Tidak hanya etnis tionghoa saja yang berpindah menuju Indonesia berabad-abad yang lalu, sayur-sayuran yang kita temui setiap hari pun banyak yang berasal dari China, seperti kata pepatah lama, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”, maka jika anda ingin makan sayur-sayuran pun, kejarlah sampai ke China.
Penamaan nama sayuran di Indonesia sangat ambigu, karena adanya kecenderungan menamakan sayuran berdasarkan bahasa pasar. Hingga sekarang pun, akibat keanekaragaman bahasa di Indonesia, banyak sekali miskonsepsi penamaan nama sayuran yang terjadi di Indonesia, salah satunya seperti bayam dan spinak (yang telah dibahas disini).
Selain penamaan yang ambigu, penamaan nama sayuran juga dapat berasal dari transliterasi bahasa China/Kanton/Mandarin, yang kemudian dikenal secara meluas di Indonesia.
Kita mulai dari jenis sawi-sawian (Brassicaceae). Tentu sebagai orang awam, semuanya mengenal sawi. Tapi coba saja sebutkan ada berapa jenis sawi-sawian di Indonesia. Mari kita lihat beberapa responden berikut ini:
“Ehm.. Sawi hijau, sawi putih… Sawi merah ada ngga sih?” Bunga, 22 tahun, mahasiswi.
“Sawi putih… Sawi… Yang biasa buat indomie itu sawi apa namanya?”, Riko, 21 tahun, penikmat burjo.
“Sawi putih, sawi biasa, sawi sendok.. Ngga tahu lagi, mas”, Retno, 31 tahun, Ibu Rumah Tangga.
“Ada caisim, sawi putih, pakchoi… Mas mau beli yang mana?”, Lek Karso, 54 tahun, pedagang sayur pasar
Dan, ternyata memang istilah penamaan sawi masih berbeda-beda dan cukup membingungkan. Baiklah, kami akan memperjelas.
Sawi di Indonesia, yang bijinya digunakan sebagai Mustard di luar negeri (ciye, baru tau ya Mustard itu dari biji sawi), memiliki nama genus Brassica dengan spesies yang berbeda-beda. Karena proses perpindahan bahan makanan termasuk sayuran di Indonesia, berasal dari migrasi etnis Tionghoa, oleh karenanya, termasuk sawi ini, penamaan nama sayuran merujuk ke arah sana.
Ada banyak sekali jenis sawi-sawian yang sifatnya edible, kami akan menerangkan jenis-jenis yang umum ditemukan di Indonesia saja. Ada lima jenis sawi yang dapat ditemukan di Indonesia. Yang pertama adalah caisim (atau caisin, atau sawi biasa). Sawi inilah yang sering ditemukan di kehidupan kita sehari-hari, maupun yang digunakan dalam partner setia mangkuk Indomie-mu. Penyebutan caisim ini berasal dari transliterasi nama “Choy Sum”. Ciri dari sawi caisim ini adalah bunganya juga ikut dimakan (Flowering cabbage).
Yang kedua, adalah sawi sendok. Sawi ini mungkin lebih dikenal dengan nama Pakchoy, yang juga berasal dari transliterasi kata yang sama (Pak Choy atau Bok Choy). Sawi ini terkenal dengan bentuknya yang “montok” pada bagian bawahnya. Ada juga versi mininya dari ini yang dinamakan dengan Baby Pakchoy.
Ketiga, ada sawi india. Sawi ini sangat mirip dengan sawi caisim, bahkan tidak dapat dibedakan oleh orang awam maupun orang pasar. Sawi ini tidak mengalami transliterasi dari nama aslinya, Gai Choy. Lanjut, ada sawi putih. Ciri khasnya berupa pangkal daunnya yang berwarna putih dominan dan warna daunnya berwarna hijau muda. Sawi yang bernama “Sui Choy” atau “Won Bok” ini juga tidak mengalami transliterasi nama. Di luar negeri, sawi jenis ini lebih terkenal dengan nama “Napa”.
Terakhir, ada sawi yang cukup jarang ditemui. Banyak terdapat di dataran tinggi, yaitu sawi pagoda. Sawi pagoda dinamakan seperti itu karena bentuknya menyerupai batu candi yang banyak sehingga menyerupai pagoda. Simpel sekali yah orang-orang kita… Sawi ini bernama “Tak Choy” dalam bahasa China.
Selain sawi-sawian, kita juga dapat menemukan nama-nama sayuran lain yang berasal dari transliterasi nama China. Brokoli Cina atau Kailan (Gai Lan), Lobak (Lo Bok), Bawang Kucay (Qu Tsai / Ku Cai), dan Kangkung (Kang Kong / Ong Choy). Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat gambar di bawah ini:
Jadi doyan makan sayur kan, setelah baca tulisan ini?