kamu dan dia pernah ngamar.”

Mata Nanami terbelalak lebar. Lelaki itu masih terdiam kaku. Wajahnya pucat pasi.

Anjing, bener kan si (Y/N) ngadu ke Prof Suguru. Anjing anjing anjing anjing, tiada hentinya ia mengumpat dalam hati.

“Udah, nggak perlu tegang gitu mukanya. Sini masuk. Saya punya hal penting yang ingin saya tunjukkan ke kalian.” Suguru melepas pelukannya dari pinggangmu, kemudian mengajakmu dan Nanami ke lantai dua rumahnya.

Suguru membuka pintu di kamar paling pojok dengan pintu berwarna hitam pekat. Itu bukan ruang kerjanya, atau kamar tidurnya. Sejak kamu datang ke rumahnya, kamu belum pernah melihat pintu itu terbuka. Dan sekarang, kamu melangkah masuk bersama Nanami.

Ruangan itu tidak terlalu besar. Awalnya kamu berpikir kamar ini untuk tamu karena ada satu kasur berukuran sedang yang dapat ditiduri dua orang dewasa. Tapi saat kamu menemukan benda-benda aneh berjejeran di meja dan dinding, kamu berubah pikiran. Persis seperti kamar yang ada di film dewasa yang pernah kamu tonton.

Kamu bertanya-tanya dalam hati, apa yang ingin Suguru lakukan di ruangan ini bersamamu dan Nanami?

Tepat dua puluh menit kemudian, kamar itu telah diisi oleh suara-suara lenguhan panjang. Vaginamu sedang ditubruk oleh kejantanan Nanami. Mata lelaki berambut kuning itu telah terbalut kain penutup mata berwarna hitam. Matamu juga demikian, semua atas perintah Suguru. Kalian berdua sama sama tidak dapat melihat wajah satu sama lain, hanya merasakan sentuhan pada area sensitif kalian di bawah sana.

Suguru duduk di sofa panjang sambil menonton kamu dan Nanami yang sedang bercumbu. Leher Nanami peluh dengan bulir peluh yang mengalir hingga dadanya. Kamu menggenggam kedua tangannya yang berkeringat.

“Enak nggak dientotin sama Kento?” Suguru yang masih mengenakan kaus putih ketatnya bertanya.

Kamu mengangguk. “Enak, Prof. AH! Kontolnya gede.”

Sungguh memalukan. Kamu tak dapat mengelak bahwa penis Nanami memang enak terasa di dalam sana. Ujungnya kian menusuk-nusuk bagian terdalam vaginamu. Gerakan pinggulnya sedikit dipercepat seiring berjalannya waktu, membuat dinding-dinding kewanitaanmu semakin basah.

Kamu mendengar Nanami merapalkan namamu sembari mengerang panjang. Tangannya mencari-cari wajahmu dan meraba-raba untuk mencari letak bibirmu. Kemudian ia dekatkan wajahnya. Kamu merasakan sesuatu yang lembut di bibirmu. Saat sadar ia sedang menciummu, kamu segera membalas perlakuannya. Napasnya melalui hidung terasa seperti tersengal-sengal. Dada kalian saling menghimpit. Dahi kalian menempel. Ibu jarinya mengelus kedua pipimu sambil bibirnya mengulum milikmu yang baginya selembut sutra.

“Kurang kenceng, Ken. Masa segitu aja tenagamu?” Suguru membuka suara.

Nanami mempercepat gerakannya. Penisnya keluar masuk berganti secara brutal.

“Kurang kenceng.”

Ampun, Prof. Mau sekenceng apa lagi?

Nanami tidak mendapat pilihan selain menuruti perintah Suguru. Suara kulit yang beradu semakin kencang terdengar. Tempo gerakan pinggul Nanami semakin cepat, membuat badanmu tersentak hebat. Syukurlah Suguru memiliki kasur berkualitas baik, sehingga badanmu tak begitu terasa sakit. Tak lama, kalian melepas ciuman. Jemari Nanami mengusap bibirmu untuk menyeka ludahnya yang menempel di sana.

Kamu merasa klimaks akan segera datang. “Kak, aku mau keluar — “

Nanami semakin membabi buta. Ia dekatkan bibirnya di telingamu. “Keluarin. Keluarin semua. Kasih tau Prof Suguru kamu suka sama kontol aku.”

“Kaaaak. Minggir — ” Kamu mendorong Nanami dan lelaki itu segera mencabut penisnya.

Kemudian keluarlah cairan orgasme dari dalam vaginamu yang mengucur sedikit deras. Lubang kewanitaanmu terasa berkedut-kedut beberapa saat ketika mencapai klimaks. Nanami mengurut penisnya dan mengeluarkan sperma kentalnya di perutmu. Dadanya kembang kempis. Napasnya yang semula tersengal-sengal sudah semakin teratur sekarang. Ia mengusap peluh di wajahnya dan membuka ikatan penutup matanya. Kamu juga ikut melepas setelah klimaksmu sudah berakhir.

Suguru yang semula duduk kini berdiri dan melepas kaus putihnya. Rambutnya terikat rapi. Kemudian ia meraih tali merah panjang yang digantung rapi bersamaan dengan tali lainnya yang memiliki warna serta tingkat ketebalan yang berbeda. “Kamu duduk aja di sofa. Gantian sama saya.”

“Baik Prof.” Nanami mengangguk.

“You also have no permission to jerk off, Ken. Don’t touch your dick while I fuck her.”

Nanami mengangguk lagi. “Understood, Professor.”

Suguru meletakkan tali itu di kasur lalu melepas celananya. Ia sudah telanjang bulat sekarang. Seperti siap menerkam dirimu kapanpun yang ia mau. Perlahan, ia menaiki kasur lalu meletakkan tanganmu di atas kepala, berdekatan dengan headboard. Kemudian ia mengikat kedua pergelangan tanganmu dan mengaitkannya di headboard, membuatmu tak dapat menggerakkan tanganmu dengan leluasa.

“Biar kamu nggak narik-narik rambut saya. Saya nggak mau rambut saya berantakan.” Suguru mengusap rambutmu dan tersenyum, manis sekali. “Saya tau Kento sudah bikin kamu keenakan. Jadi saya mau mainin kamu sesuka hati saya.”

Kamu masih berusaha mencerna kata-kata Suguru. Apa rencana yang ia miliki? Entahlah. Kamu telah siap dengan apa yang ia ingin lakukan padamu. Sekalipun ia hanya ingin menumpahkan cairan kentalnya di dalam sana, kamu siap siap saja. Toh, diam-diam kedatanganmu ke rumahnya juga untuk mencicipi penis besarnya.

Suguru membuka kakimu lebar-lebar. Ia memperhatikan vaginamu yang basah dan mengkilat untuk beberapa saat, kemudian meludahi telapak tangannya sendiri.

PLAK!

Tangannya menampar kewanitaanmu tiba-tiba. Dadamu sedikit terangkat karena kaget. Perih dan sedikit panas. Meski tamparan itu terasa cukup kuat, namun kamu yakin Suguru belum menggunakan tenaga aslinya. Kewarasanmu seperti telah hilang. Kamu ingin merasakan tamparan itu lagi dan lagi, meski hingga vaginamu merah. Maka kamu merengek pada Suguru.

“Lagi… lagi Prof. Mau ditampar lagi…”

Suguru memandangi wajahmu dengan seringai di wajahnya. Seperti puas telah mendengar kata-kata itu keluar dari bibirmu.

“Ditampar apanya? Ngomong yang jelas sama saya. Jangan ngerengek doang, kamu bukan bayi.”

“Mau ditampar lagi memeknya… memek aku keenakan ditampar sama Prof Suguru…”

Suguru tertawa kecil. “Nggak mau. Enak sekali kamu suruh-suruh saya.” Ia menarik badanmu agar mendekat dan sedikit terangkat, kemudian ia memasukkan penisnya, pelan sekali hingga kamu merasa tak sabar. “Kangen gak sama kontol saya?”

Kakimu gemetaran. Pinggulmu menggeliat tidak sabar agar kejantanan Suguru masuk seutuhnya. “Kangen. Mau kontol Prof Suguru.”

PLAK!

Lelaki itu menampar wajahmu. Tidak begitu keras memang, namun cukup membuatmu kaget.

“Panggil Om aja, kan udah saya bilang semalem. Lupa ya? Isi otaknya kontol terus sih.”

Kamu merengek lagi. “Iya, Om… Om Suguru. Aku mau kontol Om Suguru dalem dalem di memek aku — AH!”

Suguru memasukkan penisnya secara keseluruhan dalam satu hentakkan. “Itu kan yang kamu mau? Saya turutin kali ini. Biar memeknya kesenengan. Biar gak semakin goblok.”

“Enak. Enak. Enak kontolnya Om Suguru. Bikin memek kedut kedut. AH, Om. Ayo kawin. Kawinin aku sampe goblok yah. Om ayo ludahin aku, tampar aku — “

CUIH!

Belum sempat kamu melanjutkan kalimatmu, Suguru sudah lebih dulu meludahimu tepat di bibir. Salivanya mengalir masuk hingga ke dalam mulut dan membasahi lidahmu. Kamu menelannya dan menjulurkan lidah, berniat untuk menunjukkannya sebagai terima kasih. Namun sejatinya Suguru adalah pria yang peka, maka ia meludahi lidahmu yang mencuat keluar itu sekali lagi. Kemudian ia menyedot-nyedot lidahmu dengan mata terpejam. Mulutmu terasa basah karena ulahnya.

Seketika, kamu merasakan penis Suguru mulai bergerak di dalam vaginamu. Gerakannya pelan sekali, kemudian ketika ujung penisnya sudah mencapai bibir vagina, Suguru kembali memasukkan kejantanannya dalam satu hentakkan hebat.

Berbeda dengan Nanami yang bergerak dengan tempo cepat, Suguru justru mengambil langkah yang bertolak belakang. Ia menarik penisnya pelan-pelan hingga bersisa ujungnya, kemudian menghentakkannya kembali dengan kencang. Kamu merasakan kenikmatan yang berbeda kali ini. Gerakan penisnya yang pelan justru menggelitik dinding vaginamu. Tak sekali dua kali Suguru mengeluarkan penisnya secara keseluruhan kemudian memasukkannya lagi dalam satu hentakkan.

Kamu menarik tali yang mengaitkan tanganmu dengan headboard sambil mengeluarkan lenguhan panjang. Ingin sekali kamu menyentuhnya. Ingin sekali kamu mencengkram rambutnya sebagai pelampiasan. Ingin sekali kamu merasakan penisnya semakin dalam.

“Liat nih, Ken. Kayaknya dia keenakan dientot pelan pelan begini. Keliatan binalnya. Pelan pelan gini aja udah bisa bikin ngedesah kenceng.”

Nanami terdiam di sofa. Wajahnya tegang.

Suguru tak mengubah temponya. Gerakannya konsisten. Tangannya sekarang mencekik lehermu yang sedang mengerang panjang, membuatmu tercekat dan setengah menjerit.

“Kontol Om Suguru e-enakh. Ayo Om — kontolin aku sampe memek aku muncrat d-deres. Ayo Om — akk! A-aku mau dikontolin Om sampe pagi lagi… AKKK!” rengekmu terbata-bata. Matamu berair karena ia tak kunjung melepas cengkramannya pada lehermu.

“Lucu.” Suguru menyeringai kemudian melepas tangannya. Ia mendekatkan wajahnya padamu dan mencium bibirmu dalam dalam. Kalian saling memagut. Lidah kalian saling bersentuhan, menjilat-jilat satu sama lain.

Kamu merasa vaginamu hendak memuncratkan cairannya untuk kedua kalinya. Namun tiba-tiba Suguru melepas ciuman dan mencabut penisnya. Kamu merengek hebat karena pelepasanmu tertunda akibat ulahnya.

Suguru memasukkan kembali penisnya setelah beberapa saat. Kali ini temponya lebih cepat, namun tidak secepat yang dilakukan Nanami. Selagi menunggu klimaksnya akan datang, ia menampar-nampar payudaramu yang ikut bergerak seiringan dengan hentakkan pinggulnya. Kemudian ia mencubit serta menarik kedua putingmu.

“AH! AAH. Pentil aku ditarik sama Om… AH! Mau dikenyot-kenyot!”

Kali ini Suguru menuruti permintaanmu. Ia sedikit membungkuk untuk mendekatkan wajahnya ke payudaramu, lalu mulutnya terbuka lebar dan menjilat puting kirimu. Tangan satunya meremas-remas payudaramu yang kanan.

“Hmmm. Gak keluar susu. Payah,” ejeknya. “Disuruh kenyot tapi percuma gak keluar apa apa.” Siguru kembali menarik puting kananmu. Sementara ia menggigit kecil putingmu di bagian kiri.

Dadamu terangkat. Badanmu menggeliat hebat. Napasmu tersengal. Matamu setengah terbuka. Kewarasanmu sudah sepenuhnya hilang. Sentuhan Suguru bagai candu bagimu. Entah dari penisnya, ataupun lidahnya. Lelaki itu terus menerus memainkan putingmu tiada henti hingga putingmu terasa sedikit nyeri dan memerah. Tak lama, kamu merasa penis Suguru bergerak keluar masuk dengan cepat di dalam vaginamu.

“Kontol Om mau keluar ya? Mau keluar karena memek aku ya? Aaah Om Suguru!“

“Shut the fuck up.” Suguru mencengkram dagumu setelah puas bermain dengan putingmu. Matanya terpejam dan dahinya berkerut. Kemudian ia keluarkan penisnya dari vaginamu, lalu ia dekatkan penisnya ke wajahmu sambil mengocok-ngocoknya dengan cepat. Sperma miliknya muncrat membasahi bibirmu yang sedikit terbuka.

Beberapa saat kemudian, Suguru memasukkan dua jarinya ke dalam vaginamu. Ia mengocok-ngocok seisi lubangmu dengan jemarinya, yang tak lama setelah itu mengeluarkan cairan orgasme hingga muncrat ke wajahnya. Deras sekali, bahkan lebih deras dari klimaks pertamamu saat bersama Nanami. Suguru tidak marah, juga tidak protes jika wajahnya basah karena ulahmu. Ia justru menyeringai dan puas karena merasa telah menang dari Nanami.

Sesudahnya, kamu terkulai lemas di kasur. Dadamu kembang kempis menghirup oksigen banyak banyak. Matamu tertutup rapat dengan mulut terbuka lebar. “E…nak… bangeth… Om…”

“Enak mana sama punya Nanami?”

“Enak… punyahh Om lahh…” lidahmu menjilat-menjilat sperma yang masih menempel di sekitar bibirmu, kemudian menelannya. “Pejuhh Om jugahh enakhh. Aku telen soalnyah akuh doyan pejuh Om.”

“Anjing.” Nanami mengepalkan kedua tangannya. Ia merasa ingin menghancurkanmu saat ini juga.

“Doyan ya? Mau lagi?”

“Mau. Mau lagi. Mau telen pejuh banyak banyak.”

Kamu masih terlentang di kasur dan membuka lebar kakimu agar vaginamu terekspos. Kamu berusaha untuk memancing gairah mereka kembali agar kedua pria itu mau menyetubuhimu. Tak masalah jika hingga fajar tiba. Tak peduli jika Suguru memanggil Toji si tukang nasi goreng tadi malam untuk bergabung.

Suguru melepas tali yang mengikat tanganmu. Ia menarikmu agar berdiri. Kakimu sedikit terasa pegal dan gemetaran.

“Sini Ken. Bantu saya.”

Nanami beranjak dari sofa, nampak kebingungan. Langkahnya terhenti tepat di sampingmu. Kemudian Suguru memintamu untuk berjongkok di hadapan Nanami. Sekarang, wajahmu menghadap tepat pada penisnya. Tanpa diminta, kamu membuka mulutmu lebar lebar dan Nanami mendorong pinggulnya agar penisnya masuk ke dalam. Kepalamu mulai bergerak maju mundur dengan mata tertutup.

“Look at me.” Nanami memerintah sambil mengusap pucuk kepalamu.

Kamu membuka mata dan menatap matanya. Kedua tanganmu tak tinggal diam. Kamu berinisiatif untuk memijit penis Nanami selagi mulutmu fokus menyedot kuat kuat kepala penisnya. Sesekali lidahmu menjilat lubang kecil di tengahnya. Kamu tersenyum nakal untuk menggodanya.

“A-ah…” Nanami mencengkram rambutmu.

Lidahmu menjilat seluruh batang kejantanan Nanami dari ujung ke ujung, hingga akhirnya lidahmu menemui dua bola kembar yang menggantung di bawah penisnya. Kamu menjilat dan menyedotnya, sambil tanganmu memijit penis Nanami.

“Kamu cuma doyan kontol ya?” Suguru berjongkok di belakangmu sambil merapikan rambutmu yang berantakan.

“Hmmmmp.” Kamu hanya menggumam. Setelah puas, kamu kembali fokus pada penis Nanami. Kejantanannya kamu masukkan ke dalam mulut. Kepalamu bergerak maju mundur seperti sedia kala. Penis Nanami yang besar dan tebal memenuhi seisi mulutmu.

Suguru yang masih berjongkok di belakangmu kini menutup kedua telingamu dengan telapak tangannya. Kamu terbelalak karena dapat mendengar jelas suara napas serta suara mulutmu yang berisik dengan jelas.

“Denger tuh, suara mulut kamu nyepongin kontolnya Kento. That nasty sound you make.”

Gila. Kamu seperti kehilangan akal sehat karena suara-suara di mulutmu terdengar begitu jelas. Mulutmu sudah dipenuhi ludahmu sendiri hingga menetes-netes dari sudut bibirmu.

“Ken, take the control and fuck her mouth.” Suguru memerintah.

Nanami memegang pucuk kepalamu agar berhenti bergerak, kemudian ia mulai menggerakkan pinggulnya hingga sekarang penisnya yang bergerak keluar masuk dari dalam mulutmu.

“Sampai ujung, Ken. Jangan setengah setengah.” Lagi lagi Suguru memberi arahan. Ia masih menutup telingamu dengan telapak tangannya.

Nanami yang semula bergerak sedikit cepat kini memperlambat temponya. Ia benar benar mengingat bagaimana Suguru menyetubuhimu di kasur tadi, sehingga ia menarik penisnya keluar hingga bersisa ujungnya, kemudian menghentakkan pinggulnya agar penisnya masuk seutuhnya di dalam mulutmu. Nanami melakukan itu berulang kali hingga hidungmu menyentuh rambut-rambut halus pada area atas kemaluannya.

Rahangmu mulai terasa pegal karena dipaksa terbuka terus menerus. Matamu berair. Lehermu memerah. Bibirmu terasa sedikit bengkak. Suara penis Nanami di dalam mulutmu masih terdengar kencang di telinga. Kamu berpegangan pada paha Nanami. Penis laki-laki itu telah basah karena salivamu. Gerakan pinggulnya yang konsisten kini mulai melambat, kemudian pria itu mendorong penisnya masuk dalam dalam hingga ujungnya menyentuh kerongkonganmu.

“Keluarin yang banyak, Ken. She likes it.”

Bulir air mata jatuh ke pipimu, bukan karena kamu sedih telah dipermainkan, melainkan karena ada benda asing yang memaksa masuk ke dalam kerongkonganmu. Nanami memuncratkan sperma kentalnya di dalam sana. Kamu dapat merasakannya.

Suguru menarik tangannya, kemudian jemarinya mengusap air matamu di pipi. “Telen ya.”

Nanami menarik penisnya keluar, membuatmu dapat bernapas lega. Kamu terbatuk-batuk beberapa saat, namun menelan sperma Nanami.

“Kalau sudah dikasih makan, bilang apa?” Suguru mengusap rambutmu adn tersenyum. Suaranya terdengar lembut di telinga.

“Ma… maka… sih.” Kamu tersenyum pada Nanami dengan mata yang basah.

“Good.” Suguru membantumu berdiri, kemudian mengusap bibir dan dagumu yang basah. “Ken, tolong angkat kaki dia.”

Mereka berganti posisi, yang semula Nanami berada di hadapanmu kini berada di belakangmu. Ia mengangkat kedua kakimu perlahan. Kini posisi kakimu terbuka lebar di hadapan Suguru, dengan Nanami yang menggendong tubuhmu. Kamu berpegangan pada lengan Nanami saat Suguru memainkan vaginamu. Ia meludahi tangannya sendiri sebelum mengusap dan menepuk-nepuk kemaluanmu.

“Pepek nakal.” Tangan Suguru terus menepuk-nepuk area luar vaginamu. Dua jemarinya mencolek-colek klitorismu, membuat pinggulmu bergerak-gerak karena ia menyentuh area sensitifmu.

“Gemes itilnya.” Suguru tertawa kecil, kemudian ia sedikit mencubit klitorismu.

“Ah! Ah! Ah! Itil akuh! Om — ah!” Kamu merengek, entah meminta Suguru untuk berhenti atau melanjutkan aktivitasnya.

“Enak kan dimainin itilnya?” Nanami berbisik di telingamu sambil berusaha untuk menahanmu agar tidak jatuh.

“Enak. AH! Enak. Anjyingh!”

“Yang sopan mulutnya sama Prof Suguru.” Nanami kembali berbisik, memerintah.

Suguru berhenti. Ia mulai mengarahkan penisnya ke vaginamu, bukan untuk dimasukkan ke dalam, melainkan ujung penisnya ia gesek-gesekkan di klitorismu. Kamu mengerang panjang karena merasakan geli di area sana. Suguru tertawa kecil melihatmu yang sudah kehilangan akal sehatnya. Ia menepuk-nepuk klitorsmu dengan penisnya lalu mulai memasukkannya ke dalam.

Tangan Suguru meraba payudaramu selagi pinggulnya bergerak agar penisnya keluar masuk dari dalam kewanitaanmu. Ia membungkukkan badannya sedikit untuk menjilat putingmu. Tangannya yang lain mencubit serta menarik putingmu yang satunya.

Kamu menyenderkan kepalamu di bahu Nanami dengan mulut terbuka. “Kontol Om kobok-kobok memek akuuuh!”

“Seneng kan pepeknya disodok-sodok gini?” Suguru menampar payudaramu.

Kamu mengangguk lemas. “Seneng Om. Aku suka! Tapi lebih suka kalo dientot dua kontol. Mau dikontolin juga sama Kak Kento. Ayo Kak, isi lubang aku juga.”

“…di lubang analmu?” Nanami bertanya memastikan.

“Iya. Mau dipenuhin sama dua kontol.”

“Masukin Ken.” Suguru meludahi tangannya lalu mengusap-ngusap lubang analmu. Kemudian ia menggenggam penis Nanami dan membantu memasukkannya ke dalam lubang analmu pelan pelan.

“Tahan ya, baru ujungnya yang masuk.” Suguru tersenyum.

Nanami mendorong pinggulnya perlahan agar penisnya melesak masuk lebih dalam. Kamu mengerang hebat saat merasa kedua lubangmu di bawah sana sudah sesak dipenuhi oleh dua penis.

Setelah merasa nyaman, Nanami mulai menggerakkan pinggulnya bersamaan dengan Suguru. Baik perut dan pinggul belakangmu sama sama telah terhimpit oleh badan mereka. Kamu seperti terkurung agar tidak bisa kemana-mana. Posisi seks ini membawamu ke langit ke tujuh. Terlebih lagi, Nanami selalu nurut dengan perintah Suguru sehingga keduanya seperti bergerak dalam satu kesatuan dengan tempo dan tenaga yang sama.

Menit menit berikutnya, kamu merasa klimaksmu akan datang. Suguru melepas penisnya dan memasukkan jemari beruratnya ke dalam vaginamu, kemudian menggerakkan jari-jarinya di dalam sana. Dalam sekejap, cairan orgasme bening keluar dari dalam lubangmu dengan sangat deras hingga membasahi tangan dan perut Suguru. Nanami tak menghiraukan, ia terus menggerakkan pinggulnya selagi cairan beningmu belum berhenti muncrat deras.

“Kencengin, Ken.” Suguru yang berada di seberang sana memerintah agar Nanami segera menemui klimaksnya. Satu tangannya mengocok kejantanannya sendiri. “Lagi. Lagi, Ken. Fuck her like she’s yours. Fuck her like it’s your last time tasting her.”

Nanami mengerutkan dahinya sambil melenguh panjang. Tenaganya yang bagai binatang buas tersalurkan saat penisnya terus menubruk lubangmu. Saat akan mencapai klimaks, Nanami melepas penisnya dan menurunkan badanmu di lantai. Kamu terduduk dan membuka mulut dengan lidah mencuat keluar. Suguru dan Nanami sama sama mengocok kejantanan mereka masing-masing. Hingga akhirnya sperma kental mereka membasahi lidahmu. Banyak sekali. Cairan kental mereka juga menempel pada sudut bibirmu. Kamu menatap mereka secara bergantian hingga penis mereka berhenti memuncratkan sperma.

Kamu memasukkan lidahmu dan menutup mulut. Secara perlahan, kamu menelan sperma yang membasahi lidahmu itu. Matamu terpejam beberapa saat ketika merasakan sperma itu mengalir di kerongkonganmu. Kemudian, kamu menjulurkan lidah lagi untuk menunjukkan pada mereka bahwa kamu telah menelannya secara keseluruhan.

Suguru berjongkok di hadapanmu dan menarik dagumu. Ia mencium bibirmu dalam dalam. Pria itu dapat merasakan rasa sperma yang bercampur di dalam mulutmu. Kemudian ia melepasnya dan mengusap bibirnya dengan ibu jarinya.

“Your mouth tastes nasty.” Suguru mengusap rambutmu yang berkeringat. “Peliharaan saya yang ini emang jorok banget. Mulutnya bau peju, rasa peju.”

“Aku cuma doyan pejunya Om Suguru sama Kak Kento,” ucapmu. “Soalnya enak. Aku suka.”

“Saya akan senang kalau bikin kamu kenyang karena peju. But maybe next time. You need to rest.” Suguru mengangkat badanmu dan meletakkannya di kasur.

Kamu cukup lelah hari ini, padahal baru siang hari. Ingin rasanya mandi dan tidur kembali — itu pun jika diizinkan oleh Suguru. Tak lama, Suguru menyuruh Nanami untuk mandi di kamar tamu dan langsung pulang ke rumah. Kamu tidak melihatnya lagi sejak ia melangkah keluar dari kamar.

Suguru segera membawamu ke kamarnya dan memandikanmu di bathtub. Kamu dilarang bergerak sedikit pun olehnya.

“Habis ini tidur lagi ya.” Tangan Suguru menggosok-gosok rambutmu yang penuh dengan busa sampo.

“Laper. Mau makan dulu…” Kamu memanyunkan bibir. “Sama minum jus terus makan buah yang banyak. Soalnya mulut aku rasa peju.”

“Kamu bebas minta makanan apa pun. Saya akan belikan.” Suguru mengambil shower dan membilas rambutmu dengan air. Kamu memejamkan mata agar busanya tidak masuk.

“Mau pizza, ayam mekdi yang spicy, spageti, lasagna, mie ayam, bakso, seblak, kwetiaw goreng… apa lagi ya? Mau yang enak enak deh pokoknya!”

Suguru tersenyum lembut sambil mengambil pasta gigi dan sikat gigi. Kamu membuka mulut, menunggu sikat gigi itu masuk ke dalam. Kemudian Suguru menggosok gigimu secara perlahan agar tidak melukaimu.

“Kamu sebut banyak makanan gitu memangnya bakal habis semua?” Suguru bertanya sambil fokus melihat deretan rongga gigimu di dalam mulut. Kamu mengangguk pelan.

“Ya sudah, nanti saya pesankan. Habis itu saya mau pergi. Jadi kamu di rumah dulu ya? Nanti saya belikan baju juga di luar supaya kamu bisa ganti.”

“Aku nginep di sini lagi?” Kamu menatap Suguru kebingungan.

“Iya. Saya janji nggak akan sentuh kamu malam ini. I wanna cuddle you.” Ia tersenyum sambil menatap wajahmu yang basah kuyup.

“Mau. Mau cuddle-an sama Prof Suguru si dosen yang paling tampan sedunia.”

“Dasar. Kamu sukanya sama om om ya? Pantesan, saya jadi target kamu ternyata.”

Seketika kamar mandi dipenuhi dengan tawa dari kalian berdua. Seperti yang ia janjikan, ia membanjirimu dengan banyak makanan yang kamu mau hari itu. Kalian pun menghabiskan waktu bersama di malam hari. Anehnya, Toji si tukang nasi goreng tidak lewat malam itu. Mungkin Suguru telah mengusirnya beberapa hari agar ia tidak mengganggumu selama kamu menginap di rumahnya.

Kamu senang dapat menutup hari dengan istirahat bersama Suguru. Lelaki itu tidur mendekapmu sangat erat. Bibirnya tak henti mencium pucuk kepalamu. Kamu diam-diam tersenyum dalam pelukannya. Mungkin mimpi indah akan datang malam ini.

Next part: Sweet Heaven

Pesan. Thanks for reading! Hope you liked it. Jangan lupa mampir ke sini ya:

  • Curiouscat: nnmkento | Tellonym: nnmkento | Secreto: secreto — Kalian boleh menulis saran atau sekedar ngobrol dengan saya.
  • trakteer untuk Tofu membeli jajan: goldenseas

--

--

goldenseas

I write Jujutsu Kaisen/Chainsaw Man fan fictions. Check out my twitter: @nnmkento.